Minggu, 01 Mei 2016

MAKALAH "Desain pengajara",


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Desain atau perencanaan merupakan sesuatu hal yang begitu penting bagi seseorang yang akan melaksanakan tugas atau pekerjaannya, termasuk guru yang memiliki tugas/pekerjaan mengajar (mengelola pengajaran). Supaya seorang guru dapat menyusun perencanaan pengajaran dengan baik, maka harus memperhatikan prinsip-prinsip pengajaran dan memahami strategi pengajaran.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa implikasi meluasnya cakrawala umat manusia dalam ilmu pengetahuan. Pola pengajaranpun harus sesuai dengan perkembangan zaman. Generasi saat ini harus lebih banyak belajar daripada generasi masa lalu. Demikian pula generasi yang akan datang harus menjadi generasi terdidik yang dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi. Begitu juga pandangan mengenai konsep pembelajaran yang terus menerus mengalami perubahan dan berkembang sesuai dengan perkembangan IPTEK.
B.     Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dibahas di sini adalah:
1.      Apa itu desain Pengajaran?
2.      Bagaimana pola Pengajaran?
3.      Bagaimana komponen Pengajaran?






BAB II
PEMBAHASAN
A.    Desain Pengajaran
Desain pembelajaran dapat dimaknai dari berbagai sudut pandang, misalnya sebagai disiplin, sebagai ilmu, sebagai sistem, dan sebagai proses. Sebagai disiplin, desain pembelajaran membahas berbagai penelitian dan teori tentang strategi serta proses pengembengan pembelajaran dan pelaksanaannya. Sebagai ilmu, desain pembelajaran merupakan ilmu untuk menciptakan spesifikasi pengembangan, pelaksanaan, penilaian, serta pengelolaan situasi yang memberikan fasilitas pelayanan pembelajaran dalam skala makro dan mikro untuk berbagai mata pelajaran pada berbagai tingkatan kompleksitas. Sebagai sistem, desain pembelajaran merupakan pengembangan sistem pembelajaran dan sistem pelaksanaannya termasuk sarana serta prosedur untuk meningkatkan mutu belajar. Desain pembelajaran sebagai proses. merupakan pengembangan sistematis tentang spesifikasi pembelajaran dengan menggunakan teori pembelajaran dan teori belajar untuk menjamin mutu pembelajaran. Desain pembelajaran merupakan proses keseluruhan tentang kebutuhan dan tujuan belajar serta sistem penyampaiannya. Termasuk di dalamnya adalah pengembangan bahan dan kegiatan pembelajaran, uji coba dan penilaian bahan, serta pelaksanaan kegiatan pembelajarannya.
Desain adalah sebuah istilah yang diambil dari kata design (Bahasa Inggris) yang berarti perencanaan atau rancangan. Ada pula yang mengartikan dengan “Persiapan”. Di dalam ilmu manajemen pendidikan atau ilmu administrasi pendidikan, perencanaan disebut dengan istilah planning yaitu “Persiapan  menyusun suatu keputusan berupa langkah-langkah penyelesaian suatu masalah atau pelaksanaan suatu pekerjaan yang terarah pada pencapaian tujuan tertentu”. Herbert Simon (Dick dan Carey, 2006), mengartikan desain sebagai proses pemecahan masalah. Tujuan sebuah desain adalah untuk mencapai solusi terbaik dalam memecahkan masalah dengan memanfaatkan sejumlah informasi yang tersedia.
Dengan demikian, suatu desain muncul karena kebutuhan manusia untuk memecahkan suatu persoalan. Melalui suatu desain orang bisa melakukan langkah-langkah  yang sistematis untuk memecahkan suatu persoalan yang dihadapi. Dengan demikian suatu desain pada dasarnya adalah suatu proses yang bersifat linear yang diawali dari penentuan kebutuhan, kemudian mengembangkan rancangan untuk merespons kebutuhan tersebut, selanjutnya rancangan tersebut diujicobakan dan akhirnya dilakukan proses evaluasi untuk menentukan hasil tentang efektivitas rancangan (desain) yang disusun.
Dalam konteks pembelajaran, desain instruksional dapat diartikan sebagai proses yang sistematis untuk memecahkan persoalan pembelajaran melalui proses perencanaan bahan-bahan pembelajaran beserta aktivitas yang harus dilakukan, perencanaan sumber-sumber pembelajaran yang dapat digunakan serta perencanaan evaluasi keberhasilan.
Sejalan dengan pengertian di atas, Gagne (1992) menjelaskan bahwa desain pembelajaran disusun untuk membantu proses belajar siswa, di mana proses belajar itu memiliki tahapan segera dan tahapan jangka panjang. Menurut Gagne, belajar seseorang dapat dipengaruhi oleh dua factor yakni factor internal dan factor eksternal. Factor internal adalah factor yang berkaitan dengan kondisi yang dibawa atau datang dari dalam individu siswa, seperti kemampuan dasar, gaya belajar seseorang, minat dan bakat serta kesiapan setiap individu yang belajar. Factor eksternal adalah factor yang datang dari luar individu, yakni berkaitan dengan penyediaan  kondisi atau lingkungan yang didesain agar siswa belajar. Desain pembelajaran berkaitan dengan factor eksternal ini, yakni pengaturan lingkungan dan kondisi yang memungkinkan siswa dapat belajar. Menurut Gagne, kondisi internal dapat dibangkitkan oleh pengaturan kondisi eksternal.
Sejalan dengan hal itu, Shambaugh (2006) menjelaskan tentang desain pembelajaran yakni sebagai “ An intellectual process to help teachers systematically analyze learner needs and construct structures possibilities to responsively address those needs.” Jadi dengan demikian, suatu desain pembelajaran diarahkan untuk menganalisis kebutuhan siswa dalam pembelajaran kemudian berupaya untuk membantu dalam menjawab kebutuhan tersebut.
Dari beberapa pengertian diatas, maka desain instruksional berkenaan dengan proses pembelajaran yang dapat dilakukan siswa untuk mempelajari suatu materi pelajaran yang di dalamnya mencakup rumusan tujuan yang harus dicapai atau hasil belajar yang diharapkan, rumusan strategi yang dapat dilaksanakan untuk mencapai tujuan termasuk metode, teknik, dan media yang dapat dimanfaatkan serta teknik evaluasi untuk mengukur atau menentukan keberhasilan evaluasi untuk mengukur atau menentukan keberhasilan pencapaian tujuan.  
1.      Kriteria Desain Instruksional
Desain intruksional yang baik harus memiliki beberapa kriteria di antaranya:
a)      Berorientasi pada siswa. 
Mendesain pembelajaran perlu diawali dengan melakukan studi pendahuluan tentang siswa. Beberapa hal yang perlu dipahami tentang siswa di antaranya:
ü  Kemampuan dasar
ü  Gaya belajar
b)      Berpijak pada pendekatan system
System adalah satu kesatuan komponen yang saling berkaitan untuk mencapai tujuan. Melalui pendekatan system, bukan saja dapat diprediksi keberhasilannya, akan tetapi juga akan terhindar dari ketidakpastian. Hal ini disebabkan melalui pendekatan system dari awal sudah diantisipasi berbagai kendala yang mungkin dapat menghambat terhadap pencapaian tujuan.


2.      Hubungan Perencanaan dan Desain Pembelajaran
Perencanaan pembelajaran (Lesson Plans) berbeda dengan Desain Pembelajaran (Instructional Design), namun  keduannya memiliki hubungan yang sangat erat sebagai program pembelajaran. Perencanaan pembelajaran disusun untuk kebutuhan guru dalam melaksanakan tugas mengajarnya. Dengan demikian, perencanaan merupakan kegiatan menerjemahkan kurikulum sekolah kedalam kegiatan pembelajaran di dalam kelas, (Shambaugh dan Magliaro, 2006).
Walaupun perencanaan pembelajaran berkaitan dengan desain pembelajaran, keduanya memiliki posisi yang berbeda. Perencanaan lebih menekankan pada proses pengembangan atau penerjemahan suatu kurikulum sekolah, sedangkan desain menekankan pada proses merancang program pembelajaran untuk membantu proses belajar siswa, seperti yang dikemukakan Zook (2001) bahwa desain instruksional adalah a  systematic thinking process to help learners  learn. Dengan demikian, pertimbangan dalam menyusun dan mengembangkan sebuah perencanaan pembelajaran adalah kurikulum yang berlaku di suatu lembaga; sedangkan pertimbangan dalam menyusun dan mengembangkan suatu desain pembelajaran adalah siswa itu sendiri sebagai individu yang akan belajar dan mempelajari bahan pelajaran.    
3.      Model-model Desain Instruksional
a)      Model Kemp
Model desain system instruksional yang dikembangkan oleh Kemp merupakan model yang membentuk siklus. Menurut Kemp pengembangan desain system pembelajaran terdiri atas komponen-komponen, yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan, tujuan dan berbagai kendala yang timbul.
Model system instruksional yang dikembangkan Kemp ini tidak ditentukan dari komponen mana seharusnya guru memulai proses pengembangan. Mengembangkan system instruksional, menurut Kemp dari mana saja bisa, asal saja urutan komponen tidak diubah, dan setiap komponen itu memerlukan revisi untuk mencapai hasil yang maksimal. Komponen-komponen dalam suatu desain instruksional menurut Kemp adalah:
1)      Hasil yang ingin dicapai
2)      Analisis tes mata pelajaran
3)      Tujuan khusus belajar
4)      Aktivitas belajar
5)      Sumber belajar
6)      Layanan pendukung
7)      Evaluasi belajar
8)      Tes awal
9)      Karakteristik belajar
b)      Model Banathy
Model ini memandang bahwa penyusunan system instruksional dilakukan melalui tahapan-tahapan  yang jelas. Terdapat 6 tahap dalam mendesain suatu program pembelajaran yakni:
1)      Menganalisis dan merumuskan tujuan, baik tujuan pengembangan system maupun tujuan spesifik. Tujuan merupakan sasaran dan arah yang harus dicapai oleh siswa atau peserta didik.
2)      Merumuskan kriteria tes yang sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Item tes dalam tahap ini dirumuskan untuk menilai perumusan tujuan. Melalui rumusan tes dapat meyakinkan kita bahwa setiap tujuan ada alat untuk menilai keberhasilannya.
3)      Menganalisis dan merumuskan kegiatan belajar, yakni kegiatan mengiventasikan seluruh kegiatan belajar mengajar, menilai kemampuan penerapannya sesuai dengan kondisi yang ada serta menentukan kegiatan yang mungkin dapat diterapkan.
4)      Merancang system, yaitu kegiatan menganalisis system menganalisis setiap komponen system, mendistribusikan dan mengatur penjadwalan.
5)      Mengimplementasikan dan melakukan control kualitas system, yakni melatih sekaligus menilai efektivitas system, melakukan penempatan dan melaksanakan evaluasi.
6)      Mengadakan perbaikan dan perubahan berdasarkan hasil evaluasi.
c)      Model Dick and Cery
Model dick and cery harus dimulai dengan mengidentifikasi tujuan pembelajaran umum. Menurut model ini, sebelum desainer merumuskan tujuan khusus yakni performance goals, perlu menganalisis pembelajaran serta menentukan kemampuan awal siswa terlebih dahulu. Criterion Reference Test, artinya tes yang mengukur kemampuan penguasaan tujuan khusus. Untuk mencapai tujuan khusus selanjutnya dikembangkan strategi pembelajaran, yakni skenario pelaksanaan pembelajaran yang diharapkan dapat mencapai tujuan secara  optimal, setelah itu dikembangkan bahan-bahan pembelajaran yang sesuai dengan tujuan. Langkah akhir dari desain adalah melakukan evaluasi, yakni evaluasi   formatife dan evaluasi sumative.    
d)     Model PPSI (Prosedur Pengembangan Sistem Intruksional)
Model PPSI (Prosedur Pengembangan Sistem Intruksional) adalah model yang dikembangkan di Indonesia untuk mendukung pelaksanaan kurikulum 1975. PPSI berfungsi untuk mengefektifkan perencanaan dan pelaksanaan program pengajaran secara sistemis, untuk dijadikan sebagai pedoman bagi guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar. PPSI terdiri dari 5 tahap yakni:
1)      Merumuskan tujuan, yakni kemampuan yang harus dicapai oleh siswa. Ada 4 syarat dalam perumusan tujuan ini yakni tujuan harus operasional, artinya tujuan yang dirumuskan harus spesifik atau dapat diukur, berbentuk hasil belajar bukan proses belajar, berbentuk perubahan tingkah laku dan dalam setiap rumusan tujuan hanya satu bentuk tingkah laku.
2)      Mengembangkan alat evaluasi, yakni menentukan jenis tes dan menyusun item soal untuk masing-masing tujuan. Alat evaluasi disimpan pada tahap 2 setelah perumusan tujuan untuk meyakinkan ketepatan tujuan sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan.
3)      Mengembangkan kegiatan belajar-mengajar, yakni merumuskan semua kemungkinan kegiatan belajar dan menyeleksi kegiatan belajar perlu ditempuh.
4)      Mengembangkan program kegiatan pembelajaran yakni merumuskan materi pelajaran, menetapkan metode dan memilih alat dan sumber pelajaran.
5)      Pelaksanaan program, yakni kegiatan mengadakan prates, menyampaikan materi pelajaran, mengadakan psikotes, dan melakukan perbaikan.
B.     Pola Pengajaran
Perkembangan ilmu pengetahuan mempengaruhi pola pembelajaran. Timbulnya berbagai pola tersebut berkecenderungan membakukan input dalam system pembelajaran. Ada beberapa pola pengajaran yang telah teridentifikasi menurut Morris:
1.      Pola pengajaran tradisional
Dalam pola pengajaran tradisional ini, pengajar (atau guru) memegang peran utama dalam menentukan isi dan metode pengajaran, termasuk dalam menilai kemajuan belajar siswa. Guru merupakan satu-satunya sumber belajar bagi siswa. Dalam pola interaksi edukatif ini, guru kelas mendominasi kegiatan belajar mengajar.
2.      Pola pengajaran dibantu media
Perkembangan ilmu pengetahuan telah mempengaruhi pola pengajaran, sehingga timbul kecenderungan membakukan masukan atau standarisasi input ke dalam system pengajaran. Sementara itu, perkembangan teknologi, khususnya perlengkapan media dan fasilitas pengajaran juga mengalami kemajuan.
3.      Pola pengajaran yang merupakan tanggung jawab bersama antara Guru dan media
Implikasi yang ditimbulkan dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta perkembangan umat manusia dari generasi ke generasi juga menuntut system pendidikan dan kepelatihan yang canggih. Segala macam pengetahuan dan pesan, baik yang verbal maupun nonverbal, perlu ditransformasikan dalam system baru. Oleh sebab itu, maka kemudian media bukan saja merupakan hasil pengetahuan manusia, namun juga merupakan sarana mengkomunikasikan pengetahuan dan pesan tersebut. Terlebih lagi, bentuk transformasi tersebut juga dapat sebagai sarana mengembangkan keterampilan khusus dengan menggunakan teknik-teknik mutakir.
4.      Pola pengajaran dengan media
Pola pengajaran keempat ini muncul sebagai jawaban akan semakin meningkatnya kebutuhan dalam kegiatan belajar mengajar, baik dari segi jumlah maupun mutu. Munculnya tuntutan profesionalisme tenaga pengajar dalam rangka standarisasi mutu, memberikan dampak berkurangnya tenaga pengajar yang berkualitas tinggi. Jadi jumlah tenaga pengajar yang terbatas juga turut memberi andil akan hadirnya pola pengajaran ini. Sementara penambahan jumlah tenaga pengajar professional tidak dapat dilakukan secara kilat. Maka muncul upaya untuk menemukan dan mengembangkan media pengajaran.
Dari keempat pola pengajaran di atas, satu sama lain terdapat kelemahan. Setiap pola pengajaran tertentu hanya cocok untuk materi dan kondisi tertentu. Dan belum ditemukan pola pengajaran yang terbaik dalam pembelajaran , akan tetapi pola pengajaran tertentu baik untuk pengajaran tertentu pula. Pola-pola tersebut saling melengkapi dan disesuaikan dengan kondisi/karakteristik pembelajaran, serta kegiatan pengajaran  merupakan komponen yang terpadu.
C.    Komponen Pengajaran
Pandangan mengenai konsep pembelajaran terus menerus mengalami perubahan dan perkembangan sesuai dengan perkembangan IPTEK. Pembelajaran sama artinya dengan kegiatan mengajar. Kegiatan mengajar dilakukan oleh guru untuk menyampaikan pengetahuan kepada siswa. Pembelajaran merupakan suatu sistem, yang terdiri dari berbagai komponen yang saling berhubungan satu dengan yang lain. Komponen tersebut meliputi: kurikulum, guru, siswa, materi, metode, media dan evaluasi. Pelaksanaan pembelajaran adalah operasionalisasi dari perencanaan pembelajaran, sehingga tidak lepas dari perencanaan pengajaran / pembelajaran yang sudah dibuat. Oleh karenanya dalam pelaksanaannya akan sangat tergantung pada bagaimana perencanaan pengajaran sebagai operasionalisasi dari sebuah kurikulum.
Pembelajaran kontestual merupakan salah satu model pembelajaran yang diterapkan oleh guru dalam proses belajar-mengajar, yaitu konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan enam komponen utama pembelajaran efektif, yakni: konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan ( Inquiri), masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan (Modeling), dan penilaian sebenarnya (Authentic Assessment).
Jadi dapat disimpulkan bahwa komponen pembelajaran adalah kumpulan dari beberapa item yang saling berhubungan satu sama lain yang merupakan hal penting dalam proses belajar mengajar.
Macam Komponen Pembelajaran
Di dalam pembelajaran, terdapat komponen-komponen yang berkaitan dengan proses pembelajaran, yaitu :

1.      Kurikulum
Secara etimologis, kurikulum ( curriculum ) berasal dari bahasa Yunani, curir yang artinya “pelari” dan curere yang berarti “tempat berpacu”. yaitu suatu jarak yang harus ditempuh oleh pelari dari garis start sampai garis finish. Secara terminologis, istilah kurikulum mengandung arti sejumlah pengetahuan atau mata pelajaran yang harus ditempuh atau diselesaikan siswa guna mencapai suatu tingkatan atau ijazah. Pengertian kurikulum secara luas tidak hanya berupa mata pelajaran atau bidang studi dan kegiatan-kegiatan belajar siswa saja, tetapi juga segala sesuatu yang berpengaruh terhadap pembentukan pribadi siswa sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan. Misalnya fasilitas kampus, lingkungan yang aman, suasana keakraban dalam proses belajar mengajar, media dan sumber-sumber belajar yang memadai.
Kurikulum sebagai rancangan pendidikan mempunyai kedudukan yang sangat strategis dalam seluruh aspek kegiatan pendidikan. Mengingat pentingnya peranan kurikulum di dalam pendidikan dan dalam perkembangan kehidupan manusia, maka dalam penyusunan kurikulum tidak bisa dilakukan tanpa menggunakan landasan yang kokoh dan kuat.
2.      Guru
Kata Guru berasal dari bahasa Sansekerta “guru” yang juga berarti guru, tetapi arti harfiahnya adalah “berat” yaitu seorang pengajar suatu ilmu. Dalam bahasa Indonesia, guru umumnya merujuk pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik.
3.      Siswa
Siswa atau Murid biasanya digunakan untuk seseorang yang mengikuti suatu program pendidikan di sekolah atau lembaga pendidikan lainnya, di bawah bimbingan seorang atau beberapa guru. Dalam konteks keagamaan murid digunakan sebagai sebutan bagi seseorang yang mengikuti bimbingan seorang tokoh bijaksana. Meskipun demikian, siswa jangan selalu dianggap sebagai objek belajar yang tidak tahu apa-apa. Ia memiliki latar belakang, minat, dan kebutuhan serta kemampuan yang berbeda.
4.      Metode
Metode pembelajaran adalah cara yang dapat dilakukan untuk membantu proses belajar-mengajar agar berjalan dengan baik, metode-metode tersebut antara lain :
a)      Metode Ceramah
b)      Metode Tanya Jawab
c)      Metode Diskusi
d)     Metode Demonstrasi
e)      Metode Eksperimen
5.      Materi
Materi juga merupakan salah satu faktor penentu keterlibatan siswa. Adapun karakteristik dari materi yang bagus menurut Hutchinson dan Waters adalah:
a)      Adanya teks yang menarik.
b)      Adanya kegiatan atau aktivitas yang menyenangkan serta meliputi kemampuan berpikir siswa.
c)      Memberi kesempatan siswa untuk menggunakan pengetahuan dan ketrampilan yang sudah mereka miliki.
d)     Materi yang dikuasai baik oleh siswa maupun guru.
Dalam kegiatan belajar, materi harus didesain sedemikian rupa, sehingga cocok untuk mencapai tujuan dengan memperhatikan komponen-komponen yang lain, terutama komponen anak didik yang merupakan sentral. Pemilihan materi harus benar-benar dapat memberikan kecakapan dalam memecahkan masalah kehidupan sehari-hari.
6.      Alat Pembelajaran (media)
Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari “medium” yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Jadi media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Media pembelajaran adalah perangkat lunak (soft ware) atau perangkat keras (hard ware) yang berfungsi sebagai alat belajar atau alat bantu belajar.
7.      Evaluasi
Istilah evaluasi berasal dari bahasa Inggris yaitu “Evaluation”. Menurut Wand dan Brown, evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari suatu hal. Ada pendapat lain yang mengatakan bahwa evaluasi adalah kegiatan mengumpulkan data seluas-luasnya, sedalam-dalamnya yang bersangkutan dengan kapabilitas siswa, guna mengetahui sebab akibat dan hasil belajar siswa yang dapat mendorong dan mengembangkan kemampuan belajar.















BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Desain pembelajran sangat penting sebagai petunjuk arah kegiatan dalam mencapai tujuan. Desain pembelajran adalah diharapkan tumbuhnya suatu pengarahan kegiatan dengan adanya pedoman bagi pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang ditujukan kepada pencapaian tujuan. pola pengajaran adalah suatu bentuk kegiatan dalam mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkan dengan anak sehingga terjadi proses belajar mengajar.
Komponen pembelajaran adalah kumpulan dari beberapa item yang saling berhubungan satu sama lain yang merupakan hal penting dalam proses belajar mengajar.  Di dalam pembelajaran terdapat komponen-komponen pembelajaran,  yaitu : Kurikulum ; Guru ; Siswa ; Metode ; Materi ; Alat Pembelajaran ; dan Evaluasi.  Dari semua komponen pembelajaran, antara komponen yang satu dengan yang lain memiliki hubungan saling keterkaitan. Guru sebagai ujung tombak pelaksanaan pendidikan di lapangan, sangat menentukan keberhasilan dalam mencapai tujuan pendidikan.
Bagi setiap guru, dituntut untuk memehami masing-masing metode secara baik. Dengan pemilihan dan penggunaan metode yang tepat untuk setiap unit materi pelajaran yang diberikan kepada siswa, maka akan meningkatkan proses interaksi belajar-mengajar.  Jika ada salah satu komponen pembelajaran yang bermasalah, maka proses belajar-mengajar tidak dapat berjalan baik





DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran Edisi Revisi, Jakarta: Rineka Cipta, 2010
Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran , Jakarta:  Kencana Prenada  Media Group, 2008
Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 1995
Kebudayaan, Kamus besar bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka, 1999, h. 218
Bahri dan Zain, Aswan. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta, 1996. Marimba.
Uno, Hamzah. 2006. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Harijanto. 2006. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: PT Asdi Mahasatya.
Majid, Abdul. 2007. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
Sa'ud, Udin Saefudin dan Makmun, Abin Syamsuddin. 2006, PerencanaanPendidikan Suatu Pendekatan Komprehensif.  Bandung,: PT Remaja Rosda Karya


Tidak ada komentar: