PENDIDIKAN ISLAM
DI KERAJAAN TURKI USMANI
OLEH : KLP IX
FATHUL MUIN
RISALDY S IMAM
ASLAMIN ARSYAM
PEMBAHASAN
A.
SEJARAH SINGKAT BERDIRINYA KERAJAAN TURKI USMANI
Bangsa Turki tercatat dalam sejarah atas keberhasilannya mendirikan dua Dinasti, yaitu
Dinasti Turki Saljuk dan Turki Usmani. Kehancuran Dinasti Turki Saljuk oleh
serangan bangsa Mongol merupakan awal dari terbentuknya Dinasti Turki Usmani.
Anatolia sebelum masa orang-orang utsmaniyah
Negeri Anatolia (asia kecil) dahulu sebelum islam merupakan kerajaan yang
berada dibawah kekuasaan Byzantium (romawi timmur). Penaklukan-penaklukan oleh
pasukan islam sampai di sebagian wilayah timur negeri ini, dari ujung Armenia
hingga ke puncak gunung thurus sejak tahun 50 H, pada
masa kekhalifahan muawiyah , kam muslim belum mampu menaklukkan
konstanttinopel, walaupun telah dilakukan berulang kali usaha penyerangan.
Anatolia kemudian jau
ke tangan Mongolia, setelah merebutnya dari saljuk romawi . maka terjadilah
peperangan antara Mongolia dank am muslimin dan ini terjadi pada tahun 641 H.
setelah kekalahan Mongolia pada perang ain jalut, tahun 658 H berangkatlah
Zharir Bibris ke saljuk Romawi dan Mongolia, menyusul kekalahan besar ini
sebagai pelajaran besar ini. Bersamaan dengan lemahnya Mongolia , pemerintahan
utsmaniyah lalu menguasainya pada masa yang berbeda.
Orang-orang Utsmaniyah bernasab pada kabilah qobi yang berasal dari kabilah
Ghizz Turkmaniyah yang beragama islam dari negeri Turkistan.Tatkala terjadi
penyerbuan mongolia atas negeri itu, kakek mereka (sulaiman) berhijrah ke
negeri romawi, lalu ke syam dab ke irak. Dan mereka tenggelam di sungai Eufrat.
Kabilah ini lalu terpecah-pecah. Satu kelompok lalu kembali ke negeri
asalnya. Dan satu kelompoknya bersama dengan Erthoghul bin sulaiman.
Nama Kerajaan Usmani diambil dari nama putra Erthogrul. Ia mempunyai
seorang putra yang bernama Usman yang lahir pada tahun 1258. Nama Usman inilah
yang kemudian lahir istilah Kerajaan Turki Usmani atau Kerajaan Usmani. Pendiri
Kerajaan ini adalah bangsa Turki dari Kabila Oghus. Yang mendiami daerah Mongol
dan daerah Utara Negeri Cina, kemudian pindah ke Turkistan, lalu ke Persia dan
Iraq sekitar abad ke-9 dan 10.
Pada abad ke-13 M, Erthoghul pergi ke Anatolia. Wilayah itu berada
dibawah kekuasaan Sultan Alaudin II (Salajikoh Alaudin Kaiqobad). Erthoghul
membantunya melawan serangan dari Byzantium. Ertoghul menang dan mendapatkan
sebagian wilayah (Asyki Syahr) dari Alaudin dari Byzantium dan sebagian
hartanyamereka melarikan diri ke wilayah Barat sebagai akibat dari serangan
Mongol. mereka mencari tempat perlindungan dari Turki Saljuk di daratan Tinggi
Asia Kecil. Di bawah pimpinan Ertugrul, mereka mengabdikan diri pada Sultan
Alauddin II, Sultan Saljuk yang berperang melawan Bizantium. Atas jasa baiknya,
Sultan Alauddin menghadiahkan sebidang tanah di Asia Kecil, yang berbatasan
dengan Bizantium dan memilih Syukud sebagai Ibu kotanya.
Ertugrul meninggal dunia pada tahun 1289 M. kepemimpinannya dilanjutkan
oleh putranya yang bernama Usman (1281-1324), atas persetujuan Alauddin. Pada
tahun 1300, bangsa Mongol Menyerang Kerajaan Saljuk, dan Dinasti ini terpecah-pecah
dalam beberapa Dinasti kecil. Dalam kondisi kehancuran Saljuk inilah, Usman
mengklaim Kemerdekaan secara penuh atas wilayah yang didudukinya, sekaligus
memproklamirkan berdirinya kerajaan Turki Usmani. Dengan demikian, secara tidak
langsung mereka mengakui Usman sebagai penguasa tertinggi dengan gelar
“Padinsyah Ali Usman”.
Setelah Usman mengakui dirinya sebagai Raja Besar Keluarga Usman pada tahun
699 H/1300 M, secara bertahap ia memperluas wilayahnya. Penyerangan awal
dilakukan di sekitar daerah perbatasan Bizantium dan Brussa (Broessa) dijadikan
salah satu daerah yang menjadi objek taklukan. Pada tahun 1317 M. wilayah
tersebut dapat dikuasainya dan dijadikan sebagai ibu kota pada tahun 1326 M.
Diakhir kehidupannya Usman menunjuk Orchan (42) anak yang lebih muda dari
kedua orang putranya sebagai calon pengganti memimpin kerajaan. Keputusan
tersebut disandarkan pada pertimbangan kemampuan dan bakat anaknya
masing-masing. Orchan sebagai prajurit yang potensial telah mendapat pengawasan
dari ayahnya dan telah menunjukkan kemampuannya dalam konteks militer pada
penaklukkan Brossa. Sementara Alauddin (kakaknya) lebih potensial dalam bidang agama dan hukum. Meskipun mereka sama-sama dibina dan dididik oleh
ayahnya. Sasaran Orchan setelah penobatannya menjadi raja ialah penaklukkan
kota Yunani seperti Nicea dan Nicomania. Nicea menyerah pada tahun 1327 dan
Nocomedia takluk pada tahun 1338 M.
B.
RAJA-RAJA TURKI USMANI
Sultan Ustman bin Urtoghal (699-726 H/ 1294-1326 M)
Pada tahun 699 H usman melakukan perlusan kekuasaannya sampai ke Romawi
Bizantium setelah ia mengalahkan Alauddin Saljuk. Usman diberi gelar sebagai
Padisyah Al-Usman (Raja besar keluarga usman), gelar inilah yang dijuliki
sebagi Daulah Usmaniyyah. Usman berusaha memperkuat tentara dan memajukan
negrinya. kepada raja-raja kecil dibuat suatu peraturan untuk memilih salah
satu dari tiga hal, yaitu:
1) Masuk Islam
2) Membayar Jizyah; atau
3) Berperang
Penerapan sistem ini membawa hasil yang menggembirakan, yaitu banyak
raja-raja kecil yang tunduk kepada Usman.
Sultan Urkhan bin Utsman (726-761 H/ 1326-1359 M)
Sultan Urkhan adalah putera Utsman I. sebelum urkhan ditetapkan menjadi
raja, ia telah banyak membantu perjuangan ayahnya. Dia telah menjadikan Brousse
sebagai ibu kota kerajaannya.
Pada masa pemerintahannya, dia berhsil mengalahkan dan menguasai sejumlah
kota di selat Dardanil. Tentara baru yang dibentuk oleh Urkhan I diberi
nama Inkisyaiah. Pasukan ini dilengkapi dengan persenjataan dan
pakaian seragam. Di zaman inilah pertama kali dipergunakan senjata meriam.
Sultan Murad I bin Urkhan (761-791 H/ 1359-1389 M)
Pengganti sultan Urkhan adalah Sultan Murad I. selain memantapkan keamanan
di dalam negrinya, sultan juga meneruskan perjuangan dan menaklukkan bebrapa
daerah ke benua Eropa. Ia menaklukkan Adrianopel, yang kemudian dijadikan
sebagai ibukota kerajaan yang baru serta membentuk pasukan berkuda (Kaveleri).
Perjuangannya terus dilanjutkan dengan menaklukkan Macedonia, Shopia ibukota
Bulgaria, dan seluruh wilayah bagian utara Yunani.
Karena banyaknya kota-kota yang ditaklukkan oleh Murad I, pada waktu itu
bangsa Eropa mulai cemas. Akhirnya raja-raja Kristen Balkan meminta bantuan
Paus Urban II untuk mengusir kaum muslimin dari daratan Eropa. Maka peperangan
antara pasukan Islam dan Kristen Eropa pada tahun 765 H (1362 M). Peperangan
itu dimenangkan oleh pasukan Murad I, sehingga Balkan jatuh ke tangan umat
Islam. Selanjutnya pasukan Murad I merayap terus menguasai Eropa Timur seperti
Somakov, Sopia Monatsir, dan Saloniki.
Sultan Bayazid I bin Murad ( 791-805 H/ 1389-1403 M)
Bayazid adalah putra Murad I. Ia meneruskan perjuangan ayahnya dengan
memperluas wilayahnya seperti Eiden, Sharukan, dan Mutasya di Asia Kecil dan
Negri-negri bekas kekuasaan Bani saluki. Bayazid sangat besar pengaruhnya,
sehingga mencemaskan Paus. Kemudian Paus Bonifacius mengadakan penyerangan
terhadap pasukan Bayazid, dan peperangan inilah yang merupakan cikal bakal
terjadinya Perang Salib.
Tentara Salib ketika itu terdiri dari berbagai bangsa, namun dapat
dilumpuhkan oleh pasukan Bayazid. Namun pada peperangan berikutnya ketika
melawan Timur Lenk di Ankara, Bayazid dapat ditaklukkan, sehingga mengalami
kekalahan dan ketika itu Bayazid bersama putranya Musa tertawan dan wafat dalam
tahanan Timur Lenk pada tahun 1403 M.
Kekalahan Bayazid di Ankara itu membawa akibat buruk bagi Turki Usmani,
sehingga penguasa-penguasa Saljuk di Asia Kecil satu persatu melepaskan diri
dari genggaman Turki Usmani. Hal ini berlangsung sampai pengganti Bayazid
muncul.
Sultan Muhammad I bin Bayazid (816-824 H/ 1403-1421 M)
Kekalahan Bayazid membawa akibat buruk terhadap penguasa-penguasa Islam
yang semula berada di bawah kekuasaan Turki Usmani, sebab satu sama lain
berebutan, seperti wilayah Serbia, dan Bulgeria melepaskan diri dari Turki
Usmani. Suasana buruk ini baru berakhir setelah Sultan Muhammad I putra Bayazid
dapat mengatasinya. Sultan Muhammad I berusaha keras menyatukan kembali
negaranya yang telah bercerai berai itu kepada keadaan semula.
Berkat usahanya yang tidak mengenal lelah, Sultan Muhammad I dapat
mengangkat citra Turki Usmani sehingga dapat bangkit kembali, yaitu dengan
menyusun pemerintahan, memperkuat tentara dan memperbaiki kehidupan masyarakat.
Akan tetapi saat rakyat sedang m,engharapkan kepemimpinannya yang penuh
kebijaksaan itu, pada tahun 824 H (1421 M) Sultan Muhammad I meninggal.
Sultan Murad II bin Muhammad ( 824-855 H/ 1421-1451 M)
Sepeninggalannya Sultan Muhammad I, pemerintahan diambil alih oleh Sulatan
Murad II. Cita-citanya adalah melanjutkan usaha perjuangan Muhammad I.
Perjuangan yang dilaksanakannya adalah untuk menguasai kembali daerah-daerah
yang terlepas dari kerajaan Turki Usmani sebelumnya. Daerah pertama yang
dikuasainya adalah Asia Kecil, Salonika Albania, Falokh, dan Hongaria.
Setelah bertambahnya beberapa daerah yang dapat dikuasai tentara Islam,
Paus Egenius VI kembali menyerukan Perang Salib. Tentara Sultan Murad II
menderita kekalahan dalam perang salib itu. Akan tetapi dengan bantuan putranya
yang bernama Muhammad, perjuangan Murad II dapat dilanjutkan kenbali yang pada
akhirnya Murad II kembali berjaya dan keadaan menjadi normal kembali sampai
akhir kekuasaan diserahkan kepada putranya bernama Sultan Muhammad Al-Fatih.
Sultan Muhammad Al-Fatih (855-886 H/ 1451-1481 M)
Setelah Sultan Murad II meninggal dunia, pemerintahan kerajaan Turki Usmani
dipimpin oleh putranya Muhammad II atau Muhammad Al-Fatih. Ia diberi gelar
Al-fatih karena dapat menaklukkan Konstantinopel. Muhammad Al-Fatih berusaha
membangkitkan kembali sejarah umat Islam sampai dapat menaklukkan
Konstantinopel sebagai ibukota Bizantium. Konstantinopel adalah kota yang
sangat penting dan belum pernah dikuasai raja-raja Islam
sebelumnya. Seperti halnya raja-raja dinasti Turki Usmani sebelumnya,
Muhammad Al-Fatih dianggap sebagi pembuka pintu bagi perubahan dan perkembangan
Islam yang dipimpin Muhammad.Tiga alasan Muhammad menaklukkan Konstantinopel,
yaitu:
Dorongan iman kepada Allah SWT, dan semangat perjuangan berdasarkan hadits
Nabi Muhammad saw untuk menyebarkan ajaran Islam.
Kota Konstantinopel sebagai pusat kemegahan bangsa Romawi.
Negrinya sangat indah dan letaknya strategis untuk dijadikan pusat kerajaan
atau perjuangan.
Usaha mula-mula umat Islam untuk menguasai kota Konstantinopel dengan cara
mendirikan benteng besar dipinggir Bosporus yang berhadapan dengan benteng yang
didirikan Bayazid.
Benteng Bosporus ini dikenal dengan nama Rumli Haisar (Benteng
Rum).
Benteng yang didirikan umat Islam pada zaman Muhammad Al-Fatih itu
dijadikan sebagai pusat persediaan perang untuk menyerang kota Konstantinopel.
Setelah segala sesuatunya dianggap cukup, dilakukan pengepungan selama 9 bulan.
Akhirnya kota Konstantinopel jatuh ke tangan umat Islam ( 29 Mei 1453 M) dan
Kaitsar Bizantium tewas bersama tentara Romawi Timur. Setelah memasuki
Konstantinopel disana terdapat sebuah gereja Aya Sofia yang kemudian dijadikan
mesjid bagi umat Islam. Setelah kota Konstantinopel dapat ditaklukkan, akhirnya
kota itupun dijadikan sebagai ibukota kerajaan Turki Usmani dan namanya diganti
menjadi Istanbul. Jatuhnya
kota Konstantinopel ke tangan umat Islam, berturut-turut pula diikuti oleh
penguasaan Negara-negara sekitarnya seperti Servia, Athena, Mora, Bosnia, dan
Italia. Setelah pemerintahan Sultan Muhammad, berturut-turut kerajaan Islam
dipimpin oleh beberapa Sultan, yaitu:
1. Sultan Bayazid II (1481-1512 M)
2. Sultan Salim I (918-926 H/ 1512-1520 M)
3. Sultan Sulaiman (926-974 H/ 1520-1566 M)
4. Sultan Salim II (974-1171 H/ 1566-1573 M)
5. Sultan Murad III ( 1573-1596 M)
Setelah pemerintahan Sultan Murad III, dilanjutkan oleh 20 orang Sultan
Turki Usmani sampai berdirinya Republik Islam Turki. Akan tetapi kekuasaan
sultan-sultan tersebut tidak sebesar kerajaan-kerajaan sultan-sultan
sebelumnya. Para sultan itu lebih suka bersenang-senang., sehingga melupakan
kepentingan perjuangan umat Islam. Akibatnya, dinasti turki Usmani dapat
diserang oleh tentara Eropa, seperti Inggris, Perancis, dan Rusia. Sehingga
kekuasaan Turki Usmani semakin lemah dan berkurang karena beberapa negri
kekuasaannya memisahkan diri,diantaranya adalah:
1. Rumania melepaskan diri dari Turki Usmani pada bulan Maret 1877 M.
2. Inggris diizinkan menduduki Siprus bulan April 1878 M.
3. Bezarabia, Karus, Ardhan, dan Bathum dikuasai Rusia.
4. Katur kemudian menjadi daerah kekeusaan Persia.
Untuk lebih jelas tentang kekhilafaan dinasti Turki Utsmani ini, berikut
kami akan tampilkan sejumlah nama raja-raja serta tahun pengangkatannya dalam
table dibawah ini:
C.
KEMAJUAN TURKI USMANI
ASPEK KEKUASAAN WILAYAH
Sepeninggal Sultan Usman pada Tahun 1326 M, Kerajaan dipimpin oleh anaknya Sultan Orkhan
I (1326-1359 M). Pada masanya berdiri Akademi militer sebagai
pusat pelatihan dan pendidikan, sehingga mampu menciptakan kekuatan militer
yang besar dan dengan mudahnya dapat menaklukan Sebagian
daerah benua Eropa yaitu, Azmir (Shirma) tahun 1327 M,
Tawasyanli 1330 M, Uskandar 1338 M, Ankara 1354 M dan Galliopoli
1356 M.
Ketika Sultan Murad I (1359-1389 M) pengganti orkhan naik.
Ia memantapkan keamanan dalam negri dan melakukan perluasan ke
benua Eropa dengan menaklukan Adrianopel (yang kemudian menjadi ibu
kota kerajaan baru) , Macedonia, Sopia, Salonia, dan seluruh bagian utara
Yunani. Merasa cemas dengan kesuksesan Kerajaan Usmani, negara
Kristen Eropa pun bersatu yang di pimpin oleh Sijisman memerangi kerajaan,
hingga terjadilah pertempuran di Kosovo tahun 1389 M, namun musuh dapat di
pukul mundur dan di hancurkan .
Pada tahun 1389 M, Sultan Bayazid naik tahta (1389-1403
M), Perluasan berlanjut dan dapat menguasai Salocia, morea, Serbia,
Bulgaria, dan Rumania juga pada tahun 1394 M, memperoleh kemenangan
dalam perang Salib di Nicapolas. Selain menghadapi musuh-musuh Eropa, Kerajaan
juga dipaksa menghadapi pemberontak yang bersekutu dengan Raja islam yang
bernama Timur Lenk di samarkand. Pada tahun 1402 M pertempuran hebat pun
terjadi di Ankara, yang pada akhirnya Sultan Bayazid dengan kedua
putranya Musa dan Erthogrol, tertangkap dan meninggal di tahanan pada tahun
1403 M. Sebab kekalahan ini Bulgaria dan Serbia memproklamirkan kemerdekaannya.
Setelah Sultan Bayazid meninggal, terjadi perebutan kekuasaan di antara
putra –putranya (Muhammad, isa dan sulaiman) namun di antara mereka Sultan
Muhammad I lah yang naik tahta (1403-1421 M), di masa
pemerintahannya ia berhasil menyatukan
kembali kekuatan dan
daerahnya dari bangsa mongol, terlebih
setelah Timur lenk meninggal pada tahun 1405 M.
Pada tahun 1421 M, Sultan Muhammad meninggal dan di teruskan oleh anaknya, Sultan
Murrad II (1421-1484 M) hingga mencapai banyak kemajuan pada masa Sultan
Muhammad II/ Muhammad Al Fatih (1451-1484 M) putra Murrad
II. Pada masa Muhammad II, Tahun 1453 M ia dapat mengalahkan Bizantium dan
menaklukan Konstantinopel . Setelah Beliau meninggal di gantikan oleh putranya
Sultan Bayazid II
Berbeda dengan Ayahnya, Sultan Bayazid II (1481-1512 M) lebih mementingkan kehidupan Tasawuf dari
pada penaklukan wilayah, sebab itu muncul kontroversial akhirnya ia mengundurkan
diri dan di gantikan putranya Sultan Salim I
Pada masa Sultan Salim I (1521-1520 M) terjadi
perubahan peta arah perluasan, memfokuskan pergerakan ke arah
timur dengan menaklukan Persia, Syiria hingga menembus Mesir di
Afrika Utara yang sebelumnya di kuasai mamluk.
Setelah Sultan Salim I Meninggal , Muncul Putranya Sultan Sulaiman
I (1520-1566 M) sebagai Sultan yang mengantarkan Kerajaan Turki Usmani
pada masa keemasannya, karena telah berhasil menguasai daratan Eropa hingga
Austria, Bulgaria, Yunani, Yugoslavia, Albania, Hongaria dan Rumania, Afrika
Utara hingga Mesir, Aljazair, Libia, Dan Tunis. Asia hingga Persia, Amenia,
Siria. meliputi lautan Hindia, Laut Arabia, Laut Tengah, Laut Hitam. juga
daerah-daerah di sekitar kerajaan seperti Irak, Belgrado, Pulau Rodes, Tunis,
Budapest dan Yaman.
ASPEK PEREKONOMIAN
Tercatat beberapa kota yang maju dalam bidang industri pada waktu itu di
antaranya :
Mesir sebagai pusat produksi kain sutra dan katun
Anatoli selain sebagai pusat produksi bahan tekstil dan kawasan pertanian
yang subur, juga menjadi pusat perdagangan dunia pada saat itu.[2]
ASPEK ILMU PENGETAHUAN
Tempat pendidikan
Secara umum pada masa dinasti usmaniyah tidak terlalu memfokuskan perhatian
terhadap ilmu pengetahuan, sehingga mengakibatkan Bidang ilmu
pengetahuan kurang begitu menonjol, tidak seperti Dinasti islam
sebelumnya, akan tetapi ada beberapa titik kemajuan yang terlihat yaitu pada
masa sultan Muhammad al-fatih.
Pada masa sultan alfatih, ilmu pengetahuan memdapat cukup perhatian,
sehingga pada masa itu tampak kemajuannya, terbukti dengan tersebarnya
sekolah-sekolah dan akademisi-akademisi di semua kota besar ataupun
kecil, demikian pula dengan desa-desa terpencil. Disamping itu semua
sekolah-sekolah dan akademisi-akademisi telah terorganisir, berjenjang dan
memiliki kurikulum serta bersistem jurusan.
Disamping pembangunan sekolah-sekolah dan akademisi-akademisi kepedulian
akan ilmu pengetahuan juga terlihat dari perpustakaan-perpustakaan yang
dibangun di sekitar sekolah dimana pengelolaan perpustakaan tersebut sangat
tertib, terbukti dengan keteraturan catatan peminjan.
D.
RUNTUHNYA KERAJAAN TURKI USMANI
Faktor-Faktor Keruntuhan Khilafah Utsmaniyah (974-1171 H/1566-1757 M)
Kenaikan Sultan Salim II (1566-1574) telah dianggap sebagai permulaan
keruntuhan Turki Utsmani dan berakhrnya zaman keemasannya.
Hal ini ditandai dengan melemahnnya semangat perjuangan prajurit utsmani
yang menyebabkan sejumlah kekalahan dalam pertempuran menghadapi
mmusuh-musuhnya. Pada tahun 1663 , tentara utsmani menderita kekalahan dalam
penyerbuan hongaria. Tahun 1676 turki kalah dalam pertempuran di Mohakez,
Hungaria dan menandatangani perjanjian karlowits pada tahun 1699 yang berisi
pernyataan seluruh wilayah Hungaria, sebagian besar Slovenia dan Croasia kepada
penguasa Venetia.[5]
Pada tahun 1774, penguasa Utsmani, Abdul Hamid menandatangani perjanjian
dengan Rusia yang berisi pengakuan kemerdekaan Crimenia dan penyerahan
benteng-benteng pertahanan di laut hitam serta memberikan izin kepada rusia
untuk melintasi selat antara laut hitam dengan laut putih
Apabila dikategorikan, maka faktor-faktor keruntuhan kerajaan turki usmani
adalah:
Faktor internal
Karena luas wilayah kekuasaan serta buruknya system pemerintahan, sehingga
hilangnya keadilan, banyaknya korupsi dan meningkatnya kriminalitas.
Heterogenitas penduduk dan agama.
Kehidupan istimewa yang bermegahan.
Merosotnya perekonomian negara akibat peperangan yang pada sebagian besar
peperangan turki mengalami kekalahan.
Faktor Eksternal
Munculnya gerakan nasionalisme. Bangsa-bangsa yang tunduk pada kerajaan
turki selama berkuasa, mulai menyadari kelemahan dinasti tersebut. Kemudian
ketika turki mulai lemah mereka bangkit untuk melawannya.
Terjadinya kemajuan teknologi di barat khususnya bidang persenjataan. Turki
selalu mengalami kekalahan karena mereka masih menggunakan senjata tradisional,
sedangkan wilayah barat seperti eropa telah menguunakan senjata yang lebih maju
lagi.
Melihat faktor-faktor yang menyebabkan kehancuran turki tersebut, hal ini
berawal dari orang-orang arab yang menghadapi orang-orang utsmaniyah, mereka
berada dalam dilema yaitu mereka di sisi lain ingin menghormati turki sebagai
cerminan persatuan kaum muslimin, di sisi lain mereka mempunyai landasan
berfikir ingin memerdekakan diri dari kerajaan turki tersebut.
E.
ANALISIS
Dalam kurun waktu 6 abad berkuasa, kerajaan turki usmani telah diakui oleh
sejarah sebagai kerajaan islam terbesar dan terlama disbanding dengan kerajaan
islam lainnya. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa hal penting sehingga kerajaan
ini mampu bertahan sedemikian lamanya. Penulis ingin menganalisis dari bebagai
aspek, yaitu:
Sistem sosial masyarakat, salah satu kunci kesuksesan dan keberhasilan
turki usmani adalah adanya persatuan di antara masyarakatnya yang begitu
banyak, (pada tahun 1520 jumlah penduduk kerajaan turki usmani adalah
11,692,480 peduduk). Persatuan ini oleh pemerintah diwadahi dalam bentuk
organisasi keagamaan bernama millet. Millet adalah kelompok agama yang
diperbolehkan membangun komunitasnya sendiri di bawah peraturan dan
perlindungan kerajaan turki usmani. pluralitas yang diberikan pada rakyatnya
mampu memberikan rasa persatuan bagi rakyat dari berbagai wilayah yang
ditaklukannya sehingga, semua masyarakatnya bersatu.
Namun pada akhirnya sistem ini runtuh bersamaan dengan munnculnya paham
nasionalisme yang disebarkan oleh bangsa barat, yang memang bertujuan menyerang
dari dalam masyarakatnya. Sehingga setiap wilayah / kerajaan kecil yang
ditaklukannya mulai memberontak dari dalam atas semangat nasionalisme mereka,
masyarakat kerajaan turki usmani pun kemudian terpecah belah, setelah
sebelumnya bersatu, bahkan kerajaan turki usmani mendapat julukan “The
Sickman Europe” (Orang Eropa yang sakit). Hal ini kemudian ingin
dihilangkan dengan memberikan paham pan-turkisme, paham untuk menyatukan
seluruh masyrakat turki, namun paham ini tidak bisa diterima rakyat, berlanjut
dengan paham pan-islamisme oleh Sultan Abdul Hamid II, paham yang menyerukan
umat islam bersatu secara politik, persatuan ini diwujudkan berupa pengakuan
sultan turki usmani sebagai khalifah umat islam, gagasan ini berhasil mendapat
simpati umat islam untuek beberapa tahun. Namun perlawanan barat tidak berhenti
sampai di situ, kartu As terakhir mereka adalah mengusung paham demokrasi yang
kemudian mengakhiri kerajaan turki usmani dan memunculkan republik turki yang
dipelopori oleh Mustafa kemal attaturk.
Kekuatan militer, berbeda dengan kerajaan-kerajaan islam sebelumnya,
kerajaan turki usmani, mulai dari raja pertamanya Usman hingga raja terhebatnya
Sulaiman Al Qanuni, lebih memfokuskan pada perkembangan militer. Hal ini
dikarenakan bangsa turki terkenal sebaga bangsa yang berdarah militer, sehingga
semangat militernya sangat kuat, untuk itu sebagian besar APBN kerajaan
dipergunakan untuk membiayai prajurit perang daripada untuk keperluan lain,
seperti agama, ilmu pengetahuan dan lain-lain. Bahkan untuk memperbanyak
prajurit, raja kedua turki usmani, Orkhan mengangkat Bangsa-bangsa non-Turki
sebagai prajurit, bahkan anak-anak Kristen yang masih kecil diasramakan dan
dibimbing dalam suasana Islam untuk dijadikan prajurit. Program ini ternyata
berhasil dengan terbentuknya kelompok militer baru yang disebut pasukan
Jenissari atau Inkisyariah. Pasukan inilah yang dapat mengubah negara Usmani
menjadi mesin perang yang paling kuat, dan memberikan dorongan yang amat besar
dalam penaklukkan negeri-negeri non muslim. Hal ini menjadikan kerajaan ini
lebih kuat dibandingkan kerajaan-kerajaan lain, sehingga semakin banyak wilayah
yang ditaklukkan maka semakin banyak pula prajurit-prajurit baru yang dapat
dilatih untuk dijadikan tentara islam. Jadilah kerajaan turki usmani kerajaan
yang hebat dan berwilayah yang luas.
Sistem pemerintahan, saat wilayah semakin luas, tentunya sistem
pemerintahan harus hebat juga, dalam mengelola wilayah yang luas sultan-sultan
Turki Usmani senantiasa bertindak tegas. Sulaiman Al Qanuni menerapkan sistem
pemerintahan pembagian wilayah kekuasaan, sehingga dalam struktur pemerintahan,
sultan sebagai penguasa tertinggi, dibantu oleh shadr al-a’zham (perdana
menteri), yang membawahi pasya (gubernur). Gubernur mengepalai daerah tingkat
I. Di bawahnya terdapat beberapa orang al-zanaziq atau al-’alawiyah (bupati).
Hal ini menjadikan kerajaan turki usmani pada masa sulaiman Al-Qanuni bisa
mengatur wilayah yang sedemikian besarnya.
Ilmu pengetahuan, meskipun kerajaan turki usmani hebat dalam hal sistem
militer dan sistem pemerintahan, namun mereka tidak terlalu memperhatikan ilmu
pengetahuan, yang sebenarnya bisa lebih memperkuat tenaga militer. APBN Negara
sebagian besar dipergunakan untuk membiayai pendidikan militer bangsa-bangsa
non-turki untuk dijadikan prajurit islam yang kuat, sehingga hanya sedikit yang
dipergunakan untuk perkembangan ilmu pengetahuan. Hal ini merupakan kelemahan
tersendiri bagi mereka. Berbeda dengan kerajaan-kerajaan barat yang lebih
memfokuskan perhatian pada ilmu pengetahuan, sehingga perkembangan ilmu
pengetahuannya berkembang pesat, yang kemudian memperkuat militer dengan
senjata-senjata api baru, yang tidak dimiliki oleh turki usmani. ketika bangsa
turki usmani diserang oleh bangsa barat dengan senjata baru mereka, bangsa
turki usmani mulai kekualahan. Sehingga pasca kehebatan dan wilayahnya yang
luas, sedikit demi sedikit kerajaan ini mulai digerogoti, baik dari luar
kerajaan maupun dari dalam kerajaan (pemberontak).
PENUTUP
Kesimpulan
Kerajaan turki utsmani merupakan kerajaan yang dipimpin oleh 40 sultan.
Pada abad pertengahan memang masa yang paling bersejarah bagi bangsa arab,
bahkan kemunduran bagi bangsa barat, dalam segi pandang kerajaan, kekuasaan
wilayah adalah yang terpenting. Turki utsmani yang memimpin selama kurang lebih
6 abad memberikan bukti kejayaannya sampai ke Eropa, akan tetapi dari
stagnanisasi bangsa utsmani mereka lebih memajukan kemiliteran mereka dari pada
pendidikannya, bagi mereka kemiliterannya adalah satu hal yang terpenting yang
harus dimiliki leh seorang pemimin, dengan orientasi penalukan konstantinopel,
membuat mereka menjadi bersemangat untuk menjadikan kerajaan turki utsmani
menjadi symbol kejayaan islam.
Penyimpangan orientasi
mereka ini membuat terlena dengan keluasan wilayah sehingga membuat mereka
meninggalkan perkembangan pendidikan mereka. Berbeda dengan bangsa Eropa yang
telah mengugguli mereka, kemunduran kerajaan turki utsmani ini terlihat dari
bagian bagian wilayah yang dikuasai oleh turki utsmani ini mulai tergerak ingin
merubah hidupnya menjadi yang lebih baik dan muncul paham kapitalisme
individual sehingga sebagian mereka ingin melepaskan diri. Tampaknya
pengaruh barat mulai mendapatkan hasil dengan kelemahan kerajaan turki ini, dan
terlahir paham-paham yang ingin membebaskan, sehingga paham turki sendiri tidak
dapat menghalangi mereka.