Kamis, 12 Mei 2016

HAJATAN DENGAN MENUTUP JALAN UMUM

Sudah menjadi kebiasaan di negeri ini, ketika ada hajatan atau semacamnya sebahagian menggunakan jalanan umum sebagai sarana untuk melaksanakan hajatan tersebut. Dalam hal ini melakukan penutupan sebahagian badan jalan atau bahkan seluruhnya untuk kepentingan tersebut.
Pada sebahagian pengguna jalan menganggap hal tersebut dapat dimaklumi, namun tak sedikit yang menganggapnya meresahkan pengguna jalan, terlebih lagi jika jalan yang ditutup adalah akses utama yang mengharuskan para pengguna jalan mencari jalan lain dan bahkan banyak pula yang kebingungan karena tak tahu peta wilayat tersebut.
Maka penulis mengambil sebuah kesimpulan: jika memang menutup akses adalah jalan yang harus ditempuh, maka seharusnya ada solusi yang ditawarkan kepada para pengguna jalan sehingga kebutuhan penyelenggara "hajatan" dapat terpenuhi dan aktifitas pengguna jalan tidak terganggu.

Bagaimana pendapat anda tentang permasalahan tersebut...???

Minggu, 01 Mei 2016

Pendidikan islam di kerajaan turki usmani


PENDIDIKAN ISLAM
DI KERAJAAN TURKI USMANI


OLEH : KLP IX

FATHUL MUIN
RISALDY S IMAM
ASLAMIN ARSYAM



PEMBAHASAN
A.    SEJARAH SINGKAT BERDIRINYA KERAJAAN TURKI USMANI
Bangsa Turki tercatat dalam sejarah atas keberhasilannya mendirikan dua Dinasti, yaitu Dinasti Turki Saljuk dan Turki Usmani. Kehancuran Dinasti Turki Saljuk oleh serangan bangsa Mongol merupakan awal dari terbentuknya Dinasti Turki Usmani.
Anatolia sebelum masa orang-orang utsmaniyah
Negeri Anatolia (asia kecil) dahulu sebelum islam merupakan kerajaan yang berada dibawah kekuasaan Byzantium (romawi timmur). Penaklukan-penaklukan oleh pasukan islam sampai di sebagian wilayah timur negeri ini, dari ujung Armenia hingga ke puncak gunung  thurus  sejak tahun 50 H, pada masa kekhalifahan muawiyah , kam muslim belum mampu menaklukkan konstanttinopel, walaupun telah dilakukan berulang kali usaha penyerangan.
Anatolia kemudian jau ke tangan Mongolia, setelah merebutnya dari saljuk romawi . maka terjadilah peperangan antara Mongolia dank am muslimin dan ini terjadi pada tahun 641 H. setelah kekalahan Mongolia pada perang ain jalut, tahun 658 H berangkatlah Zharir Bibris ke saljuk Romawi dan Mongolia, menyusul kekalahan besar ini sebagai pelajaran besar ini. Bersamaan dengan lemahnya Mongolia , pemerintahan utsmaniyah lalu menguasainya pada masa yang berbeda.
Orang-orang Utsmaniyah bernasab pada kabilah qobi yang berasal dari kabilah Ghizz Turkmaniyah yang beragama islam dari negeri Turkistan.Tatkala terjadi penyerbuan mongolia atas negeri itu, kakek mereka (sulaiman) berhijrah ke negeri romawi, lalu ke syam dab ke irak. Dan mereka tenggelam di sungai Eufrat.
Kabilah ini lalu terpecah-pecah. Satu kelompok lalu kembali ke negeri asalnya. Dan satu kelompoknya bersama dengan Erthoghul bin sulaiman.
Nama Kerajaan Usmani diambil dari nama putra Erthogrul. Ia mempunyai seorang putra yang bernama Usman yang lahir pada tahun 1258. Nama Usman inilah yang kemudian lahir istilah Kerajaan Turki Usmani atau Kerajaan Usmani. Pendiri Kerajaan ini adalah bangsa Turki dari Kabila Oghus. Yang mendiami daerah Mongol dan daerah Utara Negeri Cina, kemudian pindah ke Turkistan, lalu ke Persia dan Iraq sekitar abad ke-9 dan 10.
Pada abad ke-13 M, Erthoghul pergi ke Anatolia. Wilayah itu berada dibawah kekuasaan Sultan Alaudin II (Salajikoh Alaudin Kaiqobad). Erthoghul membantunya melawan serangan dari Byzantium. Ertoghul menang dan mendapatkan sebagian wilayah (Asyki Syahr) dari Alaudin dari Byzantium dan sebagian hartanyamereka melarikan diri ke wilayah Barat sebagai akibat dari serangan Mongol. mereka mencari tempat perlindungan dari Turki Saljuk di daratan Tinggi Asia Kecil. Di bawah pimpinan Ertugrul, mereka mengabdikan diri pada Sultan Alauddin II, Sultan Saljuk yang berperang melawan Bizantium. Atas jasa baiknya, Sultan Alauddin menghadiahkan sebidang tanah di Asia Kecil, yang berbatasan dengan Bizantium dan memilih Syukud sebagai Ibu kotanya.
Ertugrul meninggal dunia pada tahun 1289 M. kepemimpinannya dilanjutkan oleh putranya yang bernama Usman (1281-1324), atas persetujuan Alauddin. Pada tahun 1300, bangsa Mongol Menyerang Kerajaan Saljuk, dan Dinasti ini terpecah-pecah dalam beberapa Dinasti kecil. Dalam kondisi kehancuran Saljuk inilah, Usman mengklaim Kemerdekaan secara penuh atas wilayah yang didudukinya, sekaligus memproklamirkan berdirinya kerajaan Turki Usmani. Dengan demikian, secara tidak langsung mereka mengakui Usman sebagai penguasa tertinggi dengan gelar “Padinsyah Ali Usman”.
Setelah Usman mengakui dirinya sebagai Raja Besar Keluarga Usman pada tahun 699 H/1300 M, secara bertahap ia memperluas wilayahnya. Penyerangan awal dilakukan di sekitar daerah perbatasan Bizantium dan Brussa (Broessa) dijadikan salah satu daerah yang menjadi objek taklukan. Pada tahun 1317 M. wilayah tersebut dapat dikuasainya dan dijadikan sebagai ibu kota pada tahun 1326 M.
Diakhir kehidupannya Usman menunjuk Orchan (42) anak yang lebih muda dari kedua orang putranya sebagai calon pengganti memimpin kerajaan. Keputusan tersebut disandarkan pada pertimbangan kemampuan dan bakat anaknya  masing-masing. Orchan sebagai prajurit yang potensial telah mendapat pengawasan dari ayahnya dan telah menunjukkan kemampuannya dalam konteks militer pada penaklukkan Brossa. Sementara Alauddin (kakaknya) lebih potensial dalam bidang agama dan hukum.  Meskipun mereka sama-sama dibina dan dididik oleh ayahnya. Sasaran Orchan setelah penobatannya menjadi raja ialah penaklukkan kota Yunani seperti Nicea dan Nicomania. Nicea menyerah pada tahun 1327 dan Nocomedia takluk pada tahun 1338 M.
B.     RAJA-RAJA TURKI USMANI
Sultan Ustman bin Urtoghal (699-726 H/ 1294-1326 M)
Pada tahun 699 H usman melakukan perlusan kekuasaannya sampai ke Romawi Bizantium setelah ia mengalahkan Alauddin Saljuk. Usman diberi gelar sebagai Padisyah Al-Usman (Raja besar keluarga usman), gelar inilah yang dijuliki sebagi Daulah Usmaniyyah. Usman berusaha memperkuat tentara dan memajukan negrinya. kepada raja-raja kecil dibuat suatu peraturan untuk memilih salah satu dari tiga hal, yaitu:
1) Masuk Islam
2) Membayar Jizyah; atau
3) Berperang
Penerapan sistem ini membawa hasil yang menggembirakan, yaitu banyak raja-raja kecil yang tunduk kepada Usman.
Sultan Urkhan bin Utsman (726-761 H/ 1326-1359 M)
Sultan Urkhan adalah putera Utsman I. sebelum urkhan ditetapkan menjadi raja, ia telah banyak membantu perjuangan ayahnya. Dia telah menjadikan Brousse sebagai ibu kota kerajaannya.
Pada masa pemerintahannya, dia berhsil mengalahkan dan menguasai sejumlah kota di selat Dardanil. Tentara baru yang dibentuk oleh Urkhan I diberi nama Inkisyaiah. Pasukan ini dilengkapi dengan persenjataan dan pakaian seragam. Di zaman inilah pertama kali dipergunakan senjata meriam.
Sultan Murad I bin Urkhan (761-791 H/ 1359-1389 M)
Pengganti sultan Urkhan adalah Sultan Murad I. selain memantapkan keamanan di dalam negrinya, sultan juga meneruskan perjuangan dan menaklukkan bebrapa daerah ke benua Eropa. Ia menaklukkan Adrianopel, yang kemudian dijadikan sebagai ibukota kerajaan yang baru serta membentuk pasukan berkuda (Kaveleri). Perjuangannya terus dilanjutkan dengan menaklukkan Macedonia, Shopia ibukota Bulgaria, dan seluruh wilayah bagian utara Yunani.
Karena banyaknya kota-kota yang ditaklukkan oleh Murad I, pada waktu itu bangsa Eropa mulai cemas. Akhirnya raja-raja Kristen Balkan meminta bantuan Paus Urban II untuk mengusir kaum muslimin dari daratan Eropa. Maka peperangan antara pasukan Islam dan Kristen Eropa pada tahun 765 H (1362 M). Peperangan itu dimenangkan oleh pasukan Murad I, sehingga Balkan jatuh ke tangan umat Islam. Selanjutnya pasukan Murad I merayap terus menguasai Eropa Timur seperti Somakov, Sopia Monatsir, dan Saloniki.
Sultan Bayazid I bin Murad ( 791-805 H/ 1389-1403 M)
Bayazid adalah putra Murad I. Ia meneruskan perjuangan ayahnya dengan memperluas wilayahnya seperti Eiden, Sharukan, dan Mutasya di Asia Kecil dan Negri-negri bekas kekuasaan Bani saluki. Bayazid sangat besar pengaruhnya, sehingga mencemaskan Paus. Kemudian Paus Bonifacius mengadakan penyerangan terhadap pasukan Bayazid, dan peperangan inilah yang merupakan cikal bakal terjadinya Perang Salib.
Tentara Salib ketika itu terdiri dari berbagai bangsa, namun dapat dilumpuhkan oleh pasukan Bayazid. Namun pada peperangan berikutnya ketika melawan Timur Lenk di Ankara, Bayazid dapat ditaklukkan, sehingga mengalami kekalahan dan ketika itu Bayazid bersama putranya Musa tertawan dan wafat dalam tahanan Timur Lenk pada tahun 1403 M.
Kekalahan Bayazid di Ankara itu membawa akibat buruk bagi Turki Usmani, sehingga penguasa-penguasa Saljuk di Asia Kecil satu persatu melepaskan diri dari genggaman Turki Usmani. Hal ini berlangsung sampai pengganti Bayazid muncul.
Sultan Muhammad I bin Bayazid (816-824 H/ 1403-1421 M)
Kekalahan Bayazid membawa akibat buruk terhadap penguasa-penguasa Islam yang semula berada di bawah kekuasaan Turki Usmani, sebab satu sama lain berebutan, seperti wilayah Serbia, dan Bulgeria melepaskan diri dari Turki Usmani. Suasana buruk ini baru berakhir setelah Sultan Muhammad I putra Bayazid dapat mengatasinya. Sultan Muhammad I berusaha keras menyatukan kembali negaranya yang telah bercerai berai itu kepada keadaan semula.
Berkat usahanya yang tidak mengenal lelah, Sultan Muhammad I dapat mengangkat citra Turki Usmani sehingga dapat bangkit kembali, yaitu dengan menyusun pemerintahan, memperkuat tentara dan memperbaiki kehidupan masyarakat. Akan tetapi saat rakyat sedang m,engharapkan kepemimpinannya yang penuh kebijaksaan itu, pada tahun 824 H (1421 M) Sultan Muhammad I meninggal.
Sultan Murad II bin Muhammad ( 824-855 H/ 1421-1451 M)
Sepeninggalannya Sultan Muhammad I, pemerintahan diambil alih oleh Sulatan Murad II. Cita-citanya adalah melanjutkan usaha perjuangan Muhammad I. Perjuangan yang dilaksanakannya adalah untuk menguasai kembali daerah-daerah yang terlepas dari kerajaan Turki Usmani sebelumnya. Daerah pertama yang dikuasainya adalah Asia Kecil, Salonika Albania, Falokh, dan Hongaria.
Setelah bertambahnya beberapa daerah yang dapat dikuasai tentara Islam, Paus Egenius VI kembali menyerukan Perang Salib. Tentara Sultan Murad II menderita kekalahan dalam perang salib itu. Akan tetapi dengan bantuan putranya yang bernama Muhammad, perjuangan Murad II dapat dilanjutkan kenbali yang pada akhirnya Murad II kembali berjaya dan keadaan menjadi normal kembali sampai akhir kekuasaan diserahkan kepada putranya bernama Sultan Muhammad Al-Fatih.
Sultan Muhammad Al-Fatih (855-886 H/ 1451-1481 M)
Setelah Sultan Murad II meninggal dunia, pemerintahan kerajaan Turki Usmani dipimpin oleh putranya Muhammad II atau Muhammad Al-Fatih. Ia diberi gelar Al-fatih karena dapat menaklukkan Konstantinopel. Muhammad Al-Fatih berusaha membangkitkan kembali sejarah umat Islam sampai dapat menaklukkan Konstantinopel sebagai ibukota Bizantium. Konstantinopel adalah kota yang sangat penting dan belum pernah dikuasai raja-raja Islam sebelumnya. Seperti halnya raja-raja dinasti Turki Usmani sebelumnya, Muhammad Al-Fatih dianggap sebagi pembuka pintu bagi perubahan dan perkembangan Islam yang dipimpin Muhammad.Tiga alasan Muhammad menaklukkan Konstantinopel, yaitu:
Dorongan iman kepada Allah SWT, dan semangat perjuangan berdasarkan hadits Nabi Muhammad saw untuk menyebarkan ajaran Islam.
Kota Konstantinopel sebagai pusat kemegahan bangsa Romawi.
Negrinya sangat indah dan letaknya strategis untuk dijadikan pusat kerajaan atau perjuangan.
Usaha mula-mula umat Islam untuk menguasai kota Konstantinopel dengan cara mendirikan benteng besar dipinggir Bosporus yang berhadapan dengan benteng yang didirikan Bayazid.
Benteng Bosporus ini dikenal dengan nama Rumli Haisar (Benteng Rum).
Benteng yang didirikan umat Islam pada zaman Muhammad Al-Fatih itu dijadikan sebagai pusat persediaan perang untuk menyerang kota Konstantinopel. Setelah segala sesuatunya dianggap cukup, dilakukan pengepungan selama 9 bulan. Akhirnya kota Konstantinopel jatuh ke tangan umat Islam ( 29 Mei 1453 M) dan Kaitsar Bizantium tewas bersama tentara Romawi Timur. Setelah memasuki Konstantinopel disana terdapat sebuah gereja Aya Sofia yang kemudian dijadikan mesjid bagi umat Islam. Setelah kota Konstantinopel dapat ditaklukkan, akhirnya kota itupun dijadikan sebagai ibukota kerajaan Turki Usmani dan namanya diganti menjadi IstanbulJatuhnya kota Konstantinopel ke tangan umat Islam, berturut-turut pula diikuti oleh penguasaan Negara-negara sekitarnya seperti Servia, Athena, Mora, Bosnia, dan Italia. Setelah pemerintahan Sultan Muhammad, berturut-turut kerajaan Islam dipimpin oleh beberapa Sultan, yaitu:
1. Sultan Bayazid II (1481-1512 M)
2. Sultan Salim I (918-926 H/ 1512-1520 M)
3. Sultan Sulaiman (926-974 H/ 1520-1566 M)
4. Sultan Salim II (974-1171 H/ 1566-1573 M)
5. Sultan Murad III ( 1573-1596 M)
Setelah pemerintahan Sultan Murad III, dilanjutkan oleh 20 orang Sultan Turki Usmani sampai berdirinya Republik Islam Turki. Akan tetapi kekuasaan sultan-sultan tersebut tidak sebesar kerajaan-kerajaan sultan-sultan sebelumnya. Para sultan itu lebih suka bersenang-senang., sehingga melupakan kepentingan perjuangan umat Islam. Akibatnya, dinasti turki Usmani dapat diserang oleh tentara Eropa, seperti Inggris, Perancis, dan Rusia. Sehingga kekuasaan Turki Usmani semakin lemah dan berkurang karena beberapa negri kekuasaannya memisahkan diri,diantaranya adalah:
1. Rumania melepaskan diri dari Turki Usmani pada bulan Maret 1877 M.
2. Inggris diizinkan menduduki Siprus bulan April 1878 M.
3. Bezarabia, Karus, Ardhan, dan Bathum dikuasai Rusia.
4. Katur kemudian menjadi daerah kekeusaan Persia.
Untuk lebih jelas tentang kekhilafaan dinasti Turki Utsmani ini, berikut kami akan tampilkan sejumlah nama raja-raja serta tahun pengangkatannya dalam table dibawah ini:
C.    KEMAJUAN TURKI USMANI
ASPEK KEKUASAAN WILAYAH
Sepeninggal Sultan Usman pada Tahun 1326 M, Kerajaan dipimpin oleh anaknya Sultan Orkhan I (1326-1359 M). Pada masanya berdiri  Akademi militer sebagai pusat pelatihan dan pendidikan, sehingga mampu menciptakan kekuatan militer yang besar  dan dengan mudahnya dapat menaklukan  Sebagian daerah benua Eropa  yaitu, Azmir (Shirma) tahun 1327 M, Tawasyanli  1330 M, Uskandar 1338 M, Ankara 1354 M dan Galliopoli 1356 M.
Ketika Sultan Murad I (1359-1389 M) pengganti orkhan naik. Ia memantapkan keamanan  dalam negri dan melakukan perluasan ke benua  Eropa dengan menaklukan Adrianopel (yang kemudian menjadi ibu kota kerajaan baru) , Macedonia, Sopia, Salonia, dan seluruh bagian utara Yunani. Merasa cemas dengan kesuksesan Kerajaan  Usmani, negara Kristen Eropa pun bersatu yang di pimpin oleh Sijisman memerangi kerajaan, hingga terjadilah pertempuran di Kosovo tahun 1389 M, namun musuh dapat di pukul mundur dan di hancurkan .
Pada tahun 1389 M, Sultan Bayazid naik tahta (1389-1403 M), Perluasan berlanjut dan dapat menguasai Salocia, morea, Serbia, Bulgaria, dan Rumania juga pada tahun 1394 M, memperoleh  kemenangan dalam perang Salib di Nicapolas. Selain menghadapi musuh-musuh Eropa, Kerajaan juga dipaksa menghadapi pemberontak yang bersekutu dengan Raja islam yang bernama Timur Lenk di samarkand. Pada tahun 1402 M pertempuran hebat pun terjadi di Ankara, yang pada akhirnya Sultan  Bayazid dengan kedua putranya Musa dan Erthogrol, tertangkap dan meninggal di tahanan pada tahun 1403 M. Sebab kekalahan ini Bulgaria dan Serbia memproklamirkan kemerdekaannya.
Setelah Sultan Bayazid meninggal, terjadi perebutan kekuasaan di antara putra –putranya (Muhammad, isa dan sulaiman) namun di antara mereka Sultan Muhammad I lah yang naik tahta (1403-1421 M), di masa pemerintahannya ia berhasil  menyatukan kembali  kekuatan  dan daerahnya  dari  bangsa  mongol, terlebih setelah Timur lenk meninggal pada tahun 1405 M.
Pada tahun 1421 M, Sultan Muhammad meninggal dan di teruskan oleh anaknya, Sultan Murrad II (1421-1484 M) hingga mencapai banyak kemajuan pada masa Sultan Muhammad II/ Muhammad Al Fatih (1451-1484 M) putra Murrad II. Pada masa Muhammad II, Tahun 1453 M ia dapat mengalahkan Bizantium dan menaklukan Konstantinopel . Setelah Beliau meninggal di gantikan oleh putranya Sultan Bayazid II
Berbeda dengan Ayahnya, Sultan Bayazid II (1481-1512 M) lebih mementingkan kehidupan Tasawuf dari pada penaklukan wilayah, sebab itu muncul kontroversial  akhirnya ia mengundurkan diri dan di gantikan putranya Sultan Salim I
Pada masa Sultan Salim I (1521-1520 M) terjadi perubahan peta arah perluasan, memfokuskan pergerakan   ke arah timur dengan menaklukan Persia, Syiria hingga menembus  Mesir di Afrika Utara yang sebelumnya di kuasai mamluk.
Setelah Sultan Salim I Meninggal , Muncul Putranya Sultan Sulaiman I (1520-1566 M) sebagai Sultan yang mengantarkan Kerajaan Turki Usmani pada masa keemasannya, karena telah berhasil menguasai daratan Eropa hingga Austria, Bulgaria, Yunani, Yugoslavia, Albania, Hongaria dan Rumania, Afrika Utara hingga Mesir, Aljazair, Libia, Dan Tunis. Asia hingga Persia, Amenia, Siria. meliputi lautan Hindia, Laut Arabia, Laut Tengah, Laut Hitam. juga daerah-daerah di sekitar kerajaan seperti Irak, Belgrado, Pulau Rodes, Tunis, Budapest dan Yaman.
ASPEK PEREKONOMIAN
Tercatat beberapa kota yang maju dalam bidang industri pada waktu itu di antaranya :
Mesir sebagai pusat produksi kain sutra dan katun
Anatoli selain sebagai pusat produksi bahan tekstil dan kawasan pertanian yang subur, juga menjadi pusat perdagangan dunia pada saat itu.[2]
ASPEK ILMU PENGETAHUAN
Tempat pendidikan
Secara umum pada masa dinasti usmaniyah tidak terlalu memfokuskan perhatian terhadap ilmu pengetahuan, sehingga mengakibatkan Bidang ilmu pengetahuan kurang begitu menonjol, tidak seperti  Dinasti islam sebelumnya, akan tetapi ada beberapa titik kemajuan yang terlihat yaitu pada masa sultan Muhammad al-fatih.
Pada masa sultan alfatih, ilmu pengetahuan memdapat cukup perhatian, sehingga pada masa itu tampak kemajuannya, terbukti dengan tersebarnya sekolah-sekolah dan  akademisi-akademisi di semua kota besar ataupun kecil, demikian pula dengan desa-desa terpencil. Disamping itu semua sekolah-sekolah dan akademisi-akademisi telah terorganisir, berjenjang dan memiliki kurikulum serta  bersistem jurusan.
Disamping pembangunan sekolah-sekolah dan akademisi-akademisi kepedulian akan ilmu pengetahuan juga terlihat dari perpustakaan-perpustakaan yang dibangun di sekitar sekolah dimana pengelolaan perpustakaan tersebut sangat tertib, terbukti dengan keteraturan catatan peminjan.
D.    RUNTUHNYA KERAJAAN TURKI USMANI
Faktor-Faktor Keruntuhan Khilafah Utsmaniyah (974-1171 H/1566-1757 M)
Kenaikan Sultan Salim II (1566-1574) telah dianggap sebagai permulaan keruntuhan Turki Utsmani dan berakhrnya zaman keemasannya.
Hal ini ditandai dengan melemahnnya semangat perjuangan prajurit utsmani yang menyebabkan sejumlah kekalahan dalam pertempuran menghadapi mmusuh-musuhnya. Pada tahun 1663 , tentara utsmani menderita kekalahan dalam penyerbuan hongaria. Tahun 1676 turki kalah dalam pertempuran di Mohakez, Hungaria dan menandatangani perjanjian karlowits pada tahun 1699 yang berisi pernyataan seluruh wilayah Hungaria, sebagian besar Slovenia dan Croasia kepada penguasa Venetia.[5]
Pada tahun 1774, penguasa Utsmani, Abdul Hamid menandatangani perjanjian dengan Rusia yang berisi pengakuan kemerdekaan Crimenia dan penyerahan benteng-benteng pertahanan di laut hitam serta memberikan izin kepada rusia untuk melintasi selat antara laut hitam dengan laut putih
Apabila dikategorikan, maka faktor-faktor keruntuhan kerajaan turki usmani adalah:
Faktor internal
Karena luas wilayah kekuasaan serta buruknya system pemerintahan, sehingga hilangnya keadilan, banyaknya korupsi dan meningkatnya kriminalitas.
Heterogenitas penduduk dan agama.
Kehidupan istimewa yang bermegahan.
Merosotnya perekonomian negara akibat peperangan yang pada sebagian besar peperangan turki mengalami kekalahan.
Faktor Eksternal
Munculnya gerakan nasionalisme. Bangsa-bangsa yang tunduk pada kerajaan turki selama berkuasa, mulai menyadari kelemahan dinasti tersebut. Kemudian ketika turki mulai lemah mereka bangkit untuk melawannya.
Terjadinya kemajuan teknologi di barat khususnya bidang persenjataan. Turki selalu mengalami kekalahan karena mereka masih menggunakan senjata tradisional, sedangkan wilayah barat seperti eropa telah menguunakan senjata yang lebih maju lagi.
Melihat faktor-faktor yang menyebabkan kehancuran turki tersebut, hal ini berawal dari orang-orang arab yang menghadapi orang-orang utsmaniyah, mereka berada dalam dilema yaitu mereka di sisi lain ingin menghormati turki sebagai cerminan persatuan kaum muslimin, di sisi lain mereka mempunyai landasan berfikir ingin memerdekakan diri dari kerajaan turki tersebut.
E.     ANALISIS
Dalam kurun waktu 6 abad berkuasa, kerajaan turki usmani telah diakui oleh sejarah sebagai kerajaan islam terbesar dan terlama disbanding dengan kerajaan islam lainnya. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa hal penting sehingga kerajaan ini mampu bertahan sedemikian lamanya. Penulis ingin menganalisis dari bebagai aspek, yaitu:
Sistem sosial masyarakat, salah satu kunci kesuksesan dan keberhasilan turki usmani adalah adanya persatuan di antara masyarakatnya yang begitu banyak, (pada tahun 1520 jumlah penduduk kerajaan turki usmani adalah 11,692,480 peduduk). Persatuan ini oleh pemerintah diwadahi dalam bentuk organisasi keagamaan bernama millet. Millet adalah kelompok agama yang diperbolehkan membangun komunitasnya sendiri di bawah peraturan dan perlindungan kerajaan turki usmani. pluralitas yang diberikan pada rakyatnya mampu memberikan rasa persatuan bagi rakyat dari berbagai wilayah yang ditaklukannya sehingga, semua masyarakatnya bersatu.
Namun pada akhirnya sistem ini runtuh bersamaan dengan munnculnya paham nasionalisme yang disebarkan oleh bangsa barat, yang memang bertujuan menyerang dari dalam masyarakatnya. Sehingga setiap wilayah / kerajaan kecil yang ditaklukannya mulai memberontak dari dalam atas semangat nasionalisme mereka, masyarakat kerajaan turki usmani pun kemudian terpecah belah, setelah sebelumnya bersatu, bahkan kerajaan turki usmani mendapat julukan “The Sickman Europe” (Orang Eropa yang sakit). Hal ini kemudian ingin dihilangkan dengan memberikan paham pan-turkisme, paham untuk menyatukan seluruh masyrakat turki, namun paham ini tidak bisa diterima rakyat, berlanjut dengan paham pan-islamisme oleh Sultan Abdul Hamid II, paham yang menyerukan umat islam bersatu secara politik, persatuan ini diwujudkan berupa pengakuan sultan turki usmani sebagai khalifah umat islam, gagasan ini berhasil mendapat simpati umat islam untuek beberapa tahun. Namun perlawanan barat tidak berhenti sampai di situ, kartu As terakhir mereka adalah mengusung paham demokrasi yang kemudian mengakhiri kerajaan turki usmani dan memunculkan republik turki yang dipelopori oleh Mustafa kemal attaturk.
Kekuatan militer, berbeda dengan kerajaan-kerajaan islam sebelumnya, kerajaan turki usmani, mulai dari raja pertamanya Usman hingga raja terhebatnya Sulaiman Al Qanuni, lebih memfokuskan pada perkembangan militer. Hal ini dikarenakan bangsa turki terkenal sebaga bangsa yang berdarah militer, sehingga semangat militernya sangat kuat, untuk itu sebagian besar APBN kerajaan dipergunakan untuk membiayai prajurit perang daripada untuk keperluan lain, seperti agama, ilmu pengetahuan dan lain-lain. Bahkan untuk memperbanyak prajurit, raja kedua turki usmani, Orkhan mengangkat Bangsa-bangsa non-Turki sebagai prajurit, bahkan anak-anak Kristen yang masih kecil diasramakan dan dibimbing dalam suasana Islam untuk dijadikan prajurit. Program ini ternyata berhasil dengan terbentuknya kelompok militer baru yang disebut pasukan Jenissari atau Inkisyariah. Pasukan inilah yang dapat mengubah negara Usmani menjadi mesin perang yang paling kuat, dan memberikan dorongan yang amat besar dalam penaklukkan negeri-negeri non muslim. Hal ini menjadikan kerajaan ini lebih kuat dibandingkan kerajaan-kerajaan lain, sehingga semakin banyak wilayah yang ditaklukkan maka semakin banyak pula prajurit-prajurit baru yang dapat dilatih untuk dijadikan tentara islam. Jadilah kerajaan turki usmani kerajaan yang hebat dan berwilayah yang luas.
Sistem pemerintahan, saat wilayah semakin luas, tentunya sistem pemerintahan harus hebat juga, dalam mengelola wilayah yang luas sultan-sultan Turki Usmani senantiasa bertindak tegas. Sulaiman Al Qanuni menerapkan sistem pemerintahan pembagian wilayah kekuasaan, sehingga dalam struktur pemerintahan, sultan sebagai penguasa tertinggi, dibantu oleh shadr al-a’zham (perdana menteri), yang membawahi pasya (gubernur). Gubernur mengepalai daerah tingkat I. Di bawahnya terdapat beberapa orang al-zanaziq atau al-’alawiyah (bupati). Hal ini menjadikan kerajaan turki usmani pada masa sulaiman Al-Qanuni bisa mengatur wilayah yang sedemikian besarnya.
Ilmu pengetahuan, meskipun kerajaan turki usmani hebat dalam hal sistem militer dan sistem pemerintahan, namun mereka tidak terlalu memperhatikan ilmu pengetahuan, yang sebenarnya bisa lebih memperkuat tenaga militer. APBN Negara sebagian besar dipergunakan untuk membiayai pendidikan militer bangsa-bangsa non-turki untuk dijadikan prajurit islam yang kuat, sehingga hanya sedikit yang dipergunakan untuk perkembangan ilmu pengetahuan. Hal ini merupakan kelemahan tersendiri bagi mereka. Berbeda dengan kerajaan-kerajaan barat yang lebih memfokuskan perhatian pada ilmu pengetahuan, sehingga perkembangan ilmu pengetahuannya berkembang pesat, yang kemudian memperkuat militer dengan senjata-senjata api baru, yang tidak dimiliki oleh turki usmani. ketika bangsa turki usmani diserang oleh bangsa barat dengan senjata baru mereka, bangsa turki usmani mulai kekualahan. Sehingga pasca kehebatan dan wilayahnya yang luas, sedikit demi sedikit kerajaan ini mulai digerogoti, baik dari luar kerajaan maupun dari dalam kerajaan (pemberontak).
PENUTUP
Kesimpulan
Kerajaan turki utsmani merupakan kerajaan yang dipimpin oleh 40 sultan. Pada abad pertengahan memang masa yang paling bersejarah bagi bangsa arab, bahkan kemunduran bagi bangsa barat, dalam segi pandang kerajaan, kekuasaan wilayah adalah yang terpenting. Turki utsmani yang memimpin selama kurang lebih 6 abad memberikan bukti kejayaannya sampai ke Eropa, akan tetapi dari stagnanisasi bangsa utsmani mereka lebih memajukan kemiliteran mereka dari pada pendidikannya, bagi mereka kemiliterannya adalah satu hal yang terpenting yang harus dimiliki leh seorang pemimin, dengan orientasi penalukan konstantinopel, membuat mereka menjadi bersemangat untuk menjadikan kerajaan turki utsmani menjadi symbol kejayaan islam.
Penyimpangan orientasi mereka ini membuat terlena dengan keluasan wilayah sehingga membuat mereka meninggalkan perkembangan pendidikan mereka. Berbeda dengan bangsa Eropa yang telah mengugguli mereka, kemunduran kerajaan turki utsmani ini terlihat dari bagian bagian wilayah yang dikuasai oleh turki utsmani ini mulai tergerak ingin merubah hidupnya menjadi yang lebih baik dan muncul paham kapitalisme individual sehingga sebagian mereka ingin melepaskan diri.  Tampaknya pengaruh barat mulai mendapatkan hasil dengan kelemahan kerajaan turki ini, dan terlahir paham-paham yang ingin membebaskan, sehingga paham turki sendiri tidak dapat menghalangi mereka.

MAKALAH "Gambaran interaksi Rasulullah Saw. dan sahabat periode awal pendidikan islam".


GAMBARAN INTERAKSI
RASULULLAH SAW DAN SAHABAT
PERIODE AWAL PENDIDIKAN ISLAM


OLEH : KLP VIII

INRAWATI
NUR HAQIDAH APRILIANI
HAERUL.S
MUH. RAIS


PEMBAHASAN
A.     PENDIDIKAN PADA MASA RASULULLAH
1.      Pelaksanaan pendidikan Islam pada fase Mekah
Sebelum Nabi Muhammad SAW memulai tugasnya sebagai Rosul, yaitu melaksanakan pendidikan Islam terhadap umatnya, Allah telah mendidik lewat Malaikat Jibril dan mempersiapkannya untuk melaksanakan tugas tersebut secara sempurna, melalui pengalaman, pengenalan serta peran sertanya dalam kehidupan masyarakat lingkungannya, pada posisi ini Nabi Muhammad sebagai murid yang diajari oleh Malaikat Jibril yang diutus oleh Allah SWT. Dengan potensi fitrahnya yang luar biasa, beliau mampu secara sadar mengadakan penyesuaian diri dengan masyarakat lingkungannya, tetapi beliau tidak larut sama sekali kedalamnya.
Nabi Muhammmad SAW memulai melakukan pendidikan sebagai murid, atau beliau menerima materi pelajaran dari Allah SAW lewat malaikat Jibril AS sejak beliau menerima wahyu yang pertama pada bulan Romadon di Gua Hira’, hal ini sesuai dengan pernyataan firman Allah SWT surah Al-Baqarah ayat 185
 شهر رمضان الذي انزل فيه القرأن هدى للناس وبينات من الهدى والفرقان .        
Artinya : “ (Beberapa yang ditentukan itu ialah) bulan Romadon, bulan yang didalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai bagi pentunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil)”.
Adapun materi yang diterima pertama kali itu adalah surat Al-‘Alaq ayat 1 s/d 5 ;
ااقرأ باسم ربك الذي خلق . خلق الانسان من علق . اقرأ وربك الاكرم .الذي علم بالقلم علم الانسان ما لم يعلم .                      
Artinya : “ Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan. Yang menciptakan manusia dari segumpal dara. Bacalah demi Tuhanmu yang paling Pemurah. Yang mengajar dengan perantaraan kalam. Yang mengajar manusia apa-apa yang tidak diketahui”.
Ayat ini merupakan peringatan dan pengetahuan bagi umat manusia tentang awal penciptaan manusia dari segumpal darah dan sesungguhnya di antara kemurahan Allah SWT adalah mengajarkan kepada umat manusia sesuatu yang belum diketahui. Allah mengangkat dan memuliakan manusia dengan ilmu, oleh karena itu melalui ayat ini Allah SWT menganjurkan bahkan mewajibkan supaya manusia agar melakukan membaca dan belajar tentang segala permasalahan kehidupan di dunia dan di akhirat.
Perintah dan petunjuk tersebut pertama-tama tertuju kepada Nabi Muhammad SAW tentang apa yang harus beliau lakukan, baik terhadap dirinya maupun terhadap umatnya. Itulah petunjuk awal kepada Nabi Muhammad SAW agar beliau memberikan peringatan kepada umatnya. Kemudian bahan atau materi pendidikan selanjutnya diturunkan berangsur-angsur, sedikit-demisedikit. Setiap kali menerima wahyu, segera beliau sampaikan kepada umatnya, diiringinya penjelasan-penjelasan dan contoh-contoh bagaimana pelaksanaannya.
Sejak itu peran Rosulullah SAW mulai bertambah, disampimg beliau sebagai murid yang sekali waktu beliau juga tetap belajar kepada malaikat Jibril, selain itu beliau berperan sebagai guru atau pendidik yang harus mengajar para sahabat. Sejarah menjelaskan kepada kita bahwa pendidik khususnya pada Rosulullah SAW dan para sahabat bukan merupakan profesi atau pekerjaan untuk menghasilkan uang atau sesuatu yang dibutuhkan bagi kehidupannya, melainkan ia mengajar karena panggilan agama, yaitu sebagai upaya mendekatkan diri kepada Allah SWT, mengharap keridlaan-Nya, menghidupkan agama, mengembangkan seruannya, dan menggantikan peranan Rosulullah SAW setelah tiada dalam memperbaiki umat .
2.      Pelaksanaan pendidikan Islam pada fase Madinah
Hijrah dari Mekah ke Madinah bukan hanya sekedar berpindah dan menghindarkan diri dari tekanan dan ancaman kaum Quraisy dan penduduk Mekah yang tidak menghendaki pembaharuan terhadap ajaran nenek moyang mereka, tetapi juga mengandung maksud untuk mengatur potensi dan menyusun kekuatan dalam menghadapi tantangan-tantangan lebih lanjut, sehingga akhirnya nanti terbentuk masyarakat baru yang didalamnya bersinar kembali mutiara tauhid warisan Nabi Ibrahim AS yang akan disempurnakan oleh Nabi Muhaammad SAW melalui wahyu Allah SWT.
Sebelum hijrah ke Madinah (nama sebelumnya Yasrib) telah banyak di antara penduduk kota Mekah ini memeluk Islam. Penduduk Madinah pada mulanya tediri dari suku-suku bangsa Arab dan bangsa Yahudi, yang saling berhubungan dengan baik. Dari bangsa Yahudi tersebut suku-suku bangsa Arab sedikit banyak mengenal Tuhan, agama Nabi Ibrahim dan sebagainya. Sehingga setelah ajaran Islam sampai kepada mereka, agak mudah mereka merimanya.
Penduduk Madinah yang sudah menjadi sahabat Nabi, mereka tertarik dan memohon kepada Nabi Muhammad SAW agar mengutus seseorang untuk mengajarkan ajaran Islam kepada mereka, Nabi menyetujui tawaran tersebut dan mengutus Mus’ab bin Umair menjadi pengajar mereka.   Pada tahun 12 dari kenabian, datang 75 orang Muslim Madinah untuk menunaikan ibadah haji ke Mekah, sekaligus mengundang Rosulullah SAW untuk datang ke Madinah. Mereka juga berjanji untuk memberi perlindungan kepada Rosulullah SAW seperti yang disebutkan dalam Bai’at Aqabah II.
Kalau pembinaan pendidikan Islam di Mekah titik beratnya adalah menanamkan nilai-nilai tauhid ke dalam jiwa setiap individu Muslim, agar dari jiwa mereka terpancar sinar tauhid dan tercermin dalam perbuatan dan tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan pembinaan pendidikan Islam di Madinah pada hakekatnya adalah merupakan kelanjutan dari pendidikan tauhid di Mekah, yaitu pembinaan di bidang pendidikan sosial dan politik agar dijiwai oleh ajaran tauhid, sehingga akhirnya tingkah laku sosial politiknya merupakan cerminan dan pantulan sinar tauhid tersebut.
Wahyu secara berangsur-angsur turun selama periode Madinah. Kebijaksanaan Nabi Muhammad SAW dalam mengajarkan Al-Qur’an adalah menganjurkan pengikutnya untuk menghafal dan menuliskan ayat-ayat Al-Qur’an sebagaimana diajarkannya. Beliau sering mengadakan ulangan-ulangan dalam pembacaan Al-Qur’an, yaitu dalam sembahyang, dalam pidato-pidato, dalam pelajaran-pelajaran dan lain-lain kesempatan. Penulis-penulis Al-Qur’an yang telah ditunjuk olehnya untuk menuliskan setiap ayat yang diturunkanpun tetap melaksanakan tugasnya dengan baik. Di antara mereka adalah Ali bin Abi Thalib, Utsman bin Affan, Ubai bin Ka’ab, Zaid bin Tsabit dan Mu’awiyah. Dengan demikian segala kegiatan yang dilaksanakan oleh Nabi Muhammad SAW bersama umat Islam pada masa itu, dalam rangka pendidikan sosial dan politik, selalu berada dalam bimbingan dan petunjuk langsung dari wahyu-wahyu.
3.      Lembaga Dan Sistem Pendidikan
Lembaga pendidikan Islam ada dua macam atau dua tempat, yaitu : Darul Arqam/rumah Arqam ibn Arqam dan Kuttab. Dalam Sejarah Pendidikan Islam, istilah Kuttab telah dikenal dikalangan bangsa Arab pra-Islam. Ahmad Syalaby mengatakan bahwa Kuttab sebagai lembaga pendidikan terbagi dua, yaitu ;
Pertama, Kuttab berfungsi mengajarkan baca tulis dengan teks dasar puisi-puisi Arab, dan sebagian besar gurunya adalah non muslim Kuttab jenis pertama ini merupakan lembaga pendidikan dasar yang hanya mengajarkan baca tulis. Pada mulanya pendidikan Kuttab berlangsung di rumah-rumah para guru atau di pekarangan sekitar Masjid. Materi yang diajarkan dalam pelajaran baca tulis ini adalah puisi atau pepatah-pepatah Arab yang mengandung nilai-nilai tradisi yang baik. Adapun penggunaan Al-Qur’an sebagai teks dalam Kuttab baru terjadi kemudian, ketika jumlah kaum Muslim yang menguasai al-Qur’an telah banyak, dan terutama setelah kegiatan kodifikasi pada masa kehalifahan Utsman bin Affan. Kebanyakan guru Kuttab pada masa awal Islam adalah non muslim, sebab Muslim yang dapat membaca dan menulis yang jumlahnya masih sedikit sibuk dengan pencatatan wahyu.
Kedua, sebagai pengajaran Al-Qur’an dan dasar-dasar agama Islam. Pengajaran teks Al-Qur’an pada jenis Kuttab yang kedua ini,setelah qurra’ dan huffadh (ahli bacaan dan penhafal Al-Qur’an telah banyak). Guru yang mengajarkan adalah dari umat Islam sendiri. Jenis institusi kedua ini merupakan lanjutan dari Kuttab tingkat pertama, setelah siswa memiliki kemampuan baca tulis. Pada jenis yang kedua ini siswa diajari pemahaman Al-Qur’an, dasar-dasar agama Islam, juga diajarkan ilmu gramatika bahasa Arab, dan aritmetika. Sementara Kuttab yang dimiliki oleh orang-orang yang lebihmapan kehidupannya, materi tambahannya adalah menunggang kuda dan berenang.
Ketika Rasulullah saw. dan para sahabat hijrah ke Madinah, salah saatu program pertama yang beliau lakukan adalah pembangunan sebuah masjid. Meslipun demikian, eksistensi Kuttab sebagai lembaga pendidikan di Madinah, tetap dimanfaatkan setelah hijrah ke Madianah. Bahkan materi dan penyajiannya lebih dikembangkan seiring dengan semakin banyaknya wahyu yang diterima Rasulullah saw. misalnya materi jual beli, materi keluarga, materi sosiopolitik, tanpa meninggalkan materi yang sudah biasa dipakai di Mekah seperti materi tauhid dan akidah.
Dalam sejarah Islam, masjid yang pertama kali dibangun Nabi adalah Masjid At-Taqwa di Quba’ pada jarak perjalanan kurang lebih 2 mil dari kota Madinah ketika Nabi hijrah dari Mekah (QS. Al-Taubah 108). Rosulullah SAW membangun sebelah utara Masjid Madinah dan Masjidil Haram yang disebut As-Suffah, untuk tempat tinggal orang-orang fakir miskin yang tekun menuntut ilmu. Mereka dikenal dengan “ Ahli Suffah “. Pembangunan masjid tersebut bertujuan untuk memajukan dan menyejahterakan kehidupan umat Islam. Di samping itu, masjid juga memiliki multifungsi, di antaranya sebagai tempat ibadah, kegiatan sosial-politik, bahkan lebih dari itu, masjid dijadikan sebagai pusat dan lembaga pendidikan Islam.
Nakoesteen sebagaimana yang dikutip Hasan Asari mengatakan bahwa pendidikan Islam yang berlangsung di masjid adalah pendidikan yang unik karena memakai sistem halaqah (lingkaran). Sang syekh biasanya duduk di dekat dinding atau pilar masjid, sementara siswanya duduk di depannya membentuk lingkaran dan lutut para siswa saling bersentuhan. Bila ditinjau lebiih lanjut, bahwa sistem halaqah seperti demikian, adalah bentuk pendidikan yang tidak hanya menyentuh perkembangan dimensi intelektual, akan tetapi lebih menyentuh dimensi emosional dan spiritual peserta didik. Adalah merupakan kebiasaan dalam halaqah bahwa murid yang lebih tinggi pengetahuannya duduk di dekat Syekh, murid yang level pengetahuannya lebih rendah dengan sendirinya akan duduk lebih jauh, sementara berjuang belajar keras agar dapat mengubah posisinya dalam konfigurasi halaqahnya, sebab dengan sendirinya posisi dalam halaqah menjadi sangat signifikan. Meskipun tidak ada batasan resmi, sebuah halaqah biasanya teridiri dari 20 orang siswa atau murid.
Metode diskusi dan dialog kebanyakan digunakan dalam berbagai halaqah. Dikte (imla’) juga memiliki peranan pentingdalam halaqah, tergantung pada kajian dan topik bahasan. Kemudian dilanjutkan dengan penjelasan oleh syekh atas materi yang telah didiktekan. Uraian pembahasan juga disesuaikan dengan kemampuan peserta halaqah. Kemudian menjelang akhir kelas, waktu akan dimanfaatkan oleh syekh untuk mengevaluasi kemampuan peserta halaqah. Evaluasi bisa berbentuk tanya jawab, terkadang juga syekh menyempatkan untuk memeriksa catatansiswa-siswanya untuk  mengoreksi dan menambahkan seperlunya. Kemajuan suatu halaqah ini tergantung kepada kemampuan syekh dalam pengelolaan sistem pendidikan. Biasanya apabila suatuhalaqah telah maju, maka akan banyak dikunjungi para peserta didik dari berbagai penjuru.
B.     PADA MASA SAHABAT RASULULLAH
a.       pada masa khalifah abu bakar As-Siddiq (632-634)
Setelah nabi wafat, sebagai pemimpin umat islam abu bakar as-sidiq sebagai khalifah. Khalifah adalah pemimpin yang diangkat setelah nabi wafat untuk menggantikan nabi dan melanjutkan tugas-tugas sebagi pemimpin agama dan pemerintahan. Pelaksanaan pendidikan islam pada masa khalifah abu bakar ini adalah sama dengan pendidikan islam yang dilaksanakan pada masa Nabi baik materi maupun lembaga pendidikannya.
Dari segi materi pendidikan islam terdiri dari pendidikan tauhid atau keimanan, akhlaq, ibadah, kesehatan dan lain sebagainya.
1.      Pendidikan keimanan, yaitu menanamkan bahwa satu-satunya yang wajib disembah adalah Allah.
2.      Pendidikan akhlaq,seperti adab masuk rumah orang,sopan santun bertetangga,bergaul dalam masyarakat.
3.      Pendidikan ibadah seperti pelaksanaan shalat puasa dan haji
4.      Kesehatan seperti tenteng kebersihan, gerak-gerik dalam sholat merupakan didikan untuk memperkuat jasmani dan rohani.
 Di samping itu, Abu Bakar dikenal mahir dalam ilmu nasab (pengetahuan mengenai silsilah keturunan). la menguasai dengan baik berbagai nasab kabilah dan suku-suku arab, bahkan ia juga dapat mengetahui ketinggian dan kerendahan masing-masing dalam bangsa arab.
C.     PADA MASA KHALIFAH UMAR BIN KHATAB (634-644)
Abu bakar telah menyaksikan persoalan yang timbul di kalangan kaum muslimin setelah Nabi wafat, berdasarkan hal inilah abu bakar menunjuk penggantinya yaitu Umar bin khattab, yang tujuannya adalah untuk mencegah supaya tudak terjadi perselisihan dan perpecahan dikalangan umat islam, kebijakan abu bakar tersebut ternyata di terima oleh masyarakat. Pada masa khalifah Umar bin khattab, kondisi politik dalam keadaan stabil, usaha perluasan islam mempeoleh hasil yang gemilang.wilayah islam pada masa Umar bin khattab meliputi semenanjung arabia, palestina, syiria, irak, persia, dan mesir.
Dengan meluasnya wilayah islam mengakibatkan meluas pula kehidupan dalam segala bidang. Untuk memenuhi kebutuhan ini diperlukan manusia yang memiliki ketrampilan dan keahlian, sehingga dalam hal ini di perlukan pendidikan. Pada masa Umar bi khattab, mata pelajaran yang diberikan adalah membaca dan menulis al-qur’an dan menghafalnya serta belajar pokok-pokok agama islam. Pendidikan pada masa Umar ini lebih maju dibandingkan dengan sebelumnya. Pada masa ini tuntutan untuk belajar bahasa arab sudah mulai tampak, orang yang baru masuk islam dari daerah yang ditaklukan harus belajar bahasa arab, jika ingin belajar dan memahami pengetahui islam, oleh karena itu , pada masa ini sudah terdapat pengajaran bahasa arab.
D.    PADA MASA KHALIFAH USMAN BIN AFFAN (664-656)
Pada masa khalifah Usman bin affan, pelaksanaan pendidikan islam tidak jauh brerbeda dengan masa sebelumnya. Pendidikan dimasa ini hanya melanjutkan apa yang telah ada, namun hanya sedikit perunbahan yang mewarnai pendidikan islam. Para sahabat yang berpengaruh dan dekat dengan rasul yang tidak diperbolehkan meninggalkan Madinah di masa khalifah Umar, diberikan kelonggaran untuk keluar dan menetap di daerah-daerah yang mereka sukai. Kebijakan ini sangat besar pengaruhnya bagi pelaksanaan pendidikan di daerah-daerah.
Proses pelaksanaan pendidikan pada masa Usman ini lebih ringan dan mudah dijangkau oleh seluruh peserta didik yang menuntut dan belajar islam dan dari segi pusat pendidikan juga lebih banyak, sebab pada masa ini para sahabat bisa memilih tempat yang mereka inginkan untuk memberikan pendidikan kepada masyarakat.
Tugas mendidik dan mengajar umat pada masa Usman bin affan diserahkan umat itu sendiri, artinya pemerintah tidak megangkat guru-guru, dengan demikian para pendidik sendiri melaksanakan tugasnya hanya mengharap ridho Allah.
E.     PADA MASA KHALIFAH ALI BIN ABI THOLIB (656-661)
Pada masa Ali bin abi tholib telah terjadi pemberontakan, sehingga di masa ia berkuasa pemerintahannya tidak stabil. Dengan kericuhan politik pada masa Ali berkuasa,kegiatan pendidikan islam mendapat hambatan dan gangguan, pada saat itu Ali tidak sempat memikirkan masalah pendidikan sebab keseluruhan perhatiannya di tumpahkan pada masalah keamanan dan kedamaian bagi masyarakat islam. Dengan demikian, pola pendidikan pada masa khulafaur rasyidin tidak jauh beda dengan masa Nabi yang menekan pada pengajaran baca tulis dan ajaran-ajaran islam yang bersumber pada al-qur’an dan hadis Nabi.


PENUTUP
Kesimpulan
Pendidikan Pada Masa Rasulullah Saw meliputi : pola Pendidikan, Lembaga dan Sistem Pendidikan, Metode Pengajaran, Evaluasi Pendidikan, Pola Pendidikan Rasulullah SAW dilaksanakan pada 2 fase : pendidikan fase Mekah, pendidikan pada fase Madinah.
Pendidikan pada masa Abu Bakar tidak jauh beda dengan pendidikan masa Rasulullah SAW. Pada masa khalifah Umar Bin Khattab, pendidikan sudah meningkat dimana pada masa khalifah Umar guru-guru sudah digaji untuk mengajar ke daerah-daerah yang baru di taklukkan.
Pada masa khalifah Utsman Bin Affan, pendidikan diserahkan pada rakyat dan sahabat tidak hanya focus di Madinah saha, tetapi sudah dibolehkan kedaerah-daerah untuk mengajar.
Pada masa khalifah Ali Bin Abi Thalib, pendidikan kurang mendapat perhatian di sebabkan karena pemerintahan Ali selalu dilanda konflik yang berujung pada kekacauan.