KURIKULUM PENDIDIKAN
OLEH : KLP IV
MUSPIRAH
MARDIADI
HASANUDDIN
AYU MEGA SULASTRI
NASRIANI
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Kurikulum
Secara
etimologis, istilah kurikulum (curriculum) berasal dari bahasa
Yunani yaitu curir yang artinya “pelari” dan curene yang
berarti “tempat berpacu”. Istilah kurikulum berasal dari dunia olahraga,
terutama dalam bidang atletik pada zaman Romawi Kuno di Yunani. Dalam bahasa
Prancis, istilah kurikulum berasal dari kata courier yang
berarti berlari (to run). Kurikulum berarti suatu jarak yang harus
ditempuh oleh seorang pelari dari garis start sampai dengan
garis finish untuk memperoleh medali atau penghargaan. Jarak
yang harus di tempuh tersebut kemudian diubah menjadi program sekolah dan semua
orang yang terlibat di dalamnya. Program tersebut berisi mata pelajaran (courses)
yang harus ditempuh oleh peserta didik selama kurun waktu tertentu, seperti
SD/MI (enam tahun), SMP/MTs (tiga tahun). SMA/MA (tiga tahun) dan seterusnya.
Dengan demikian, istilah kurikulum (dalam pendidikan) adalah sejumlah mata
pelajaran yang harus ditempuh atau diselesaikan peserta didik di sekolah untuk
memperoleh ijazah.
Kurikulum
dalam pendidikan Islam, dikenal dengan manhaj yang bermakna
jalan yang terang, atau jalan terang yang dilalui oleh manusia pada berbagai
bidang kehidupannya. Kurikulum pendidikan Islam dari segi bahasa bermakna jalan
yang terang yang dilalui seseorang, baik itu guru atau juru latih, atau ayah
atau yang lainnya, meliputi semua unsur-unsur proses pendidikan dan semua
unsur-unsur rencana pendidikan yang di ikuti oleh guru, atau pendidik, atau
institusi pendidikan dalam mengajar dan mendidik murid-muridnya, meliputi
tujuan-tujuan pendidikan, perkara-perkara kajian, kemestian-kemestian pelajaran
dan semua kegiatan dan alat-alat yang menguatkannya, metode-metode yang digunakan
dalam mengajarkan pelajaran dan melatih murid-murid dan membimbingnya, menjaga
peraturan di antara mereka dan pada pergaulan mereka pada umumnya, dan
proses-proses dan alat-alat penilaian.
Jika
diaplikasikan dalam kurikulum pendidikan Islam, maka kurikulum berfungsi
sebagai pedoman yang digunakan oleh pendidik untuk membimbing peserta didiknya
ke arah tujuan tertinggi pendidikan Islam, melalui akumulasi sejumlah
pengetahuan,keterampilan dan sikap. Dalam hal ini proses pendidikan Islam
bukanlah suatu proses yang dapat dilakukan secara serampangan, tetapi hendaknya
mengacu kepada konseptualisasi manusia paripurna ( insan kamil ) yang
strateginya telah tersusun secara sistematis dalam kurikulum pendidikan Islam.
Dari
beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa dalam kurikulum tidak hanya
dijabarkan sebagai serangkain ilmu pengetahuan yang harus di ajarkan oleh
pendidik (guru) kepada anak didik dan anak didik mempelajarinya, akan tetapi
segala kegiatan yang bersifat kependidikan yang dipandang perlu, karena
mempunyai pengaruh terhadap anak didik, dalam rangka mencapai tujuan pendidikan
baik yang bersifat islami maupun bersifat umum.
B.
Ciri-ciri
Kurikulum Pendidikan Islam
Diantara
ciri-ciri umum kurikulum pada pendidikan islam antara lain yaitu:
1. Menonjolkan tujuan agama dan akhlak
pada berbagai tujuan-tujuannya dan kandungan-kandungan, metode-metode,
alat-alat dan tekniknya bercorak agama. Segala yang diajarkan dan diamalkan
dalam lingkungan agama dan akhlak dan berdasarkan pada Al-Qur’an, sunnah, dan peninggalan
orang-orang terdahulu yag saleh.
2. Meluasnya perhatian dan
menyeluruhnya kandungan-kandungannya. Kurikulum yang memperhatikan pengembangan
dan bimbingan terhadap segala aspek pribadi pelajar dari segi intelektual,
psikologi, social dan spiritual. Disamping menaruh perhatian kepada
pengembangan dan bimbingan terhadap aspek spiritual bagi pelajar, dan pembinaan
aqidah yang betul padanya, menguatkan hubungan dengan Tuhannya, menghaluskan
akhlaknya, melalui kajian terhadap ilmu-ilmu agama, latihan spiritual dan
mengamalkan syiar-syiar agama dan akhlak islam. Kurikulum ini meliputi
ilmu-ilmu al-qur’an termasuk tafsir, bacaan,ilmu-ilmu hadist, ilmu tauhid, ilmu
nahwu, saraf, arudh, dan lain-lain.
3. Ciri-ciri keseimbangan yang relative
diantara kandungan-kandungan kurikulum dari ilmu-ilmu dan seni atau
kemestian-kemestian, pengalaman-pengalaman, dan kegiatan-kegiatan pengajaran
yang bermacam-macam. Kurikulum pendidikan Islam, sebagaimana ia terkenal dengan
menyeluruhnya perhatian dan kandunganya, juga menaruh perhatian untuk mencapai
perkembangan yang menyeluruh, lengkap melengkapi, dan berimbang antara orang
dan masyarakat.
4. Kecenderungan pada seni halus,
aktivitas pendidikan jasmani, latihan militer, pengetahuan teknik, latihan
kejuruan, bahasa asing, sekalipun atas dasar perseorangan dan juga bagi mereka
yang memiliki keahliaan dan bakat bagi perkara-perkara ini dan mempunyai
keinginan untuk mempelajari dan melatih diri dalam perkara itu.
5. Perkaitan antara kurikulum dalam
pendidikan Islam dalam kesediaan-kesediaan pelajar-pelajar dan minat,
kemampuan, kebutuhan dan perbedaan-perbedaan perseorangan diantara mereka.
C.
Prinsip-prinsip
Penyusunan Kurikulum Pendidikan Islam
Dalam
penyusunan kurikulum, kita harus memperhatikan prinsip-prinsip yang dapat
mewarnai kurikulum pendidikan Islam. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai
berikut:
1) Prinsip berasaskan Islam, termasuk
ajaran dan nilai-nilainya. Maka setiap yang berkaitan dengan kurikulum,
termasuk falsafah, tujuan-tujuan, kandungan-kandungan, metode mengajar, cara-cara
perlakuan, dan hubungan-hubungan yang berlaku dalam lembaga-lembaga pendidikan
harus berdasarkan pada agama dan akhlak Islam.
2) Prinsip mengarah kepada tujuan
adalah seluruh aktivitas dalam kurikulum diarahkan untuk mencapai tujuan yang
dirumuskan sebelumnya.
3) Prinsip integritas antara mata
pelajaran, pengalaman-pengalaman, dan aktivitas yang terkandung di dalam
kurikulum, begitu pula dengan pertautan antara kandungan kurikulum dengan
kebutuhan murid juga kebutuhan masyarakat.
4) Prinsip relevansi, yaitu adanya
kesesuaian pendidikan dengan lingkungan hidup peserta didik, relevansi dengan
kehidupan masa sekarang dan akan dating, relevansi dengan tuntutan pekerjaan.
5) Prinsip fleksibilitas, adalah
terdapat ruang gerak yang memberikan sedikit kebebasan dalam bertindak, baik
yang berorientasi pada fleksibelitas pemilihan program pendidikan maupun dalam
mengembangkan program pengajaran.
6) Prinsip integritas, adalah kurikulum
tersebut dapat menghasilkan manusia seutuhnya, manusia yang mampu
menintegrasikan antara fakultas dzikir dan fakultas pikir, serta manusia yang
dapat menyelaraskan struktur kehidupan dunia dan struktur kehidupan akhirat.
7) Prinsip efisiensi, adalah agar
kurikulum dapat mendayagunakan waktu, tenaga, dana, dan sumber lain secara
cermat, tepat, memadai, dan dapat memenuhi harapan.
8) Prinsip kontinuitas dan kemitraan
adalah bagaimana susunan kurikulum yang terdiri dari bagian yang berkelanjutan
dengan kaitan-kaitan kurikulum lainnya, baik secara vertikal (perjenjangan,
tahapan) maupun secara horizontal.
9) Prinsip individualitas adalah
bagaimana kurikulum memperhatikan perbedaan pembawaan dan lingkungan anak pada
umumnya yang meliputi seluruh aspek pribadi anak didik, seperti perbedaan
jasmani, watak, inteligensi, bakat serta kelebihan dan kekurangannya.
10) Prinsip kesamaan memperoleh
kesempatan, dan demokratis adalah bagaimana kurikulum dapat memberdayakan semua
peserta didik memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang sangat
diutamakan. Seluruh peserta didik dari berbagai kelompok seperti kelompok yang
kurang beruntung secara ekonomi dan sosial yang memerlukan bantuan khusus,
berbakat, dan unggul berhak menerima pendidikan yang tepat sesuai dengan
kemampuan dan kecepatannya.
11) Prinsip kedinamisan, adalah agar
kurikulum tidak statis, tetapi dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan
dan perubahan sosial.
12) Prinsip keseimbangan, adalah
bagaimana kurikulum dapat mengembangkan sikap potensi peserta didik secara
harmonis.
13) Prinsip efektivitas, adalah agar
kurikulum dapat menunjang efektivitas guru yang mengajar dan peserta didik yang
belajar.
D. Definisi Kurikulum Pendidikan Islam.
Definisi Kurikulum Pendidikan Islam Kurikuum
adalah semua rencana yang terdapat dalam proses pembelajaran. Kurikululm dapat
diartikan pula sebagai semua usaha lembaga pendidikan yang direncanakan untuk mencapai
tujuan yang disepakati. Kurikulum merupakan rancangan pendidikan yang merangkum
semua pengalaman belajar yang disediakan untuk sisiwa sekolah. Kurikulum
disusun oleh para pendidikan/ahli kurikulum, ahli bidang ilmu, pendidik, pejabat
pendidikan, pengusaha serta masyarakat lainnya. Rencana ini disusun dengan
maksud memberi pedoman kepada para pelaksana pendidika, dalam proses
pembimbingan perkembangan siswa, mencapai tujuan yang dicita-citakan oleh siswa
sendir, keluarga, maupun masyarakat.
Kurikulum dalam pengertian mutahir adalah
semua kegiatan yang memberikan pengalaman kepada siswa (anak didik) di bawah
bimbingan dan tanggung jawab sekolah.
Kurikulum pendidikan Islam adalah bahan-bahan
pendidikan Islam berupa kegiatan, pengetahuan dan pengalaman yang dengan
sengaja dan sistematis diberikan kepada anak didik dalam rangka mencapai tujuan
pendidikan Islam. Atau dengan kata lain kurikulum pendidikan Islam adalah semua
aktivitasi, pengetahuan dan pengalaman yang dengan sengaja dan secara
sistematis diberikan oleh pendidik kepada anak didik dalam rangka tujuan
pendidikan Islam. Berdasarkan keterangan di atas, maka kurikulum
pendidikan Islam itu merupakan satu komponen pendidikan agama berupa alat untuk
mencapai tujuan. Ini bermakna untuk mencapai tujuan pendidikan agama
(pendidikan Islam) diperlukan adanya kurikulum yang sesuai dengan tujuan
pendidikan Islam dan bersesuaian pula dengan tingkat usia, tingkat perkembangan
kejiwaan anak dan kemampuan pelajar.
E. Penyusunan
Kurikulum
Pendidikan Islam
Di antara hal yang paling penting di dalam
pembentukan setiap kurikulum, tidak terkecuali kurikulum pendidikan Islam,
ialah penyusunannya. Untuk penyusunan yang rapi dan berkesan, kerjasama antara
pihak sekolah dan pihak penyusun kurikulum amatlah diperlukan. Penyusunan
tersebut hendaklah menitikberatkan kesesuaiannya menurut kemampuan pelajar.
Dalam penyususan kurikulum hendaknya semua
pihak dalam satu lembaga sekolah/yayasan diikut sertakan, sehingga dlam
pelaksanaanya nanti dapat berjalan sesuai dengan yang diinginkan, serta dapat
dipertanggung jawabkan.
Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam
penyusunan suatu kurikulum, ialah:
a. Tujuan
pendidikan, dijabarkan menjadi tujuan-tujuan institusional, dirinci menjadi
tujuan kurikuler, dirumuskan menjadi tujuan-tujuan instruksional (umum dan
khusus), yang mendasari perencanaan pengajaran.
b. Perkembangan
peserta didik, merupakan landasan psikologis yang mencakup psikologi
perkembangan dan psikologi belajar;
c. Mengacu
pada landasan sosiologis dibarengi oleh landasan kultur ekologis.
d. Kebutuhan
pembangunan nasional yang mencakup pengembangan SDM dan pembangunan semua
sektor ekonomi.
e. Perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi Jenis dan jenjang pendidikan yang dikelompokkan
sesuai dengan sifat dan kekhususan tujuannya. Kurikulum sebagai rancangan
pendidikan, mempunyai kedudukan sentral, menentukan kegiatan dan hasil
pendidikan. Penyusunannya memerlukan fondasi yang kuat, didasarkan atas hasil
pemikiran dan penelitian yang mendalam. Kurikulum yang lemah akan mengahasilkan
manusia yang lemah pula.
F.
Komponen Kurikulum Pendidikan Islam
Ahmad
Tafsir (2006) menyatakan bahwa suatu kurikulum
mengandung atau terdiri atas komponen-komponen : 1) tujuan ; 2) isi; 3) metode
atau proses belajar mengajar, dan 4) evaluasi. Setiap komponen dalam kurikulum
diatas sebenarnya saling terkait, bahkan masing masing merupakan bagian
integral dari kurikulum tersebut.
Sedangkan
komponen kurikulum menurut Ramayulis meliputi:
1. Tujuan yang ingin dicapai.
Tujuan
meliputi: tujuan akhir, tujuan umum, tujuan khusus dan tujuan sementara. Di
dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) seorang pendidik harus pula dapat
merumuskan kompetensi yang ingin dicapai, yaitu: kompetensi lulusan, kompetensi
lintas kurikulum, kompetensi mata pelajaran, dan kompetensi dasar.
Setiap
tujuan tersebut minimal ada tiga domain, yaitu kognitif, afektif, dan
psikomotor. Dalam pendidikan Islam, domain afektif lebih utama dari yang
lainnya.
2. Isi Kurikulum
Berupa
materi pembelajaran yang diprogram untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah
ditetapkan. Materi tersebut disusun ke dalam silabus, dan dalam
mengaplikasikannya dicantumkan pula dalam satuan pembelajaran dan perencanaan
pembelajaran.
3. Media (Sarana dan Prasarana)
Media
sebagai sarana perantara dalam pembelajaran untuk menjabarkan isi kurikulum
agar lebih mudah dipahami oleh peserta didik. Media tersebut berupa benda
(materiil) dan bukan benda (non-materiil).
4. Strategi
Strategi
merujuk pada pendekatan dan metode serta teknik mengajar yang digunakan. Dalam
strategi termasuk juga komponen penunjang lainnya seperti: sistem administrasi,
pelayanan BK, remedial, pengayaan, dan senbagainya.
5. Proses Pembelajaran
Komponen
ini sangat penting, sebab diharapkan melalui proses pembelajaran akan terjadi
perubahan tingkah laku pada diri peserta didik sebagai indicator keberhasilan
pelaksanaan kurikulum. Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran dituntut
sarana pembelajaran yang kondusif, sehingga memungkinkan dan mendorong
kreativitas peserta didik.
6. Evaluasi
Evaluasi
ditujukan untuk menilai pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditentukan serta
menilai proses pelaksanaan mengajar secara keseluruhan.
G.
Orientasi
Kurikulum Pendidikan Islam
Pada
dasarnya, orientasi kurikulum pendidikan pada umumnya dapat dirangkum menjadi
lima, yaitu orientasi pada pelestarian nilai-nilai, orientasi pada kebutuhan
sosial, orientasi pada tenaga kerja, orientasi pada peserta didik, dan
orientasi pada masa depan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
a. Orientasi Pelestarian Nilai
Dalam
pandangan Islam, nilai terbagi atas dua macam, yaitu nilai yang turun dari
Allah SWT, yang disebut nilai ilahiyah, dan nilai yang tumbuh dan berkembang
dari peradaban manusia sendiri yang disebut dengan nilai insaniyah. Kedua nilai
tersebut selanjutnya membentuk norma-norma atau kaidah-kaidah kehidupan yang
dianut dan melembaga pada masyarakat yang mendukungnya. Tugas kurikulum
selanjutnya adalah menciptakan situasi-situasi dan program tertentu untuk
tercapainya pelestarian kedua nilai tersebut.
b. Orientasi pada Kebutuhan Sosial
Masyarakat
yang maju adalah masyarakat yang ditandai oleh munculnya berbagai peradaban dan
kebudayaan sehingga masyarakat tersebut mengalami perubahan dan perkembangan
yang pesat walaupun perkembangan itu tidak mencapai pada titik kulminasi. Hal
ini Karena kehidupan adalah berkembang, tanpa perkembangan berarti tidak ada
kehidupan.
Orientasi
kurikulum adalah bagaimana memberikan kontribusi positif dalam perkembangan
sosial dan kebutuhannya, sehingga output di lembaga pendidikan mampu menjawab
dan mengatasi masalah-masalah yang dihadapi masyarakat.
c. Orientasi pada Tenaga Kerja
Manusia
sebagai makhluk biologis mempunyai unsur mekanisme jasmani yang membutuhkan
kebutuhan-kebutuhan lahiriah, misalnya makan minum, bertempat tinggal yang
layak, dan kebutuhan biologis lainnya. Kebutuhan-kebutuhan tersebut harus
terpenuhi secara layak, dan salah satu di antara persiapan untuk mendapatkan
pemenuhan kebutuhan yang layak adalah melalui pendidikan. Dengan pendidikan,
pengalaman dan pengetahuan seseorang bertambah dan dapat menentukan kualitas
dan kuantitas kerja seseorang. Hal ini karena dunia kerja dewasa ini semakin
banyak saingan, dan jumlah perkembangan penduduk jauh lebih pesat dari
penyediaan lapangan kerja.
Sebagai
konsekuensinya, kurikulum pendidikan diarahkan untuk memenuhi kebutuhan kerja.
Hal ini ditujukan setelah keluar dari lembaga sekolah, peserta didik mempunyai
kemampuan dan keterampilan yang profesional, berproduktif dan kreatif, mampu
mendayagunakan sumber daya alam, sumber daya diri dan sumber daya situasi yang
mempengaruhinya.
d. Orientasi pada Peserta Didik
Orientasi
ini memberikan kompas pada kurikulum untuk memenuhi kebutuhan peserta didik
yang disesuaikan dengan bakat, minat, dan potensi yang dimilikinya, serta
kebutuhan peserta didik. Orientasi ini diarahkan kepada pembinaan tiga dimensi
peserta didiknya yaitu :
ü Dimensi kepribadian sebagai manusia,
yaitu kemampuan untuk menjaga integritas antara sikap, tingkah laku, etiket,
dan moralitas.
ü Dimensi produktivitas yang
menyangkut apa yang dihasilkan anak didik dalam jumlah yang lebih banyak,
kualitas yang lebih baik setelah ia menamatkan pendidikannya.
ü Dimensi kreativitas yang menyangkut
kemampuan anak didik untuk berpikir dan berbuat, menciptakan sesuatu yang
berguna bagi diri sendiri dan masyarakat.
e. Orientasi pada Masa Depan
Pekembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK).
Kemajuan
suatu zaman ditandai oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
produk-produk yang dihasilkannya. Hampir semua kehidupan dewasa ini tidak lepas
dari keterlibatan IPTEK, mulai dari kehidupan yang paling sederhana sampai
kehidupan dan peradaban yang paling tinggi. Dengan IPTEK, masalah yang rumit
menjadi lebih mudah, masalah yang tidak berguna menjadi lebih berguna, masalah
yang using dan kemudian dibumbui dengan produk IPTEK menjadi lebih menarik.
PENUTUP
Kesimpulan
Kurikulum
dalam pendidikan Islam, dikenal dengan kata manhaj yang
berarti jalan yang terang yang dilalui seseorang, baik orang
itu guru atau juru latih, atau ayah atau yang lainnya, meliputi semua unsur-unsur
proses pendidikan dan semua unsur-unsur rencana pendidikan yang di ikuti oleh
guru, atau pendidik, atau institusi pendidikan dalam mengajar dan mendidik
murid-muridnya, meliputi tujuan-tujuan pendidikan, perkara-perkara kajian,
kemestian-kemestian pelajaran dan semua kegiatan dan alat-alat yang
menguatkannya, metode-metode yang digunakan dalam mengajarkan pelajaran dan
melatih murid-murid dan membimbingnya, menjaga peraturan di antara mereka dan
pada pergaulan mereka pada umumnya, dan proses-proses dan alat-alat penilaian.
Ahmad
Tafsir (2006) menyatakan bahwa suatu kurikulum mengandung atau terdiri atas
komponen-komponen: tujuan, isi, metode atau proses belajar mengajar, dan
evaluasi. Sedangkan menurut Ramayulis (2008: 153-154) komponen kurikulum
meliputi: tujuan yang ingin dicapai, isi kurikulum, media, strategi, proses
pembelajaran, dan evaluasi.
Dalam
penyusunan kurikulum pendidikan Islam, kita harus memperhatikan
prinsip-prinsip: berasaskan Islam, mengarah kepada tujuan, integritas antar
mata pelajaran, relevansi, fleksibilitas, integritas, efisiensi, kontinuitas,
individualitas, kesamaan memperoleh kesempatan, kedinamisan, keseimbangan, dan
efektivitas. Pada dasarnya, orientasi kurikulum pendidikan pada umumnya dapat
dirangkum menjadi lima, yaitu orientasi pada pelestarian nilai-nilai, orientasi
pada kebutuhan sosial, orientasi pada tenaga kerja, orientasi pada peserta
didik, dan orientasi pada masa depan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar