PERTUMBUHAN MADRASAH PADA PERIODE AWAL
SEBELUM LAHIRNYA MADRASAH NIZHAMIYAH
OLEH : KLP II
RAHMATIAH ABDULLAH
ADI CANDRA
YUDA NOVITA
PEMBAHASAN
A.
Latar Belakang
Munculnya Istilah Madrasah
1.
Kronologi
Lahirnya Madrasah
Sebagai awalan pembahasan pertumbuhan
madrasah, terlebih dahulu akan dikemukakan periodisasi pendidikan Islam
sebagaimana yang dikemukakan oleh Zuhairini yang membaginya kepada lima
periode:
a)
Periode
pembinaan pendidikan Islam, yaitu pada masa Rasulullah Saw.
b)
Periode
pertumbuhan pendidikan Islam yang pada masa Rasulullah Saw. sampai masa Bani
Umayyah.
c)
Periode
kejayaan pendidikan pendidikan Islam, yaitu pada masa Abbasiyah sampai dengan
jatuhnya Baghdad diwarnai dengan timbulnya madrasah dan puncak budaya Islam.
d)
Periode
kemunduran pendidikan Islam, yaitu jatuhnya Baghdad sampai dengan jatuhnya
Mesir ke tangan Napoleon.
e)
Periode
pembaharuan pendidikan Islam, yaitu pada masa Mesir dipegang oleh Napoleon
sampai dengan kini.
Dari
periodisasi di atas dapat diasumsikan bahwa pembahasan ini berada pada periode
ketiga, yaitu pada masa Abbasiyah sampai jatuhnya Baghdad. Dengan demikian,
pada pembahasan selanjutnya eksistensi madrasah tidak terlepas dari beberapa
faktor eksternal maupun internal.
Di antara
faktor eksternal yang mendukung timbulnya madrasah adalah faktor politik.
Kesatuan politik yang hampir terwujud, seperti telah dipelihara oleh Khalifah
Sunni di Baghdad, terpecah ketika Khalifah Syi'i didirikan di Cairo sebelum
akhir abad ke-4 H. Selain perbedaan doktrin antara kedua golongan, terjadi pula
persaingan politik. Pendidikan menjadi salah satu senjata dari perlombaan
politik tersebut.
Khalifah-khalifah
saingan di Cairo mengklaim dirinya sebagai keturunan nabi dan mereka
memperkuatnya melalui pendidikan terencana yang diselenggarakan oleh negara.
Pendidikan ini dirancang untuk keperluan orang-orang dewasa yang disebarluaskan
dari sebuah lembaga pusat yang dikenal dengan nam Dar al-Ilmi. Sebuah masjid
yang didirikan setelah Cairo direbut, segera digunakan untuk tempat belajar,
menurut doktrin penguasa baru. Masjid ini, sekarang dikenal dengan Al-Azhar.
Yang dipandang sebagai universitas tertua di dunia.
Tidaklah perlu
dibesar-besarkan pentingnya campur tangan aktif dan langsung yang pertama dalam
pendidikan mengingat campur tangan itu terbatas pada tingkat pendidikan dasar
masih harus dipelajari di maktab atau secara privat. Belajar dari
langkah-langkah yang ditempuh di Cairo, Baghdad tidak mau ketinggalan. Meskipun
agak terlambat, Baghdad menanggapi tantangan pendidikan itu dengan langkah yang
sama pada abad ke-5 H, yaitu mendirikan sebuah lembaga pendidikan baru yang
bernama madrasah. Serupa dengan apa yang dilakukan oleh kubu saingannya,
lembaga madrasah itu didirikan oleh negara guna menyebarluaskan dogma penguasa.
Pada kesempatan
selanjutnya, yaitu pada abad ke-5 Hijriah atau 11 Masehi, adalah masa dimana
sejarah mencatat terjadinya konflik antara kelompok-kelompok keagamaan dalam
Islam, misalnya Mu'tazilah, Syi'ah, Asy'ariyah, Hanafiyah, Hanbaliyah, dan
Syafi'iyah. Wazir Saljuk sebelum Nidzam Al-Mulk adalah Al-Kunduri seorang
bermazhab Hanafi dan pendukung Mu'tazilah. Salah satu kebijakannya sebagai
wazir adalah mengusir dan menganiaya para penganut Asy'ariyah yang sering juga
berarti penganut mazhab Al-Mulk, seorang Syafi'iyah Asy'ariyah dan karenanya
secara alamiah berhadapan dengan Mu'tazilah, Syi'ah, Hanbaliyah, dan Hanafiyah.
Lawan politik
Dinasti Saljuk yang Sunni adalah Dinasti Fatimiyah di Mesir, yang beraliran
Syi'ah. Ketetapan awal untuk membina lembaga pendidikan dalam hal ini madrasah
ialah karena suatu pertimbangan bahwa untuk melawah Syi'ah tidak cukup dengan
kekuatan senjata, melainkan juga harus dengan melalui penanaman ideologi yang
dapat melawan ideologi Syi'ah. Pertimbangan ini dilakukan karena Syi'ah sangat
aktif dan sistematik dalam melakukan indoktrinisasi melalui pendidikan atau
aktivitas pemikiran yang lain ini pula yang melatarbelakangi lahirnya madrasah
dengan tujuan untuk melawan pengaruh Syi'ah dan memperkuat posisi Sunni.
Walaupun ada faktor-faktor lainnya yang melatarbelakangi lahirnya madrasah.
2.
Fenomena
Madrasah
Madrasah
berasal dari akar kata “darasa” secara morfologis menurut al-tashrif
atau sharf dalam bahasa Arab berarti “telah belajar” bentuk kata
kerja lampau atau fi'il madhi. Sedangkan untuk menunjukkan kata keterangan
tempat, misalnya tempat belajar, maka dibentuklah menjadi “isim
makan” atau keterangan tempat. Isim makan
dari “darasa”adalah “madrasah”. Jadi madrasah adalah salah satu
pengertiannya adalah tempat belajar. Yang juga mengandung arti tempat atau
wahana untuk mengenyam proses pembelajaran.
Selain
pengertian madrasah yang berasal dari bahasa Arab yang juga
kata “darasa”berasal dari bahasa Hebrew atau Aramy, kata madrasah yang
berasal dari kata “darasa” masih mengandung beberapa pengertian diantaranya:
a)
Madrasah
berarti aliran atau mazhab fiqh.
b)
Madrasah
berarti pula kelompok yang berpegang pada metode dan pemikiran yang sama.
c)
Dalam
pengertian abad pertengahan, madrasah berarti lembaga pendidikan tinggi yang
mengajarkan fiqh sebagai pelajaran pokoknya, sedangkan selain itu seperti
filsafat dan sastra hanya sebagai pelajaran tambahan.
d)
Madrasah
berarti pula lembaga pendidikan tinggi yang mengajarkan pengetahuan agama.
Sebagai lawan dari madrasah yaitu sekolah dasar tradisional yang disebut
kuttab.
Antara madrasah
dan lembaga-lembaga pendidikan sebelumnya mempunyai perbedaan. Lembaga-lembaga
pendidikan sebelum madrasah tidak diatur secara administratif. Guru dan murid
mempunyai kebebasan dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Sedangkan
madrasah memiliki administrasi yang teratur dan rapi sehingga pelaksanaan
pendidikan mengikuti aturan yang ditetapkan oleh pengelola madrasah. Mengenai
tingkatan madrasah, Philip K. Hitti menggolongkannya ke dalam institution of
higher education, setaraf dengan akademi. Tingkatan ini sama dengan
akademi-akademi yang dilaksanakan di perpustakaan dan rumah sakit. Charles
Michael Stanton mengelompokkan madrasah sebagai lembaga pendidikan tingkat
college (jika dibandingkan dengan lembaga pendidikan sekarang). Dengan demikian
madrasah yang dimaksud dalam tulisan ini adalah lembaga pendidikan tinggi
(college).
Namun Hasan
Asy'ari mengasumsikan ciri-ciri madrasah tidak dapat dikonotasikan dengan
lembaga pendidikan yang ada sekarang dan kesulitan besar menerjemahkan kata madrasah
itu sendiri.
Sedangkan
Nakosteen dan beberapa sarjana lain, menerjemahkan
kata madrasahdengan university. Walaupun tidak terlalu tepat, tapi
sedikitnya dapat mewakili. Sebab, ada tiga perbedaan mendasar antara madrasah
dan universitas:
a)
Kata universitas
dalam pengertian yang paling awal mengacu pada civitas akademika, sedangkan
madrasah mengacu pada sarana dan prasarana.
b)
Universitas
bersifat hierarkis sedangkan madrasah bersifat individualistis dan personal.
c)
Izin mengajar
pada universitas dikeluarkan oleh komite, sedangkan pada universitas ijazah
diberikan oleh syaikh secara personal.
Dengan
demikian, pada bahasan selanjutnya istilah ini akan dipakai dalam bentuk
aslinya.Namun demikian, madrasah pada periode awal merupakan cikal bakal
berdirinya universitas.
B.
Sejarah dan
Motivasi Pendirian Madrasah
Beberapa
paradigma dapat digunakan dalam memandang sejarah dan motivasi pendirian
madrasah. Paling tidak ada tiga teori tentang timbulnya madrasah, yakni sebagai
berikut:
1.
Madrasah selalu
dikaitkan dengan nama Nidzam Al-Mulk (W. 485 H/1092 M), salah seorang wazir
Dinasti Saljuk 456 H/1068 M sampai dengan wafatnya, dengan usahanya membangun
Madrasah Nizhamiyah di berbagai kota utama daerah kekuasaan Saljuk. Begitu
dominannya peran Nidzam Al-Mulk terkadang mendorong kepada kesimpulan yang
keliru dengan mengatakan bahwa Nidzam Al-Mulk adalah orang pertama yang
membangun madrasah. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Ahmad Amin dengan merujuk
Al-Dzahabi. Pendapat ini dibantah oleh Hasan dengan mengajukan argumentasi
bahwa belakangan membuktikan sebelum berdirinya Dinasti Saljuk telah dikenal
secara luas di daerah Nisyapur. Di bawah naungan Dinasti Samaniyah (204-395
H/819-1005 M) berkembang menjadi salah satu pusat budaya dan pusat pendidikan
terbesar di Dunia Islam sepanjang abad ke-4 H/10 M dan telah banyak madrasah
jauh sebelum era Nidzam Al-Mulk. Pendapat ini diperkuat oleh Ghanimah yang
menyatakan bahwa pada abad ke-4 H telah muncul madrasah di Nisyapur karena
banyak bukti yang signifikan tentang hal itu. Demikian pula Abdul Al-'Al yang
secara khusus melakukan kajian tentang pendidikan Islam pada abad tersebut
dengan mengajukan fakta berdasarkan karya penulis-penulis abad ke-4 H. Antara
lain: Ahsan al-Taqasin fi ma'rifat al-aqalim karya al-Makdisi (w.378), Thabaqat
al-Syafi'iah al-Kubra karya Al-Subki (w.388 H), al-Rasa-'il karya Al-Hamadani
(398 H).
2.
Menurut
Al-Makrizi, ia berasumsi bahwa madrasah pertama adalah Madrasah Nizhamiyah yang
didirikan tahun 457 M.
3.
Madrasah sudah
eksis semenjak awal Islam seperti Bait al-Hikmah yang didirakan Al-Makmun di
Baghdad abad ke-3 H.
Dari informasi
yang diterima di atas dapat diketahui, bahwa madrasah yang pertama di Nisyapur.
Namun demikian, madrasah itu kurang dikenal mengingat motivasi pendirian
madrasah itu sendiri pada waktu itu masih bersifat ahliyah (keluarga),
berdasarkan wakaf keluarga dan sejarah baru mencatat sesuatu bila telah menjadi
fenomena yang meluas. Di samping itu, tidak ada campur tangan dari penguasa
sebagaimana halnya Madrasah Nizhamiyah, sehingga tidak di sangkal bahwa
pengaruh Madrasah Nizhamiyah melampaui pengaruh madrasah-madrasah yang
didirikan sebelumnya.
Lahirnya
lembaga pendidikan formal dalam bentuk madrasah merupakan pengembangan dari
sistem pengajaran dan pendidikan yang pada awalnya berlangsung di
masjid-masjid.
Dalam pandangan
Hasan Ashari bahwa madrasah merupakan hasil evolusi dari masjid sebagai lembaga
pendidikan dan Khan sebagai asramanya. Asumsi ini diperkuat oleh Makdisi,
antara lain bahwa Masjid Khan yang menjadi cikal bakal madrasah dan fiqih
merupakan bidang studi utama.
Selanjutnya
Zuhairini mengemukakan alasan-alasan berdirinya madrasah di luar masjid:
1.
Halaqah-halaqah
(kelompok studi) yang diselenggarakan di masjid sering mengganggu terutama
terhadap orang-orang yang akan beribadah;
2.
Berkembangnya
ilmu pengetahuan melahirkan halaqah-halaqah banyak yang tidak tertampung di
Masjid;
3.
Ketika bangsa
Turki mulai berpengaruh dalam pemerintahan Bani Abbasiyah dan dalam rangka
mempertahankan status quo. Mereka berusaha menarik hati dengan berusaha
memperhatikan pendidikan dan pengajaran guru-guru digaji dan diberi fasilitas
yang layak;
4.
Sebagai
kompensasi dari dosa yang mereka lakukan juga berharap ampunan dan pahala dari
Tuhan karena mereka sering melakukan maksiat;
5.
Ketakutan akan
tidak dapat mewariskan harta kepada anak-anaknya. Dengan demikian, mereka
membuat wakaf pribadi yang dikelola oleh keluarga;
6.
Usaha
mempertahankan dan mengembangkan aliran keagamaan dari para pembesar agama.
Argumen diatas
dapat diilustrasikan bahwa masjid tidak lagi dianggap sebagai tempat yang cocok
untuk pendidikan. Adapun proses transformasi dari masjid ke madrasah secara
tidak langsung, yakni melalui perantara Masjid Khan.
Di sisi lain,
Syalabi mengemukakan bahwa perkembangan dari masjid ke madrasah terjadi secara
langsung. Menurutnya madrasah sebagai konsekuensi logis dari semakin ramainya
pengajian di masjid yang fungsi utamanya adalah ibadah. Agar tidak menganggap
kegiatan ibadah, dibuatlah tempat khusus untuk belajar yang dikenal madrasah.
Dalam pandangan
Glasse bahwa madrasah sebagai sekolah tradisional untuk pendidikan tinggi. Pada
masa dinasti Fatimiyah pengembangan itu dilakukan. Di lain pihak aliran Sunni
menanggapinya dengan membuka madrasah teologi untuk menghadapi ancaman dari
penyerbuan doktrin syi'ah, seperti Nidzam Al-Mulk dan Sultan Salahuddin yang
bertujuan menahan subversi teologis yang dilancarkan dari pihak Fatimiyah.
C.
Madrasah
Sebagai Institusi Pendidikan
Pendidikan
secara kelembagaan tampak dalam berbagai bentuk yan bervariasi. Baik bersifat
umum seperti masjid maupun yang khusus. Pada abad ke-4 H dikenal beberapa
sistem pendidikan.
Hasan Abdul
Al-'Al mengemukakan lima sistem dengan klasifikasi sebagai berikut: sistem
pendidika Mu'tazilah, sistem pendidikan Ikhwan Al-Shafa, sistem pendidikan
bercorak filsafat, sistem pendidikan bercorak tasawuf, dan sistem pendidikan
bercorak fiqih. Institusi yang dipakai masing-masing sebagai berikut:
1.
Filosof
menggunakan Daar al-Hikmah, al-Muntadiyat, Hawanit dan Waraqi'in;
2.
Mutashawif
menggunakan al-Zawaya, al-Ribath, al-Masajid, dan Halaqat al-Dzikr;
3.
Syi'iyyin
menggunakan Daar al-Hikmah , al-Masajid, pertemuan rahasia;
4.
Mutakallim
menggunakan al-Masajid, al-Maktabat, Hawanit dan Waraqi'in serta al-Muntadiyat;
5.
Fuqaha dan ahli
hadis menggunakan Al-Katadit, Al-Madaris, dan Al-Masajid.
Melihat data
diatas jelaslah madrasah merupakan tradisi sistem pendidikan bercorak fiqih.
D.
Madrasah Pra
Madrasah Nizhamiyah
Menurut
stanton, madrasah yang pertama kali didirikan adalah Madrasah Wazir Nizhamiyah
pada 1064 M; madrasah ini dikenal dengan sebutan Madrasah Nizhamiyah. Namun
penelitian lebih akhir, misalnya, yang dilakukan oleh Richard Bulliet
mengungkapkan eksistensi madrasah-madrasah lebih tua berada di kawasan Nisyapur
Iran. Pada sekitar tahun 400 H/1009 M terdapat Madrasah Al-Baihaqiyah yang
didirikan oleh Abu Hasan 'Ali Al-Baihaqi (w. 414 H/1023 M). Bulliet bahkan
lebih jauh menyebutkan ada 39 madrasah di wilayah Persia yang berkembang dua
abad sebelum Madrasah Nizhamiyah. Yang tertua adalah Madrasah Niandahiya yang
didirikan Abi Ishaq Ibrahim ibn Mahmud di Nisyapur. Pendapat ini didukung Naji
Ma'ruf, yang menyatakan bahwa di Khurasan telah berkembang madrasah 165 tahun
sebelum kemunculan Madrasah Nizhamiyah. Selanjutnya Abdul Al-'Al mengemukakan,
pada masa Sultan Mahmud Ghaznawi Sa'idiyah (berkuasa 388-421 H/998-1030 M) juga
terdapat Madrasah Sa'idiyah.
Kurikulum
madrasah yang diajarkan di Nisyapur tersebut meliputi agama dan filsafat. Pada
masa periode ini telah muncul term ijazah. Ijazah pada waktu itu merupakan
sebuah lembaran kertas yang menunjukkan bahwa sang penerimanya diberikan
wewenang untuk mengajar apa yang dimaksud oleh ijazah tersebut. Namun, ijazah
ini mempunyai skop yang terbatas yang hanya diberikan seorang guru kepada
pelajar yang dianggap telah mampu menyebarkan ilmu pengetahuan yang diterimanya
E.
madrasah nizamiyah
Pada tahun 1067 M., Nizam al-Mulk mendirikan
perguruan tinggi besar di Bagdad yang kemudian menjadi model bagi Islam
ortodoks (salafi) yang diberi nama Nizhamiyah sesuai dengan nama pendirinya.10
Nizam al-Mulk tidak hanya mendirikan satu madrasah Nizhamiyah yang ada di
Bagdad saja, tetapi juga diberbagai daerah yang berada di bawah kekuasaan
Saljuk yaitu di Balk, Nisapur, Heart, Isfahan, Basrah, Merw, Amul dan Mosul .
Tetapi memang diantara madrasah yang didirikan Nizam al-Mulk yang paling
terkenal adalah Madrasah Nizhamiyah di Bagdad.
F.
Motivasi
Pembangunan Madrasah dan Munculnya Madrasah Nizhamiyah
Pada masa awal,
munculnya Madrasah tidak selalu dilatarbelakangi oleh keinginan untuk menambah
pusat-pusat pendidikan bagi masyarakat. Akan tetapi ada dua faktor yang memicu
lahirnya Madrasah yaitu faktor yang meliputi eksternal dan internal.
Perkembangan
politik menjadi salah satu faktor eksternal yang mendongkrak kebangkitan
Madrasah. Pada akhir abad ke-4 Hijriah, terjadi persaingan antara golongan
Sunni dan Shiah. Para pengikut paham Shi’ah yang berkembang di Cairo
Mesir terus melakukan doktrin melalui lembaga pendidikan yang disebut Dar
al-Ilm. Pendirian lembaga pendidikan yang direncanakan untuk menyebarluaskan
paham Shi’ah ternyata dijadikan tantangan oleh
kelompok Sunni di Baghdad. Mereka juga tidak mau ketinggalan
dengan Shi’ah. Pada abad ke-5 Hijriah, Kelompok Sunni mendirikan
lembaga pendidikan yang disebut dengan Madrasah.
Konflik antara
kelompok dalam islam terjadi pada abad ke-5 Hijriah pada saat Kerjaan Saljuk
dipimpin oleh al-Kunduri yang menganut Manhaj Hanafi dan
pendukung Mu’tazilah. Salah satu kebijakannya adalah mengusir
penganut Ash’ariyah} yang juga menganut Manhaj Shafi’i. Kemudian
al-Kunduri digantikan oleh Niz}am al-Mulk (W. 485 H/ 1092 M). Ia penganut Shafi’i dan Ash’ari
secara langsung berhadapan dengan penganut Mu’tazilah,Shi’ah, Hanbaliyah dan Hanafiyah.
Dinasti Saljuk
setelah dikuasi oleh Nizam al-Mulk yang notabene pengikut Sunni mempunyai
lawan politik yang sangat jelas yaitu Dinasti Fatimiyah di Mesir yang
beraliran Shi’ah. Nidzam al-Mulk menyadari betul bahwa untuk melawan Fatimiyah tidak
cukup dengan serangan meliter, mengingat pengikut Shi’ah yang semakin
besar karena proses pendidikannya berkembang pesat, makaNizam al-Mulk
kemudian mengikuti langkah DinastiFatimiyah dan mendirikan pusat
pendidikan yang diberi nama Madrasah. Madrasah inilah yang pada akhirnya
dikenal dengan sebutan Madrasah Nizamiyah. Pendirian lembaga pendidikan
itu, salah satunya bertujuan untuk menyebarluaskan dan indoktrinasi paham
keagamaan yang beraliran Sunni.
Menurut M.
Akmansyah yang mengutip pendapat Abdul Majid Futuh mengatakan bahwa
MadrasahNizamiyah didirikan dengan tiga tujuan. Pertama, menyebarkan
pemikiran Sunni untuk menghadapi dari tantangan pemikiran Shi’ah.
Kedua, menyediakan guru-guru sunni yang cakap untuk mengajarkan Manhaj Sunni dan
menyebarkannya ketempat-tempat lain. Ketiga, membentuk kelompok
pekerja sunni untuk berpartisipasi dalam mejalankan pemerintahan, khusunya
dibidang peradilan dan manajemen. Sehingga dapat disimpulkan motivasi
berdirinya Madrasah dikarenakan adanya motivasi agama,
ekonomi dan politik.
Pelajaran yang
diajarkan di sekolah ini lebih intensf mengajarkan tentang pemahaman
aliran Sunni yang menganut Ash’ariyah. Hal itu dilakukan karena
salah satu motif pendirian Madrasah itu adalah melawan aliranShi’ah yang
berkembang di Dinasti Fatimiyah Mesir. Selain itu, pelajaran tentang keislaman
terutama Shari’ah yang didalamnya terdapat ilmu fiqih juga diajarkan.
Sastra juga dipelari sedangkan filsafat tidak diajari
PENUTUP
KESIMPULAN
Motivasi yang
mendasari kelahiran madrasah, yaitu selain motivasi agama dan motivasi ekonomi
karena berkaitan dengan ketenagakerjaan, juga motivasi politik. Madrasah
sebagai sebuah institusi pendidikan yang lahir karena kondisi sosial politik
pada masa itu yang mendukung lahirnya madrasah di samping faktor-faktor
lainnya. Dengan berdirinya madrasah, maka pendidikan Islam memasuki periode baru,
yaitu pendidikan menjadi fungsi bagi negara dan madrasah-madrasah dilembagakan
untuk tujuan pendidikan sekretarian dan indoktrinasi politik.
Meskipun
madrasah sebagai lembaga pendidikan dan pengajaran di Dunia Islam baru timbul
sekitar abad ke-4 H. Ini bukan berarti bahwa sejak awal perkembangannya Islam
tidak mempunyai lembaga pendidikan dan pengajaran. Pada periode awal telah
berdiri beberapa madrasah yang menjadi cikal bakal munculnya Madrasah
Nizhamiyah. Madrasah-madrasah tersebut berada di wilayah Persia, tepatnya di
daerah Nisyapur, misalnya Madrarah Al-Baihaqiyah, Madrasah Sa'idiyah dan
madrasah yang terdapat di Khurasan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar