Minggu, 01 Mei 2016

MAKALAH "Tinjauan filosofis tentang kurikulum pendidikan islam".


TINJAUAN FILOSOFIS TENTANG KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM


OLEH :
Ø  FATHUL
Ø  MUNAWAR
Ø  TAMRIN
Ø  RAIS




FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS INDONESI TIMUR
2014


BAB I
PENDAHULUAN
Sebagai suatu kegiatan yang terencana, pendidikan Islam memiliki kejelasan tujuan yang ingin dicapai. Akan sulit kita bayangkan dalam benak, jika suatu kegiatan tanpa memiliki tujuan yang jelas. Karena pentingnya tujuan tersebut, banyak kita jumpai kajian kajian yang sungguh-sungguh di kalangan para ahli mengenai tujuan tersebut. Berbagai buku yang mengkaji masalah pendidikan Islam senantiasa berusaha merumuskan tujuan yang baik secara umum maupun secara khusus.
Pendidikan Islam secara fungsional adalah merupakan upaya manusia muslim merekayasa pembentukan al insan  al kamil melalui penciptaan institusi interaksi edukatif yang kondusif. Dalam posisinya yang demikian, pendidikan islam adalah model rekayasa individual dan sosial yang paling efektif untuk menyiapkan dan menciptakan bentuk masyarakat ideal ke masa depan. Sejalan dengan konsep perekayasaan masa depan umat, maka pendidikan Islam harus memiliki seperangkat isi atau bahan yang akan ditransformasikan kepada peserta didik agar menjadi milik dan kepribadian sesuai dengan idealitas Islam. Untuk itu perlu dirancang suatu bentuk kurikulum pendidikan Islam yang sepenuhnya mengacu pada nilai-nilai asasi ajaran Islam. Dalam kaitan inilah diharapkan filsafat pendidikan Islam mampu memberikan kompas atau arah terhadap pembentukan kurikulum pendidikan yang Islami.
Pendidikan Islam dalam pelaksanaannya memerlukan metode yang tepat untuk menghantarkan kegiatan pendidikannya ke arah tujuan yang dicita-citakan. Bagaimanapun baik dan sempurnanya suatu kurikulum pendidikan Islam, ia tidak akan berarti apa-apa manakala tidak memiliki metode atau cara yang tepat dalam mentranspormasikannya kepada peserta didik. Ketidak tepatan dalam penerapan metode secara praktis akan menghambat proses belajar mengajar yang akan berakibat terbuangnya waktu dan tenaga. Karenanya metode merupakan syarat untuk efisiensi aktivitas kepandidikan Islam. Hal ini berarti metode merupakan hal yang esensial, karena tujuan pendidikan Islam akan tercapai secara tepat guna manakala metode yang ditempuh benar-benar tepat.

BAB II
PEMBAHASAN
B. TINJAUAN FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM TERHADAP KURIKULUM
1. Pengertian Kurikulum Pendidikan Islam
Secara etimologi kurikulum berasal dari bahasa Yunani, yaitu curir yang artinya pelari dan curere yang artinya jarak yang harus ditempuh oleh pelari. Istilah ini pada mulanya digunakan dalam dunia olehraga. Berdasarkan pengertian ini, dalam konteksnya dengan dunia pendidikan menjadi “circle of instruction” yaitu suatu lingkaran pengajaran dimana guru dan murid terlibat didalamnya.
Dalam kosa kata Arab, istilah kurikulum dikenal dengan kata manhaj yang berarti jalan yang terang yang dilalui oleh manusia pada berbagai bidang kehidupannya. Apabila pengertian ini dikaitkan dengan pendidikan, maka manhaj atau kurikulum berarti jalan terang yang dilalui pendidik atau guru dengan orang-orang yang dididik untuk mengembangkan pengetahuan, ketrampilan dan sikap mereka.
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kurikulum itu adalah merupakan landasan yang digunakan pendidik untuk membimbing peserta didiknya ke arah tujuan pendidikan yang diinginkan melalui akumulasi sejumlah pengetahuan ketrampilan dan sikap mental. Ini berarti bahwa proses kependidikan Islam bukanlah suatu proses yang dapat dilakukan secara serampangan, akan tetapi hendaknya mengacu pada konseptualisasi manusia paripurna – baik sebagai khalifah maupun ‘abd -  melalu transformasi sejumlah pengetahuan ketrampilan dan sikap mental yang harus tersusun dalam kurikulum pendidikan Islam. Disinilah filsafat pendidikan Islam dalam memberikan pandangan filosofis tentang hakikat pengetahuan, ketrampilanm dan sikap mental yang dapat dijadikan pedoman dalam pembentukan manusia paripurna ( al- insan al-kamil).
Selain itu, ada pula yang berpendapat bahwa kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang disiapkan berdasarkan rancangan yang sistematik dan koordinatif dalam rangka mencapai tujuan pendidikan yang ditetapkan. Selanjutnya, sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan dunia pendidikan, definisi kurikulum sebagaimana disebutkan di atas dipandang sudah ketinggalam zaman. Saylor dan Alexander, mengatakan bahwa kurikulum bukan hanya sekedar memuat sejumlah mata pelajaran, akan tetapi termasuk juga di dalamnya segala usaha lembaga pendidikan untuk mencapai tujuan yang diinginkan, baik usaha tersebut dilakukan di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah.
2. Cakupan Kurikulum
Dengan demikian cakupan bahan pengajaran yang terdapat dalam kurikulum pada masa sekarang nampak semakin luas. Berdasarkan pada perkembangan yang seperti ini, maka para perancang kurikulum meliputi empat bagian. Pertama, bagian yang berkenaan dengan tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh proses belajar mengajar. Kedua, bagian yang berisi pengetahuan, informasi-informasi, data, aktivitas-aktivitas, dan pengalaman-pengalaman yang merupakan bahan bagi penyusunan kurikulum yang isinya berupa mata pelajaran dalam silabus. Ketiga, bagian berisi metode penyampaian. Keempat, bagian yang berisi metode penilaian dan pengukuran atas hasil pengajaran tersebut.
3. Asas-Asas Kurikulum Pendidikan Islam
Suatu kurikulum pendidikan, termasuk pendidikan Islam, hendaknya mengandung beberapa unsur utama seperti tujuan, isi mata pelajaran, metode mengajar, dan metode penilaian. Kesemuaannya harus tersusun dan mengacu pada suatu sumber kekuatan yang menjadi landasan dalam pembentukannya. Sumber-sumber tersebut dikatakan sebagai asas-asas pembentukan kuriulum pendidikan.
Menurut mohammad al Thoumy al Syaibany, asas-asa umum yang menjadi landasan pembentukan kurikulum dalam pendidikan Islam adalah:
a.      Asas Agama
Seluruh sistem yang ada dalam masyarakat Islam, termasuk sistem pendidikannya harus meletakan dasar falsafah, tujuan, dan kurikulumnya pada ajaran Islam yang meliputi aqidah, ibadah dan muamalah. Hal ini bermakna bahwa itu semua pada akhirnya harus mengacu pada dua sumber utama syariat Islam, yaitu al-Qur’an dan as-Sunnah. Sementara sumber lainnya sering dikategorikan sebagai metode seperti ijma, qiyas dan ihtisan.
Pembentukan kurikulum pendiidkan Islam harus diletakan pada apa yang telah digariskan oleh 2 sumber tersebut dalam rangka menciptakan mausia yang bertaqwa sebagai ‘abid dan khalifah dimuka bumi.
b.       Asas Falsafah
Dasar ini memberikan arah dan kompas tujuan pendidikan Islam, dengan dasar filosofis, sehingga susunan kurikulum pendidikan Islam mengandung suatu kebenaran, terutama dari sisi nilai-nilai sebagai pandangan hidup yang diyakini kebenarannya. Secara umum, dasar falsafah ini membawa konsekwensi bahwa rumusan kurikulum pendidikan Islam harus beranjak dari konsep ontologi, epistemologi dan aksiologi yang digali dari pemikiran manusia muslim, yang sepenuhnya tidak bertentangan dengan nilai-nilai asasi ajaran Islam.
c.       Asas Psikologis
Asas ini memberi arti bahwa kurikulum pendidikan Islam hendaknya disusun dengan mempertimbangkan tahapan-tahapan pertumbuhan dan perkembangan yang dilalui anak didik. Kurikulum pendidikan Islam harus dirancang sejalan dengan ciri-ciri perkembangan anak didik, tahap kematangan bakat-bakat jasmani, intelektual, bahasa, emosi dan sosial, kebutuhan dan minat, kecakapan dan perbedaan individual dan aspek lainnya yang berhubungan dengan aspek-aspek psikologis.

d.      Asas Sosial
Pembentukan kurikulum pendidikan Islam harus mengacu ke arah realisasi individu dalam masyarakat. Pola yang demikian ini berarti bahwa semua kecenderungan dan perubahan yang telah dan bakal terjadi dalam perkembangan masyarakat manusia sebagai mahluk sosial harus mendapat tempat dalam kurikulum pendidikan Islam. Hal ini dimaksudkan agar out-put yang diahasilkan menjadi manusia yang mampu mengambil peran dalam masyarakat dan kebudayaan dalam konteks kehidupan zamannya.
Keempat asas tersebut di atas harus dijadikan landasan dalam pembentukan kurikulum pendidikan Islam. Perlu ditekankan bahwa antara satu asas dengan asas lainnya tidaklah berdiri sendiri-sendiri, tetapi harus merupakan suatu kesatuan yang utuh sehingga dapat membentuk kurikulum pendidikan Islam yang terpadu, yaitu kurikulum yang relevan dengan kebutuhan pengembangan anak didik dalam unsur ketauhidan, keagamaan, pengembangan potensinya sebagai khalifah, pengembangan kepribadiannya sebagai individu dan pengembangannya dalam kehidupan sosial.
4. Kriteria Kurikulum Pendidikan Islam
Berdasarkan pada asas-asas tersebut, maka kurikulum pendidikan Islam menurut An Nahlawi  harus pula memenuhi kriteria sebagai berikut:
a.       Sistem dan perkembangan kurikulum hendaknya selaras dengan fitrah insani sehingga memiliki peluang untuk mensucikannya, dan menjaganya dari penyimpangan dan menyelamatkannya.
b.      Kurikulum hendaknya diarahkan untuk mencapai tujuan akhir pendidikan Islam, yaitu ikhlas, taat beribadah kepada Allah, disamping merealisasikan tujuan aspek psikis, fisik, sosial, budaya maupun intelektual.
c.       Pentahapan serta pengkhususan kurikulum hendaknya memperhatikan periodesasi perkembangan peserta didik maupun unisitas (kekhasan) terutama karakteristik anak-anak dan jenis kelamin.
d.      Dalam berbagai pelaksanaan, aktivitas, contoh dan nash yang ada dalam kurikulum harus memelihara kebutuhan nyata kahidupan masyarakat dengan tatap bertopang pada cita ideal Islami, seperti tasa syukur dan harga diri sebagai umat Islam.
e.       Secara keseluruhan struktur dan organisasai kurikulum hendaknya tidak bertentangan dan tidak menimbulkan pertentngan dengan polah hidup Islami.
f.       Hendaknya kurikulum bersifat realistik atau dapat dilaksanakan sesuai dengan situasi dan kondisi dalam kehidupan negara tertentu.
g.      Hendaknya metoda pendidikan atau pengajaran dalam kurikulum bersifat luwes sehingga dapat disesuaikan berbagai situasi dan kondisi serta perbedaan individual dalam menangkap dan mengolah bahan pelajaran.
h.      Hendaknya kurikulum itu efektif dalam arti berisikan nilai edukatif yang dapat membentuk afektif (sikap) Islami dalam kepribadian anak.
i.         Kurikulum harus memperhatikan aspek-aspek tingkah laku amaliah Islami, seperti pendidikan untuk berjihad dan dakwah Islamiyah serta membangun masyarakat muslim dilingkungan sekolah[1]
C. TINJAUAN FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM TERHADAP METODE
1.      Pengertian Metode
Secara literal, metode berasal dari bahasa Greek yang terdiri dari dua kosa kata, yaitu meta yang berarti melalui dan hodos yang berarti jalan. Berarti metode bararti jalan yang dilalui. Runes, secara teknis menerangkan bahwa metode adalah:
a.       Suatu prosedur yang dipakai untuk mencapai suatu tujuan,
b.      Suatu teknik mengetahui yang dipakai dalam proses mencari ilmu pengetahuan dari suatu materi tertentu,
c.       Suatu ilmu yang merumuskan aturan-aturan dari suatu prosedur.
Berdasarkan pendapat Runes tersebut, maka bila dikaitkan dengan proses kependidikan Islam, metode berarti suatu prosedur yang dipergunakan pendidik dalam melaksanakan tugas-tugas kependidikan (segi pendidik). Selain itu, dapat juga diartikan teknik tertentu yang dipergunakan peserta didik untuk menguasai materi tertentu (segi peserta didik), atau cara yang dipakai untuk merumuskan aturan-aturan tertentu dari suatu prosedur (segi pembuat kebijakan). Dalam makalah ini, batasan yang pertamalah yang akan menjadi fokus kajiannya.
2.      Asas-Asas Umum Metode Pendidikan Islam
Dalam hal ini sesungguhnya asa-asanya tidak akan jauh berbeda dengan asa-asa pembentukan kurikulum. Hal ini dikarenakan dalam proses pendidikan Islam, seluruh komponennya merupakan satu kesatuan yang utuh yang membantuk suatu sistem[2][2]
Secara umum menurut al-Syaibani, asas-asas metode pendidikan Islam adalah:
a.       Asas Agama, yaitu prinsip-prinsip, asas-asas, dan fakta-fakta umum yang diambil dari sumber ajaran Islam (al-Qur’an dan as-Sunnah)
b.      Asas Biologis, yaitu dasar yang mempertimbangkan kebutuhan jasmani dan tingkat perkembangan usia peserta didik.
c.       Asas Psikologi, yaitu prinsip yang lahir di atas pertimbangan kekuatan psikologis, seperti Motovasi, kebutuhan, emosi, minat, bakat, sikap, keinginan, kecakapan akal dan lain sebagainya.
d.      Asas Sosial, yaitu asas yang bersumber dari kehidupan sosial manusia seperti tradisi, kebutuhan-kebutuhan, harapan dan tuntutan kehidupan yang senantiasa maju dan berkembang.
3.      Prinsip-prindip Metode Pendidikan Islam
Dalam hal ini akan membahas bagaimana menyajikan bahan dan materi yang terdapat dalam kurikulum dalam suatu kegiatan pendidikan. Berikut ini dikemukakan beberapa ayat yang dipergunakan sebagai rujukan pengembangan metode pendidikan Islam
a.       Artinya: Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu teladan yang baik bagi kamu sekalian. (Q. S. (33):21)
b.      Artinya: Serulah manusia kejalan tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik. Berdiskusilah dengan pelajaran yang baik (Q.S (16): 125); Ibrahim berkata: Wahai anaku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu, maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu? (Q.S ( 37): 102)
c.       (Q.S.(42): 38). sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka.
d.      Artinya: katakanlah: berjalanlah kamu dimuka bumi, kemudian perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan itu (QS. 6;11), sesungguhnya telah berlaku sunnah-sunnah Allah sebelum kamu, karena itu berjalanlah kamu dimuka buki dan perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang mendustakan agama (Q.S. (3): 137)
e.       Artinya: Tatkala  malam  telah menjadi gelap, dia melihat sebuah bintang lalu dia berkata: inilah Tuhanku.tetapi tatkala bintang itu tenggelam, dia berkata saya tidak suka kepada yang tenggelam. Kemudian ketika dia melihat bulan terbit. Dia berkata: inilah Tuhanku. Tetapi setelah bulan itu tenggelam dia berkata: sesungguhnya jika tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat. Kemudian tatkala matahari terbit…. (Q.S. (6): 76-79)
f.       Artinya: perumpamaan orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, bagaikan menanam sebutir banih yang darinya tumbuh tujuh tangkai, dan tiap tangkai seratus biji (Q.S. (2): 261) dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya karena mencari keridhaan Allah untuk keteguhan jiwanya, seperti sebuah kebun terletak di dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu menghasilkan buahnya dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak menyiraminya hujan gerimispun mencukupinya. Allah maha melihat apa yang kami perbuat. (Q.S. (2); 265)
Khusus masalah metode dalam dunia pendidikan adalah suatu cara yang dipergunakan untuk menyampaikan atau mentransformasikan isi atau bahan  pendidikan kepada anak didik. Akhirnya model penyampaian firman Allah yang evolutif dan demikian pula risalah kenabian mengajarkan kepada kita uswah bahwa sosialisasi Islam yang dikenal dengan pendidikan dan dakwah adalah sebuah proses.
4.      Macam Macam Metode
a.       Metode Teladan
b.      Metode Kisah-kisah
c.       Metode Nsihat
d.      Metode Pembiasaan
e.       Metode Hukuman dan Ganjaran
f.       Metode Ceramah
g.      Metode Diskusi
h.      Metode Perintah dan Larangan
i.        Metode Pemberian Suasana
j.        Metode Bimbingan dan Penyuluhan
k.      Metode Perumpamaan
l.        Dan lain sebagainya.



BAB III
KESIMPULAN
Pendidikan islam adalah model rekayasa individual dan sosial yang paling efektif untuk menyiapkan dan menciptakan bentuk masyarakat ideal ke masa depan. Jadi Pada intinya pendidikan Islam merupakan upaya manusia muslim merekayasa pembentukan al insan  al kamil melalui penciptaan institusi interaksi edukatif yang kondusif. Dalam kaitan inilah diharapkan filsafat pendidikan Islam mampu memberikan kompas atau arah terhadap pembentukan kurikulum pendidikan yang Islami.
Pendidikan Islam dalam pelaksanaannya memerlukan metode yang tepat untuk menghantarkan kegiatan pendidikannya ke arah tujuan yang diharapkan. Bagaimanapun baik dan sempurnanya suatu kurikulum pendidikan Islam, ia tidak akan berarti apa-apa ketika  tidak memiliki metode atau cara yang tepat dalam mentranspormasikannya kepada peserta didik. Maka dari itu dalam penerapan metode secara praktis harus tepat, agar tidak menghambat proses belajar mengajar dan terbuangnya waktu dan tenaga. Karenanya metode merupakan syarat untuk efisiensi aktivitas kepandidikan Islam. Hal ini berarti metode merupakan hal yang esensial, karena tujuan pendidikan Islam akan tercapai secara tepat guna manakala metode yang ditempuh benar-benar tepat



BAB 1V
Daftar Pustaka

·         Al-Qur’anul karim
·         An Nahlawi, Abdurrahman. Prinsip-Prinsip dan Metode Pendidikan  Islam. (Bandung: CV Dipenogoro. 1992)
·         Langgulung, Hasan. Azas-Azas Pendidikan Islam. (Jakarta: Pustaka Al Husna. 1992)




[1][1]Nahlawi, Abdurrahman, Prinsip-Prinsip dan Metode Pendidikan Islam. Bandung: CV Diponegoro. 1992 hal:5
[2][2] Langgulung, Hasan. Azaz-Azaz Pendidikan Islam. Jakarta: Pustaka Al-Husna. 1992. Hal:6

Tidak ada komentar: