Minggu, 01 Mei 2016

MAKALAH "Pertumbuhan madrasah pada periode awal sebelum lahirnya madrasah nizhamiyah".


PERTUMBUHAN MADRASAH PADA PERIODE AWAL
SEBELUM LAHIRNYA MADRASAH NIZHAMIYAH


OLEH : KLP II

RAHMATIAH ABDULLAH
ADI CANDRA
YUDA NOVITA


PEMBAHASAN
A.     Latar Belakang Munculnya Istilah Madrasah
1.      Kronologi Lahirnya Madrasah
Sebagai awalan pembahasan pertumbuhan madrasah, terlebih dahulu akan dikemukakan periodisasi pendidikan Islam sebagaimana yang dikemukakan oleh Zuhairini yang membaginya kepada lima periode:
a)      Periode pembinaan pendidikan Islam, yaitu pada masa Rasulullah Saw.
b)      Periode pertumbuhan pendidikan Islam yang pada masa Rasulullah Saw. sampai masa Bani Umayyah.
c)      Periode kejayaan pendidikan pendidikan Islam, yaitu pada masa Abbasiyah sampai dengan jatuhnya Baghdad diwarnai dengan timbulnya madrasah dan puncak budaya Islam.
d)     Periode kemunduran pendidikan Islam, yaitu jatuhnya Baghdad sampai dengan jatuhnya Mesir ke tangan Napoleon.
e)      Periode pembaharuan pendidikan Islam, yaitu pada masa Mesir dipegang oleh Napoleon sampai dengan kini.
Dari periodisasi di atas dapat diasumsikan bahwa pembahasan ini berada pada periode ketiga, yaitu pada masa Abbasiyah sampai jatuhnya Baghdad. Dengan demikian, pada pembahasan selanjutnya eksistensi madrasah tidak terlepas dari beberapa faktor eksternal maupun internal.
Di antara faktor eksternal yang mendukung timbulnya madrasah adalah faktor politik. Kesatuan politik yang hampir terwujud, seperti telah dipelihara oleh Khalifah Sunni di Baghdad, terpecah ketika Khalifah Syi'i didirikan di Cairo sebelum akhir abad ke-4 H. Selain perbedaan doktrin antara kedua golongan, terjadi pula persaingan politik. Pendidikan menjadi salah satu senjata dari perlombaan politik tersebut.
Khalifah-khalifah saingan di Cairo mengklaim dirinya sebagai keturunan nabi dan mereka memperkuatnya melalui pendidikan terencana yang diselenggarakan oleh negara. Pendidikan ini dirancang untuk keperluan orang-orang dewasa yang disebarluaskan dari sebuah lembaga pusat yang dikenal dengan nam Dar al-Ilmi. Sebuah masjid yang didirikan setelah Cairo direbut, segera digunakan untuk tempat belajar, menurut doktrin penguasa baru. Masjid ini, sekarang dikenal dengan Al-Azhar. Yang dipandang sebagai universitas tertua di dunia.

Tidaklah perlu dibesar-besarkan pentingnya campur tangan aktif dan langsung yang pertama dalam pendidikan mengingat campur tangan itu terbatas pada tingkat pendidikan dasar masih harus dipelajari di maktab atau secara privat. Belajar dari langkah-langkah yang ditempuh di Cairo, Baghdad tidak mau ketinggalan. Meskipun agak terlambat, Baghdad menanggapi tantangan pendidikan itu dengan langkah yang sama pada abad ke-5 H, yaitu mendirikan sebuah lembaga pendidikan baru yang bernama madrasah. Serupa dengan apa yang dilakukan oleh kubu saingannya, lembaga madrasah itu didirikan oleh negara guna menyebarluaskan dogma penguasa.
Pada kesempatan selanjutnya, yaitu pada abad ke-5 Hijriah atau 11 Masehi, adalah masa dimana sejarah mencatat terjadinya konflik antara kelompok-kelompok keagamaan dalam Islam, misalnya Mu'tazilah, Syi'ah, Asy'ariyah, Hanafiyah, Hanbaliyah, dan Syafi'iyah. Wazir Saljuk sebelum Nidzam Al-Mulk adalah Al-Kunduri seorang bermazhab Hanafi dan pendukung Mu'tazilah. Salah satu kebijakannya sebagai wazir adalah mengusir dan menganiaya para penganut Asy'ariyah yang sering juga berarti penganut mazhab Al-Mulk, seorang Syafi'iyah Asy'ariyah dan karenanya secara alamiah berhadapan dengan Mu'tazilah, Syi'ah, Hanbaliyah, dan Hanafiyah.
Lawan politik Dinasti Saljuk yang Sunni adalah Dinasti Fatimiyah di Mesir, yang beraliran Syi'ah. Ketetapan awal untuk membina lembaga pendidikan dalam hal ini madrasah ialah karena suatu pertimbangan bahwa untuk melawah Syi'ah tidak cukup dengan kekuatan senjata, melainkan juga harus dengan melalui penanaman ideologi yang dapat melawan ideologi Syi'ah. Pertimbangan ini dilakukan karena Syi'ah sangat aktif dan sistematik dalam melakukan indoktrinisasi melalui pendidikan atau aktivitas pemikiran yang lain ini pula yang melatarbelakangi lahirnya madrasah dengan tujuan untuk melawan pengaruh Syi'ah dan memperkuat posisi Sunni. Walaupun ada faktor-faktor lainnya yang melatarbelakangi lahirnya madrasah.
2.      Fenomena Madrasah
Madrasah berasal dari akar kata “darasa” secara morfologis menurut al-tashrif atau sharf dalam bahasa Arab berarti “telah belajar” bentuk kata kerja lampau atau fi'il madhi. Sedangkan untuk menunjukkan kata keterangan tempat, misalnya tempat belajar, maka dibentuklah menjadi “isim makan” atau keterangan tempat. Isim makan dari “darasa”adalah “madrasah”. Jadi madrasah adalah salah satu pengertiannya adalah tempat belajar. Yang juga mengandung arti tempat atau wahana untuk mengenyam proses pembelajaran.
Selain pengertian madrasah yang berasal dari bahasa Arab yang juga kata “darasa”berasal dari bahasa Hebrew atau Aramy, kata madrasah yang berasal dari kata “darasa” masih mengandung beberapa pengertian diantaranya:
a)      Madrasah berarti aliran atau mazhab fiqh.
b)      Madrasah berarti pula kelompok yang berpegang pada metode dan pemikiran yang sama.
c)      Dalam pengertian abad pertengahan, madrasah berarti lembaga pendidikan tinggi yang mengajarkan fiqh sebagai pelajaran pokoknya, sedangkan selain itu seperti filsafat dan sastra hanya sebagai pelajaran tambahan.
d)     Madrasah berarti pula lembaga pendidikan tinggi yang mengajarkan pengetahuan agama. Sebagai lawan dari madrasah yaitu sekolah dasar tradisional yang disebut kuttab.
Antara madrasah dan lembaga-lembaga pendidikan sebelumnya mempunyai perbedaan. Lembaga-lembaga pendidikan sebelum madrasah tidak diatur secara administratif. Guru dan murid mempunyai kebebasan dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Sedangkan madrasah memiliki administrasi yang teratur dan rapi sehingga pelaksanaan pendidikan mengikuti aturan yang ditetapkan oleh pengelola madrasah. Mengenai tingkatan madrasah, Philip K. Hitti menggolongkannya ke dalam institution of higher education, setaraf dengan akademi. Tingkatan ini sama dengan akademi-akademi yang dilaksanakan di perpustakaan dan rumah sakit. Charles Michael Stanton mengelompokkan madrasah sebagai lembaga pendidikan tingkat college (jika dibandingkan dengan lembaga pendidikan sekarang). Dengan demikian madrasah yang dimaksud dalam tulisan ini adalah lembaga pendidikan tinggi (college).
Namun Hasan Asy'ari mengasumsikan ciri-ciri madrasah tidak dapat dikonotasikan dengan lembaga pendidikan yang ada sekarang dan kesulitan besar menerjemahkan kata madrasah itu sendiri.
Sedangkan Nakosteen dan beberapa sarjana lain, menerjemahkan kata madrasahdengan university. Walaupun tidak terlalu tepat, tapi sedikitnya dapat mewakili. Sebab, ada tiga perbedaan mendasar antara madrasah dan universitas:
a)      Kata universitas dalam pengertian yang paling awal mengacu pada civitas akademika, sedangkan madrasah mengacu pada sarana dan prasarana.
b)      Universitas bersifat hierarkis sedangkan madrasah bersifat individualistis dan personal.
c)      Izin mengajar pada universitas dikeluarkan oleh komite, sedangkan pada universitas ijazah diberikan oleh syaikh secara personal.
Dengan demikian, pada bahasan selanjutnya istilah ini akan dipakai dalam bentuk aslinya.Namun demikian, madrasah pada periode awal merupakan cikal bakal berdirinya universitas.
B.     Sejarah dan Motivasi Pendirian Madrasah
Beberapa paradigma dapat digunakan dalam memandang sejarah dan motivasi pendirian madrasah. Paling tidak ada tiga teori tentang timbulnya madrasah, yakni sebagai berikut:
1.      Madrasah selalu dikaitkan dengan nama Nidzam Al-Mulk (W. 485 H/1092 M), salah seorang wazir Dinasti Saljuk 456 H/1068 M sampai dengan wafatnya, dengan usahanya membangun Madrasah Nizhamiyah di berbagai kota utama daerah kekuasaan Saljuk. Begitu dominannya peran Nidzam Al-Mulk terkadang mendorong kepada kesimpulan yang keliru dengan mengatakan bahwa Nidzam Al-Mulk adalah orang pertama yang membangun madrasah. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Ahmad Amin dengan merujuk Al-Dzahabi. Pendapat ini dibantah oleh Hasan dengan mengajukan argumentasi bahwa belakangan membuktikan sebelum berdirinya Dinasti Saljuk telah dikenal secara luas di daerah Nisyapur. Di bawah naungan Dinasti Samaniyah (204-395 H/819-1005 M) berkembang menjadi salah satu pusat budaya dan pusat pendidikan terbesar di Dunia Islam sepanjang abad ke-4 H/10 M dan telah banyak madrasah jauh sebelum era Nidzam Al-Mulk. Pendapat ini diperkuat oleh Ghanimah yang menyatakan bahwa pada abad ke-4 H telah muncul madrasah di Nisyapur karena banyak bukti yang signifikan tentang hal itu. Demikian pula Abdul Al-'Al yang secara khusus melakukan kajian tentang pendidikan Islam pada abad tersebut dengan mengajukan fakta berdasarkan karya penulis-penulis abad ke-4 H. Antara lain: Ahsan al-Taqasin fi ma'rifat al-aqalim karya al-Makdisi (w.378), Thabaqat al-Syafi'iah al-Kubra karya Al-Subki (w.388 H), al-Rasa-'il karya Al-Hamadani (398 H).
2.      Menurut Al-Makrizi, ia berasumsi bahwa madrasah pertama adalah Madrasah Nizhamiyah yang didirikan tahun 457 M.
3.      Madrasah sudah eksis semenjak awal Islam seperti Bait al-Hikmah yang didirakan Al-Makmun di Baghdad abad ke-3 H.
Dari informasi yang diterima di atas dapat diketahui, bahwa madrasah yang pertama di Nisyapur. Namun demikian, madrasah itu kurang dikenal mengingat motivasi pendirian madrasah itu sendiri pada waktu itu masih bersifat ahliyah (keluarga), berdasarkan wakaf keluarga dan sejarah baru mencatat sesuatu bila telah menjadi fenomena yang meluas. Di samping itu, tidak ada campur tangan dari penguasa sebagaimana halnya Madrasah Nizhamiyah, sehingga tidak di sangkal bahwa pengaruh Madrasah Nizhamiyah melampaui pengaruh madrasah-madrasah yang didirikan sebelumnya.
Lahirnya lembaga pendidikan formal dalam bentuk madrasah merupakan pengembangan dari sistem pengajaran dan pendidikan yang pada awalnya berlangsung di masjid-masjid.
Dalam pandangan Hasan Ashari bahwa madrasah merupakan hasil evolusi dari masjid sebagai lembaga pendidikan dan Khan sebagai asramanya. Asumsi ini diperkuat oleh Makdisi, antara lain bahwa Masjid Khan yang menjadi cikal bakal madrasah dan fiqih merupakan bidang studi utama.
Selanjutnya Zuhairini mengemukakan alasan-alasan berdirinya madrasah di luar masjid:
1.      Halaqah-halaqah (kelompok studi) yang diselenggarakan di masjid sering mengganggu terutama terhadap orang-orang yang akan beribadah;
2.      Berkembangnya ilmu pengetahuan melahirkan halaqah-halaqah banyak yang tidak tertampung di Masjid;
3.      Ketika bangsa Turki mulai berpengaruh dalam pemerintahan Bani Abbasiyah dan dalam rangka mempertahankan status quo. Mereka berusaha menarik hati dengan berusaha memperhatikan pendidikan dan pengajaran guru-guru digaji dan diberi fasilitas yang layak;
4.      Sebagai kompensasi dari dosa yang mereka lakukan juga berharap ampunan dan pahala dari Tuhan karena mereka sering melakukan maksiat;
5.      Ketakutan akan tidak dapat mewariskan harta kepada anak-anaknya. Dengan demikian, mereka membuat wakaf pribadi yang dikelola oleh keluarga;
6.      Usaha mempertahankan dan mengembangkan aliran keagamaan dari para pembesar agama.
Argumen diatas dapat diilustrasikan bahwa masjid tidak lagi dianggap sebagai tempat yang cocok untuk pendidikan. Adapun proses transformasi dari masjid ke madrasah secara tidak langsung, yakni melalui perantara Masjid Khan.
Di sisi lain, Syalabi mengemukakan bahwa perkembangan dari masjid ke madrasah terjadi secara langsung. Menurutnya madrasah sebagai konsekuensi logis dari semakin ramainya pengajian di masjid yang fungsi utamanya adalah ibadah. Agar tidak menganggap kegiatan ibadah, dibuatlah tempat khusus untuk belajar yang dikenal madrasah.
Dalam pandangan Glasse bahwa madrasah sebagai sekolah tradisional untuk pendidikan tinggi. Pada masa dinasti Fatimiyah pengembangan itu dilakukan. Di lain pihak aliran Sunni menanggapinya dengan membuka madrasah teologi untuk menghadapi ancaman dari penyerbuan doktrin syi'ah, seperti Nidzam Al-Mulk dan Sultan Salahuddin yang bertujuan menahan subversi teologis yang dilancarkan dari pihak Fatimiyah.
C.     Madrasah Sebagai Institusi Pendidikan
Pendidikan secara kelembagaan tampak dalam berbagai bentuk yan bervariasi. Baik bersifat umum seperti masjid maupun yang khusus. Pada abad ke-4 H dikenal beberapa sistem pendidikan.
Hasan Abdul Al-'Al mengemukakan lima sistem dengan klasifikasi sebagai berikut: sistem pendidika Mu'tazilah, sistem pendidikan Ikhwan Al-Shafa, sistem pendidikan bercorak filsafat, sistem pendidikan bercorak tasawuf, dan sistem pendidikan bercorak fiqih. Institusi yang dipakai masing-masing sebagai berikut:
1.      Filosof menggunakan Daar al-Hikmah, al-Muntadiyat, Hawanit dan Waraqi'in;
2.      Mutashawif menggunakan al-Zawaya, al-Ribath, al-Masajid, dan Halaqat al-Dzikr;
3.      Syi'iyyin menggunakan Daar al-Hikmah , al-Masajid, pertemuan rahasia;
4.      Mutakallim menggunakan al-Masajid, al-Maktabat, Hawanit dan Waraqi'in serta al-Muntadiyat;
5.      Fuqaha dan ahli hadis menggunakan Al-Katadit, Al-Madaris, dan Al-Masajid.
Melihat data diatas jelaslah madrasah merupakan tradisi sistem pendidikan bercorak fiqih.
D.    Madrasah Pra Madrasah Nizhamiyah
Menurut stanton, madrasah yang pertama kali didirikan adalah Madrasah Wazir Nizhamiyah pada 1064 M; madrasah ini dikenal dengan sebutan Madrasah Nizhamiyah. Namun penelitian lebih akhir, misalnya, yang dilakukan oleh Richard Bulliet mengungkapkan eksistensi madrasah-madrasah lebih tua berada di kawasan Nisyapur Iran. Pada sekitar tahun 400 H/1009 M terdapat Madrasah Al-Baihaqiyah yang didirikan oleh Abu Hasan 'Ali Al-Baihaqi (w. 414 H/1023 M). Bulliet bahkan lebih jauh menyebutkan ada 39 madrasah di wilayah Persia yang berkembang dua abad sebelum Madrasah Nizhamiyah. Yang tertua adalah Madrasah Niandahiya yang didirikan Abi Ishaq Ibrahim ibn Mahmud di Nisyapur. Pendapat ini didukung Naji Ma'ruf, yang menyatakan bahwa di Khurasan telah berkembang madrasah 165 tahun sebelum kemunculan Madrasah Nizhamiyah. Selanjutnya Abdul Al-'Al mengemukakan, pada masa Sultan Mahmud Ghaznawi Sa'idiyah (berkuasa 388-421 H/998-1030 M) juga terdapat Madrasah Sa'idiyah.
Kurikulum madrasah yang diajarkan di Nisyapur tersebut meliputi agama dan filsafat. Pada masa periode ini telah muncul term ijazah. Ijazah pada waktu itu merupakan sebuah lembaran kertas yang menunjukkan bahwa sang penerimanya diberikan wewenang untuk mengajar apa yang dimaksud oleh ijazah tersebut. Namun, ijazah ini mempunyai skop yang terbatas yang hanya diberikan seorang guru kepada pelajar yang dianggap telah mampu menyebarkan ilmu pengetahuan yang diterimanya
E.      madrasah nizamiyah
   Pada tahun 1067 M., Nizam al-Mulk mendirikan perguruan tinggi besar di Bagdad yang kemudian menjadi model bagi Islam ortodoks (salafi) yang diberi nama Nizhamiyah sesuai dengan nama pendirinya.10 Nizam al-Mulk tidak hanya mendirikan satu madrasah Nizhamiyah yang ada di Bagdad saja, tetapi juga diberbagai daerah yang berada di bawah kekuasaan Saljuk yaitu di Balk, Nisapur, Heart, Isfahan, Basrah, Merw, Amul dan Mosul . Tetapi memang diantara madrasah yang didirikan Nizam al-Mulk yang paling terkenal adalah Madrasah Nizhamiyah di Bagdad.
F.     Motivasi Pembangunan Madrasah dan Munculnya Madrasah Nizhamiyah
Pada masa awal, munculnya Madrasah tidak selalu dilatarbelakangi oleh keinginan untuk menambah pusat-pusat pendidikan bagi masyarakat. Akan tetapi ada dua faktor yang memicu lahirnya Madrasah yaitu faktor yang meliputi eksternal dan internal.
Perkembangan politik menjadi salah satu faktor eksternal yang mendongkrak kebangkitan Madrasah. Pada akhir abad ke-4 Hijriah, terjadi persaingan antara golongan Sunni dan Shiah. Para pengikut paham Shi’ah yang berkembang di Cairo Mesir terus melakukan doktrin melalui lembaga pendidikan yang disebut Dar al-Ilm. Pendirian lembaga pendidikan yang direncanakan untuk menyebarluaskan paham Shi’ah ternyata dijadikan tantangan oleh kelompok Sunni di Baghdad. Mereka juga tidak mau ketinggalan dengan Shi’ah. Pada abad ke-5 Hijriah, Kelompok Sunni mendirikan lembaga pendidikan yang disebut dengan Madrasah.
Konflik antara kelompok dalam islam terjadi pada abad ke-5 Hijriah pada saat Kerjaan Saljuk dipimpin oleh al-Kunduri yang menganut Manhaj Hanafi dan pendukung Mu’tazilah. Salah satu kebijakannya adalah mengusir penganut Ash’ariyah} yang juga menganut Manhaj Shafi’i. Kemudian al-Kunduri digantikan oleh Niz}am al-Mulk (W. 485 H/ 1092 M). Ia penganut Shafi’i dan Ash’ari secara langsung berhadapan dengan penganut Mu’tazilah,Shi’ah, Hanbaliyah dan Hanafiyah.
Dinasti Saljuk setelah dikuasi oleh Nizam al-Mulk yang notabene pengikut Sunni mempunyai lawan politik yang sangat jelas yaitu Dinasti Fatimiyah di Mesir yang beraliran Shi’ah. Nidzam al-Mulk menyadari betul bahwa untuk melawan Fatimiyah tidak cukup dengan serangan meliter, mengingat pengikut Shi’ah yang semakin besar karena proses pendidikannya berkembang pesat, makaNizam al-Mulk kemudian mengikuti langkah DinastiFatimiyah dan mendirikan pusat pendidikan yang diberi nama Madrasah. Madrasah inilah yang pada akhirnya dikenal dengan sebutan Madrasah Nizamiyah. Pendirian lembaga pendidikan itu, salah satunya bertujuan untuk menyebarluaskan dan indoktrinasi paham keagamaan yang beraliran Sunni.
Menurut  M. Akmansyah yang mengutip pendapat Abdul Majid Futuh mengatakan bahwa MadrasahNizamiyah didirikan dengan tiga tujuan. Pertama, menyebarkan pemikiran Sunni untuk menghadapi dari tantangan pemikiran Shi’ah. Kedua, menyediakan guru-guru sunni yang cakap untuk mengajarkan Manhaj Sunni dan menyebarkannya ketempat-tempat lain. Ketiga, membentuk  kelompok pekerja sunni untuk berpartisipasi dalam mejalankan pemerintahan, khusunya dibidang peradilan dan manajemen. Sehingga dapat disimpulkan motivasi berdirinya Madrasah  dikarenakan adanya   motivasi agama, ekonomi  dan politik.
Pelajaran yang diajarkan di sekolah ini lebih intensf mengajarkan tentang pemahaman aliran Sunni yang menganut Ash’ariyah. Hal itu dilakukan karena salah satu motif pendirian Madrasah itu adalah melawan aliranShi’ah yang berkembang di Dinasti Fatimiyah Mesir. Selain itu, pelajaran tentang keislaman terutama Shari’ah yang didalamnya terdapat ilmu fiqih juga diajarkan. Sastra juga dipelari sedangkan filsafat tidak diajari

PENUTUP
KESIMPULAN
Motivasi yang mendasari kelahiran madrasah, yaitu selain motivasi agama dan motivasi ekonomi karena berkaitan dengan ketenagakerjaan, juga motivasi politik. Madrasah sebagai sebuah institusi pendidikan yang lahir karena kondisi sosial politik pada masa itu yang mendukung lahirnya madrasah di samping faktor-faktor lainnya. Dengan berdirinya madrasah, maka pendidikan Islam memasuki periode baru, yaitu pendidikan menjadi fungsi bagi negara dan madrasah-madrasah dilembagakan untuk tujuan pendidikan sekretarian dan indoktrinasi politik.
Meskipun madrasah sebagai lembaga pendidikan dan pengajaran di Dunia Islam baru timbul sekitar abad ke-4 H. Ini bukan berarti bahwa sejak awal perkembangannya Islam tidak mempunyai lembaga pendidikan dan pengajaran. Pada periode awal telah berdiri beberapa madrasah yang menjadi cikal bakal munculnya Madrasah Nizhamiyah. Madrasah-madrasah tersebut berada di wilayah Persia, tepatnya di daerah Nisyapur, misalnya Madrarah Al-Baihaqiyah, Madrasah Sa'idiyah dan madrasah yang terdapat di Khurasan

Tidak ada komentar: