BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Desain atau perencanaan
merupakan sesuatu hal yang begitu penting bagi seseorang yang akan melaksanakan
tugas atau pekerjaannya, termasuk guru yang memiliki tugas/pekerjaan mengajar
(mengelola pengajaran). Supaya seorang guru dapat menyusun perencanaan
pengajaran dengan baik, maka harus memperhatikan prinsip-prinsip pengajaran dan
memahami strategi pengajaran.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa
implikasi meluasnya cakrawala umat manusia dalam ilmu pengetahuan. Pola
pengajaranpun harus sesuai dengan perkembangan zaman. Generasi saat ini harus
lebih banyak belajar daripada generasi masa lalu. Demikian pula generasi yang
akan datang harus menjadi generasi terdidik yang dapat menyesuaikan diri dengan
perkembangan teknologi. Begitu juga pandangan mengenai konsep pembelajaran yang
terus menerus mengalami perubahan dan berkembang sesuai dengan perkembangan
IPTEK.
B.
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dibahas di sini adalah:
1.
Apa itu desain Pengajaran?
2.
Bagaimana pola Pengajaran?
3.
Bagaimana komponen Pengajaran?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Desain Pengajaran
Desain pembelajaran dapat dimaknai dari
berbagai sudut pandang, misalnya sebagai disiplin, sebagai ilmu, sebagai
sistem, dan sebagai proses. Sebagai disiplin, desain pembelajaran membahas
berbagai penelitian dan teori tentang strategi serta proses pengembengan
pembelajaran dan pelaksanaannya. Sebagai ilmu, desain pembelajaran merupakan
ilmu untuk menciptakan spesifikasi pengembangan, pelaksanaan, penilaian, serta
pengelolaan situasi yang memberikan fasilitas pelayanan pembelajaran dalam
skala makro dan mikro untuk berbagai mata pelajaran pada berbagai tingkatan
kompleksitas. Sebagai sistem, desain pembelajaran merupakan pengembangan sistem
pembelajaran dan sistem pelaksanaannya termasuk sarana serta prosedur untuk
meningkatkan mutu belajar. Desain pembelajaran sebagai proses. merupakan
pengembangan sistematis tentang spesifikasi pembelajaran dengan menggunakan
teori pembelajaran dan teori belajar untuk menjamin mutu pembelajaran. Desain
pembelajaran merupakan proses keseluruhan tentang kebutuhan dan tujuan belajar
serta sistem penyampaiannya. Termasuk di dalamnya adalah pengembangan bahan dan
kegiatan pembelajaran, uji coba dan penilaian bahan, serta pelaksanaan kegiatan
pembelajarannya.
Desain adalah sebuah istilah yang diambil dari
kata design (Bahasa Inggris) yang berarti perencanaan atau rancangan.
Ada pula yang mengartikan dengan “Persiapan”. Di dalam ilmu manajemen
pendidikan atau ilmu administrasi pendidikan, perencanaan disebut dengan
istilah planning yaitu “Persiapan menyusun suatu keputusan
berupa langkah-langkah penyelesaian suatu masalah atau pelaksanaan suatu
pekerjaan yang terarah pada pencapaian tujuan tertentu”. Herbert Simon
(Dick dan Carey, 2006), mengartikan desain sebagai proses pemecahan masalah.
Tujuan sebuah desain adalah untuk mencapai solusi terbaik dalam memecahkan
masalah dengan memanfaatkan sejumlah informasi yang tersedia.
Dengan demikian, suatu desain muncul karena kebutuhan
manusia untuk memecahkan suatu persoalan. Melalui suatu desain orang bisa
melakukan langkah-langkah yang sistematis untuk memecahkan suatu
persoalan yang dihadapi. Dengan demikian suatu desain pada dasarnya adalah
suatu proses yang bersifat linear yang diawali dari penentuan kebutuhan,
kemudian mengembangkan rancangan untuk merespons kebutuhan tersebut,
selanjutnya rancangan tersebut diujicobakan dan akhirnya dilakukan proses
evaluasi untuk menentukan hasil tentang efektivitas rancangan (desain) yang
disusun.
Dalam konteks pembelajaran, desain
instruksional dapat diartikan sebagai proses yang sistematis untuk memecahkan
persoalan pembelajaran melalui proses perencanaan bahan-bahan pembelajaran
beserta aktivitas yang harus dilakukan, perencanaan sumber-sumber pembelajaran
yang dapat digunakan serta perencanaan evaluasi keberhasilan.
Sejalan dengan pengertian di atas, Gagne (1992)
menjelaskan bahwa desain pembelajaran disusun untuk membantu proses belajar
siswa, di mana proses belajar itu memiliki tahapan segera dan tahapan jangka
panjang. Menurut Gagne, belajar seseorang dapat dipengaruhi oleh dua factor
yakni factor internal dan factor eksternal. Factor internal adalah factor yang
berkaitan dengan kondisi yang dibawa atau datang dari dalam individu siswa,
seperti kemampuan dasar, gaya belajar seseorang, minat dan bakat serta kesiapan
setiap individu yang belajar. Factor eksternal adalah factor yang datang dari
luar individu, yakni berkaitan dengan penyediaan kondisi atau
lingkungan yang didesain agar siswa belajar. Desain pembelajaran berkaitan
dengan factor eksternal ini, yakni pengaturan lingkungan dan kondisi yang
memungkinkan siswa dapat belajar. Menurut Gagne, kondisi internal dapat
dibangkitkan oleh pengaturan kondisi eksternal.
Sejalan dengan hal itu, Shambaugh (2006)
menjelaskan tentang desain pembelajaran yakni sebagai “ An intellectual
process to help teachers systematically analyze learner needs and construct
structures possibilities to responsively address those needs.” Jadi dengan demikian,
suatu desain pembelajaran diarahkan untuk menganalisis kebutuhan siswa dalam
pembelajaran kemudian berupaya untuk membantu dalam menjawab kebutuhan
tersebut.
Dari beberapa pengertian diatas, maka desain
instruksional berkenaan dengan proses pembelajaran yang dapat dilakukan siswa
untuk mempelajari suatu materi pelajaran yang di dalamnya mencakup rumusan
tujuan yang harus dicapai atau hasil belajar yang diharapkan, rumusan strategi
yang dapat dilaksanakan untuk mencapai tujuan termasuk metode, teknik, dan media
yang dapat dimanfaatkan serta teknik evaluasi untuk mengukur atau menentukan
keberhasilan evaluasi untuk mengukur atau menentukan keberhasilan pencapaian
tujuan.
1.
Kriteria Desain Instruksional
Desain intruksional yang baik harus memiliki
beberapa kriteria di antaranya:
a)
Berorientasi pada siswa.
Mendesain
pembelajaran perlu diawali dengan melakukan studi pendahuluan tentang siswa.
Beberapa hal yang perlu dipahami tentang siswa di antaranya:
ü Kemampuan dasar
ü Gaya belajar
b)
Berpijak pada pendekatan system
System
adalah satu kesatuan komponen yang saling berkaitan untuk mencapai tujuan.
Melalui pendekatan system, bukan saja dapat diprediksi keberhasilannya,
akan tetapi juga akan terhindar dari ketidakpastian. Hal ini disebabkan
melalui pendekatan system dari awal sudah diantisipasi berbagai kendala yang
mungkin dapat menghambat terhadap pencapaian tujuan.
2.
Hubungan Perencanaan dan Desain Pembelajaran
Perencanaan pembelajaran (Lesson Plans) berbeda
dengan Desain Pembelajaran (Instructional Design), namun keduannya
memiliki hubungan yang sangat erat sebagai program pembelajaran. Perencanaan
pembelajaran disusun untuk kebutuhan guru dalam melaksanakan tugas mengajarnya.
Dengan demikian, perencanaan merupakan kegiatan menerjemahkan kurikulum sekolah
kedalam kegiatan pembelajaran di dalam kelas, (Shambaugh dan Magliaro, 2006).
Walaupun perencanaan pembelajaran berkaitan
dengan desain pembelajaran, keduanya memiliki posisi yang berbeda. Perencanaan
lebih menekankan pada proses pengembangan atau penerjemahan suatu kurikulum
sekolah, sedangkan desain menekankan pada proses merancang program pembelajaran
untuk membantu proses belajar siswa, seperti yang dikemukakan Zook (2001) bahwa
desain instruksional adalah a systematic thinking process to
help learners learn. Dengan demikian, pertimbangan dalam menyusun
dan mengembangkan sebuah perencanaan pembelajaran adalah kurikulum yang berlaku
di suatu lembaga; sedangkan pertimbangan dalam menyusun dan mengembangkan suatu
desain pembelajaran adalah siswa itu sendiri sebagai individu yang akan belajar
dan mempelajari bahan pelajaran.
3.
Model-model Desain Instruksional
a)
Model Kemp
Model
desain system instruksional yang dikembangkan oleh Kemp merupakan model yang
membentuk siklus. Menurut Kemp pengembangan desain system pembelajaran terdiri
atas komponen-komponen, yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan, tujuan dan
berbagai kendala yang timbul.
Model
system instruksional yang dikembangkan Kemp ini tidak ditentukan dari komponen
mana seharusnya guru memulai proses pengembangan. Mengembangkan system
instruksional, menurut Kemp dari mana saja bisa, asal saja urutan komponen
tidak diubah, dan setiap komponen itu memerlukan revisi untuk mencapai hasil
yang maksimal. Komponen-komponen dalam suatu desain instruksional menurut Kemp
adalah:
1)
Hasil yang ingin dicapai
2)
Analisis tes mata pelajaran
3)
Tujuan khusus belajar
4)
Aktivitas belajar
5)
Sumber belajar
6)
Layanan pendukung
7)
Evaluasi belajar
8)
Tes awal
9)
Karakteristik belajar
b)
Model Banathy
Model
ini memandang bahwa penyusunan system instruksional dilakukan melalui
tahapan-tahapan yang jelas. Terdapat 6 tahap dalam mendesain suatu
program pembelajaran yakni:
1)
Menganalisis dan merumuskan tujuan, baik tujuan
pengembangan system maupun tujuan spesifik. Tujuan merupakan sasaran dan arah
yang harus dicapai oleh siswa atau peserta didik.
2)
Merumuskan kriteria tes yang sesuai dengan
tujuan yang hendak dicapai. Item tes dalam tahap ini dirumuskan untuk menilai
perumusan tujuan. Melalui rumusan tes dapat meyakinkan kita bahwa setiap tujuan
ada alat untuk menilai keberhasilannya.
3)
Menganalisis dan merumuskan kegiatan belajar,
yakni kegiatan mengiventasikan seluruh kegiatan belajar mengajar, menilai
kemampuan penerapannya sesuai dengan kondisi yang ada serta menentukan kegiatan
yang mungkin dapat diterapkan.
4)
Merancang system, yaitu kegiatan menganalisis
system menganalisis setiap komponen system, mendistribusikan dan mengatur
penjadwalan.
5)
Mengimplementasikan dan melakukan control
kualitas system, yakni melatih sekaligus menilai efektivitas system, melakukan
penempatan dan melaksanakan evaluasi.
6)
Mengadakan perbaikan dan perubahan berdasarkan
hasil evaluasi.
c)
Model Dick and Cery
Model
dick and cery harus dimulai dengan mengidentifikasi tujuan pembelajaran umum.
Menurut model ini, sebelum desainer merumuskan tujuan khusus
yakni performance goals, perlu menganalisis pembelajaran serta menentukan
kemampuan awal siswa terlebih dahulu. Criterion Reference
Test, artinya tes yang mengukur kemampuan penguasaan tujuan khusus. Untuk
mencapai tujuan khusus selanjutnya dikembangkan strategi pembelajaran, yakni
skenario pelaksanaan pembelajaran yang diharapkan dapat mencapai tujuan
secara optimal, setelah itu dikembangkan bahan-bahan pembelajaran
yang sesuai dengan tujuan. Langkah akhir dari desain adalah melakukan evaluasi,
yakni evaluasi formatife dan evaluasi
sumative.
d)
Model PPSI (Prosedur Pengembangan Sistem
Intruksional)
Model
PPSI (Prosedur Pengembangan Sistem Intruksional) adalah model yang dikembangkan
di Indonesia untuk mendukung pelaksanaan kurikulum 1975. PPSI berfungsi untuk
mengefektifkan perencanaan dan pelaksanaan program pengajaran secara sistemis,
untuk dijadikan sebagai pedoman bagi guru dalam melaksanakan proses belajar
mengajar. PPSI terdiri dari 5 tahap yakni:
1)
Merumuskan tujuan, yakni kemampuan yang harus
dicapai oleh siswa. Ada 4 syarat dalam perumusan tujuan ini yakni tujuan harus
operasional, artinya tujuan yang dirumuskan harus spesifik atau dapat diukur,
berbentuk hasil belajar bukan proses belajar, berbentuk perubahan tingkah laku
dan dalam setiap rumusan tujuan hanya satu bentuk tingkah laku.
2)
Mengembangkan alat evaluasi, yakni menentukan
jenis tes dan menyusun item soal untuk masing-masing tujuan. Alat evaluasi
disimpan pada tahap 2 setelah perumusan tujuan untuk meyakinkan ketepatan
tujuan sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan.
3)
Mengembangkan kegiatan belajar-mengajar, yakni
merumuskan semua kemungkinan kegiatan belajar dan menyeleksi kegiatan belajar
perlu ditempuh.
4)
Mengembangkan program kegiatan pembelajaran
yakni merumuskan materi pelajaran, menetapkan metode dan memilih alat dan
sumber pelajaran.
5)
Pelaksanaan program, yakni kegiatan mengadakan
prates, menyampaikan materi pelajaran, mengadakan psikotes, dan melakukan
perbaikan.
B.
Pola Pengajaran
Perkembangan ilmu pengetahuan mempengaruhi pola
pembelajaran. Timbulnya berbagai pola tersebut berkecenderungan membakukan
input dalam system pembelajaran. Ada beberapa pola pengajaran yang telah
teridentifikasi menurut Morris:
1.
Pola pengajaran tradisional
Dalam pola pengajaran tradisional ini, pengajar
(atau guru) memegang peran utama dalam menentukan isi dan metode pengajaran,
termasuk dalam menilai kemajuan belajar siswa. Guru merupakan satu-satunya
sumber belajar bagi siswa. Dalam pola interaksi edukatif ini, guru kelas
mendominasi kegiatan belajar mengajar.
2.
Pola pengajaran dibantu media
Perkembangan ilmu pengetahuan telah
mempengaruhi pola pengajaran, sehingga timbul kecenderungan membakukan masukan
atau standarisasi input ke dalam system pengajaran. Sementara itu, perkembangan
teknologi, khususnya perlengkapan media dan fasilitas pengajaran juga mengalami
kemajuan.
3.
Pola pengajaran yang merupakan tanggung jawab
bersama antara Guru dan media
Implikasi yang ditimbulkan dari kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta perkembangan umat manusia dari generasi ke
generasi juga menuntut system pendidikan dan kepelatihan yang canggih. Segala
macam pengetahuan dan pesan, baik yang verbal maupun nonverbal, perlu
ditransformasikan dalam system baru. Oleh sebab itu, maka kemudian media bukan
saja merupakan hasil pengetahuan manusia, namun juga merupakan sarana
mengkomunikasikan pengetahuan dan pesan tersebut. Terlebih lagi, bentuk
transformasi tersebut juga dapat sebagai sarana mengembangkan keterampilan
khusus dengan menggunakan teknik-teknik mutakir.
4.
Pola pengajaran dengan media
Pola pengajaran keempat ini muncul sebagai
jawaban akan semakin meningkatnya kebutuhan dalam kegiatan belajar mengajar,
baik dari segi jumlah maupun mutu. Munculnya tuntutan profesionalisme tenaga
pengajar dalam rangka standarisasi mutu, memberikan dampak berkurangnya tenaga
pengajar yang berkualitas tinggi. Jadi jumlah tenaga pengajar yang terbatas
juga turut memberi andil akan hadirnya pola pengajaran ini. Sementara
penambahan jumlah tenaga pengajar professional tidak dapat dilakukan secara
kilat. Maka muncul upaya untuk menemukan dan mengembangkan media pengajaran.
Dari keempat pola pengajaran di atas, satu sama
lain terdapat kelemahan. Setiap pola pengajaran tertentu hanya cocok untuk
materi dan kondisi tertentu. Dan belum ditemukan pola pengajaran yang terbaik
dalam pembelajaran , akan tetapi pola pengajaran tertentu baik untuk pengajaran
tertentu pula. Pola-pola tersebut saling melengkapi dan disesuaikan dengan
kondisi/karakteristik pembelajaran, serta kegiatan pengajaran merupakan
komponen yang terpadu.
C.
Komponen Pengajaran
Pandangan mengenai konsep pembelajaran terus
menerus mengalami perubahan dan perkembangan sesuai dengan perkembangan IPTEK.
Pembelajaran sama artinya dengan kegiatan mengajar. Kegiatan mengajar dilakukan
oleh guru untuk menyampaikan pengetahuan kepada siswa. Pembelajaran merupakan
suatu sistem, yang terdiri dari berbagai komponen yang saling berhubungan satu
dengan yang lain. Komponen tersebut meliputi: kurikulum, guru, siswa, materi,
metode, media dan evaluasi. Pelaksanaan pembelajaran adalah operasionalisasi
dari perencanaan pembelajaran, sehingga tidak lepas dari perencanaan pengajaran
/ pembelajaran yang sudah dibuat. Oleh karenanya dalam pelaksanaannya akan
sangat tergantung pada bagaimana perencanaan pengajaran sebagai
operasionalisasi dari sebuah kurikulum.
Pembelajaran kontestual merupakan salah satu
model pembelajaran yang diterapkan oleh guru dalam proses belajar-mengajar,
yaitu konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang
diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan enam komponen utama
pembelajaran efektif, yakni: konstruktivisme (Constructivism), bertanya
(Questioning), menemukan ( Inquiri), masyarakat belajar (Learning
Community), pemodelan (Modeling), dan penilaian sebenarnya (Authentic
Assessment).
Jadi dapat disimpulkan bahwa komponen
pembelajaran adalah kumpulan dari beberapa item yang saling berhubungan satu
sama lain yang merupakan hal penting dalam proses belajar mengajar.
Macam Komponen
Pembelajaran
Di dalam pembelajaran, terdapat
komponen-komponen yang berkaitan dengan proses pembelajaran, yaitu :
1.
Kurikulum
Secara etimologis, kurikulum ( curriculum )
berasal dari bahasa Yunani, curir yang artinya “pelari”
dan curere yang berarti “tempat berpacu”. yaitu suatu jarak yang
harus ditempuh oleh pelari dari garis start sampai garis finish. Secara terminologis,
istilah kurikulum mengandung arti sejumlah pengetahuan atau mata pelajaran yang
harus ditempuh atau diselesaikan siswa guna mencapai suatu tingkatan atau
ijazah. Pengertian kurikulum secara luas tidak hanya berupa mata pelajaran atau
bidang studi dan kegiatan-kegiatan belajar siswa saja, tetapi juga segala
sesuatu yang berpengaruh terhadap pembentukan pribadi siswa sesuai dengan
tujuan pendidikan yang diharapkan. Misalnya fasilitas kampus, lingkungan yang
aman, suasana keakraban dalam proses belajar mengajar, media dan sumber-sumber
belajar yang memadai.
Kurikulum sebagai rancangan pendidikan
mempunyai kedudukan yang sangat strategis dalam seluruh aspek kegiatan
pendidikan. Mengingat pentingnya peranan kurikulum di dalam pendidikan dan
dalam perkembangan kehidupan manusia, maka dalam penyusunan kurikulum tidak
bisa dilakukan tanpa menggunakan landasan yang kokoh dan kuat.
2.
Guru
Kata Guru berasal dari bahasa
Sansekerta “guru” yang juga berarti guru, tetapi arti harfiahnya
adalah “berat” yaitu seorang pengajar suatu ilmu. Dalam bahasa Indonesia, guru
umumnya merujuk pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik.
3.
Siswa
Siswa atau Murid biasanya digunakan untuk
seseorang yang mengikuti suatu program pendidikan di sekolah atau lembaga
pendidikan lainnya, di bawah bimbingan seorang atau beberapa guru. Dalam
konteks keagamaan murid digunakan sebagai sebutan bagi seseorang yang mengikuti
bimbingan seorang tokoh bijaksana. Meskipun demikian, siswa jangan selalu
dianggap sebagai objek belajar yang tidak tahu apa-apa. Ia memiliki latar
belakang, minat, dan kebutuhan serta kemampuan yang berbeda.
4.
Metode
Metode pembelajaran adalah cara yang dapat
dilakukan untuk membantu proses belajar-mengajar agar berjalan dengan baik,
metode-metode tersebut antara lain :
a)
Metode Ceramah
b)
Metode Tanya Jawab
c)
Metode Diskusi
d)
Metode Demonstrasi
e)
Metode Eksperimen
5.
Materi
Materi juga merupakan salah satu faktor penentu
keterlibatan siswa. Adapun karakteristik dari materi yang bagus
menurut Hutchinson dan Waters adalah:
a)
Adanya teks yang menarik.
b)
Adanya kegiatan atau aktivitas yang
menyenangkan serta meliputi kemampuan berpikir siswa.
c)
Memberi kesempatan siswa untuk menggunakan
pengetahuan dan ketrampilan yang sudah mereka miliki.
d)
Materi yang dikuasai baik oleh siswa maupun
guru.
Dalam kegiatan belajar, materi harus didesain
sedemikian rupa, sehingga cocok untuk mencapai tujuan dengan memperhatikan
komponen-komponen yang lain, terutama komponen anak didik yang merupakan
sentral. Pemilihan materi harus benar-benar dapat memberikan kecakapan dalam
memecahkan masalah kehidupan sehari-hari.
6.
Alat Pembelajaran (media)
Kata media berasal dari bahasa latin dan
merupakan bentuk jamak dari “medium” yang secara harfiah berarti perantara atau
pengantar. Jadi media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim
kepada penerima pesan. Media pembelajaran adalah perangkat lunak (soft ware)
atau perangkat keras (hard ware) yang berfungsi sebagai alat belajar atau alat
bantu belajar.
7.
Evaluasi
Istilah evaluasi berasal dari bahasa Inggris
yaitu “Evaluation”. Menurut Wand dan Brown, evaluasi adalah suatu tindakan atau
suatu proses untuk menentukan nilai dari suatu hal. Ada pendapat lain yang
mengatakan bahwa evaluasi adalah kegiatan mengumpulkan data seluas-luasnya,
sedalam-dalamnya yang bersangkutan dengan kapabilitas siswa, guna mengetahui
sebab akibat dan hasil belajar siswa yang dapat mendorong dan mengembangkan
kemampuan belajar.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Desain pembelajran sangat
penting sebagai petunjuk arah kegiatan dalam mencapai tujuan. Desain pembelajran adalah diharapkan tumbuhnya suatu pengarahan kegiatan
dengan adanya pedoman bagi pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang ditujukan kepada
pencapaian tujuan. pola pengajaran adalah suatu bentuk kegiatan dalam mengatur
lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkan dengan anak sehingga terjadi proses
belajar mengajar.
Komponen pembelajaran adalah kumpulan dari
beberapa item yang saling berhubungan satu sama lain yang merupakan hal penting
dalam proses belajar mengajar. Di dalam pembelajaran terdapat
komponen-komponen pembelajaran, yaitu :
Kurikulum ; Guru ; Siswa ; Metode ; Materi ; Alat Pembelajaran ; dan Evaluasi.
Dari semua komponen pembelajaran, antara komponen yang satu dengan yang
lain memiliki hubungan saling keterkaitan. Guru sebagai ujung tombak
pelaksanaan pendidikan di lapangan, sangat menentukan keberhasilan dalam
mencapai tujuan pendidikan.
Bagi setiap guru, dituntut untuk memehami
masing-masing metode secara baik. Dengan pemilihan dan penggunaan metode yang
tepat untuk setiap unit materi pelajaran yang diberikan kepada siswa, maka
akan meningkatkan proses interaksi belajar-mengajar. Jika ada salah satu
komponen pembelajaran yang bermasalah, maka proses belajar-mengajar tidak dapat
berjalan baik
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad
Rohani, Pengelolaan Pengajaran Edisi Revisi, Jakarta: Rineka Cipta, 2010
Wina Sanjaya,
Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran , Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2008
Ahmad
Rohani, Pengelolaan Pengajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 1995
Kebudayaan, Kamus
besar bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka, 1999, h. 218
Bahri dan Zain,
Aswan. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta, 1996. Marimba.
Uno, Hamzah.
2006. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Harijanto.
2006. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: PT Asdi Mahasatya.
Majid, Abdul.
2007. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
Sa'ud, Udin
Saefudin dan Makmun, Abin Syamsuddin. 2006, PerencanaanPendidikan Suatu
Pendekatan Komprehensif. Bandung,: PT Remaja Rosda Karya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar