TINJAUAN
FILOSOFIS TENTANG KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM
OLEH :
Ø FATHUL
Ø MUNAWAR
Ø TAMRIN
Ø RAIS
FAKULTAS AGAMA
ISLAM
UNIVERSITAS
INDONESI TIMUR
2014
BAB I
PENDAHULUAN
Sebagai suatu kegiatan
yang terencana, pendidikan Islam memiliki kejelasan tujuan yang ingin dicapai.
Akan sulit kita bayangkan dalam benak, jika suatu kegiatan tanpa memiliki
tujuan yang jelas. Karena pentingnya tujuan tersebut, banyak kita jumpai kajian
kajian yang sungguh-sungguh di kalangan para ahli mengenai tujuan tersebut.
Berbagai buku yang mengkaji masalah pendidikan Islam senantiasa berusaha
merumuskan tujuan yang baik secara umum maupun secara khusus.
Pendidikan Islam secara
fungsional adalah merupakan upaya manusia muslim merekayasa pembentukan al
insan al kamil melalui penciptaan institusi interaksi edukatif yang
kondusif. Dalam posisinya yang demikian, pendidikan islam adalah model rekayasa
individual dan sosial yang paling efektif untuk menyiapkan dan menciptakan
bentuk masyarakat ideal ke masa depan. Sejalan dengan konsep perekayasaan masa
depan umat, maka pendidikan Islam harus memiliki seperangkat isi atau bahan
yang akan ditransformasikan kepada peserta didik agar menjadi milik dan
kepribadian sesuai dengan idealitas Islam. Untuk itu perlu dirancang suatu bentuk
kurikulum pendidikan Islam yang sepenuhnya mengacu pada nilai-nilai asasi
ajaran Islam. Dalam kaitan inilah diharapkan filsafat pendidikan Islam mampu
memberikan kompas atau arah terhadap pembentukan kurikulum pendidikan yang
Islami.
Pendidikan Islam dalam
pelaksanaannya memerlukan metode yang tepat untuk menghantarkan kegiatan
pendidikannya ke arah tujuan yang dicita-citakan. Bagaimanapun baik dan
sempurnanya suatu kurikulum pendidikan Islam, ia tidak akan berarti apa-apa
manakala tidak memiliki metode atau cara yang tepat dalam mentranspormasikannya
kepada peserta didik. Ketidak tepatan dalam penerapan metode secara praktis
akan menghambat proses belajar mengajar yang akan berakibat terbuangnya waktu
dan tenaga. Karenanya metode merupakan syarat untuk efisiensi aktivitas
kepandidikan Islam. Hal ini berarti metode merupakan hal yang esensial, karena
tujuan pendidikan Islam akan tercapai secara tepat guna manakala metode yang
ditempuh benar-benar tepat.
BAB II
PEMBAHASAN
B. TINJAUAN FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM TERHADAP KURIKULUM
1. Pengertian Kurikulum Pendidikan Islam
Secara etimologi
kurikulum berasal dari bahasa Yunani, yaitu curir yang artinya pelari
dan curere yang artinya jarak yang harus ditempuh oleh pelari. Istilah
ini pada mulanya digunakan dalam dunia olehraga. Berdasarkan pengertian ini,
dalam konteksnya dengan dunia pendidikan menjadi “circle of instruction” yaitu
suatu lingkaran pengajaran dimana guru dan murid terlibat didalamnya.
Dalam kosa kata Arab,
istilah kurikulum dikenal dengan kata manhaj yang berarti jalan yang
terang yang dilalui oleh manusia pada berbagai bidang kehidupannya. Apabila
pengertian ini dikaitkan dengan pendidikan, maka manhaj atau kurikulum berarti
jalan terang yang dilalui pendidik atau guru dengan orang-orang yang dididik
untuk mengembangkan pengetahuan, ketrampilan dan sikap mereka.
Berdasarkan
pengertian-pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kurikulum itu adalah
merupakan landasan yang digunakan pendidik untuk membimbing peserta didiknya ke
arah tujuan pendidikan yang diinginkan melalui akumulasi sejumlah pengetahuan
ketrampilan dan sikap mental. Ini berarti bahwa proses kependidikan Islam
bukanlah suatu proses yang dapat dilakukan secara serampangan, akan tetapi
hendaknya mengacu pada konseptualisasi manusia paripurna – baik sebagai
khalifah maupun ‘abd - melalu transformasi sejumlah pengetahuan
ketrampilan dan sikap mental yang harus tersusun dalam kurikulum pendidikan
Islam. Disinilah filsafat pendidikan Islam dalam memberikan pandangan filosofis
tentang hakikat pengetahuan, ketrampilanm dan sikap mental yang dapat dijadikan
pedoman dalam pembentukan manusia paripurna ( al- insan al-kamil).
Selain itu, ada pula
yang berpendapat bahwa kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang disiapkan
berdasarkan rancangan yang sistematik dan koordinatif dalam rangka mencapai
tujuan pendidikan yang ditetapkan. Selanjutnya, sejalan dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan kemajuan dunia pendidikan, definisi kurikulum sebagaimana
disebutkan di atas dipandang sudah ketinggalam zaman. Saylor dan Alexander,
mengatakan bahwa kurikulum bukan hanya sekedar memuat sejumlah mata pelajaran,
akan tetapi termasuk juga di dalamnya segala usaha lembaga pendidikan untuk
mencapai tujuan yang diinginkan, baik usaha tersebut dilakukan di lingkungan
sekolah maupun di luar sekolah.
2. Cakupan Kurikulum
Dengan demikian cakupan
bahan pengajaran yang terdapat dalam kurikulum pada masa sekarang nampak
semakin luas. Berdasarkan pada perkembangan yang seperti ini, maka para
perancang kurikulum meliputi empat bagian. Pertama, bagian yang berkenaan
dengan tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh proses belajar mengajar. Kedua,
bagian yang berisi pengetahuan, informasi-informasi, data, aktivitas-aktivitas,
dan pengalaman-pengalaman yang merupakan bahan bagi penyusunan kurikulum yang
isinya berupa mata pelajaran dalam silabus. Ketiga, bagian berisi metode
penyampaian. Keempat, bagian yang berisi metode penilaian dan pengukuran atas
hasil pengajaran tersebut.
3. Asas-Asas Kurikulum Pendidikan Islam
Suatu kurikulum
pendidikan, termasuk pendidikan Islam, hendaknya mengandung beberapa unsur
utama seperti tujuan, isi mata pelajaran, metode mengajar, dan metode
penilaian. Kesemuaannya harus tersusun dan mengacu pada suatu sumber kekuatan
yang menjadi landasan dalam pembentukannya. Sumber-sumber tersebut dikatakan
sebagai asas-asas pembentukan kuriulum pendidikan.
Menurut mohammad al Thoumy al Syaibany, asas-asa umum yang menjadi landasan
pembentukan kurikulum dalam pendidikan Islam adalah:
a. Asas Agama
Seluruh sistem yang ada
dalam masyarakat Islam, termasuk sistem pendidikannya harus meletakan dasar
falsafah, tujuan, dan kurikulumnya pada ajaran Islam yang meliputi aqidah,
ibadah dan muamalah. Hal ini bermakna bahwa itu semua pada akhirnya harus mengacu
pada dua sumber utama syariat Islam, yaitu al-Qur’an dan as-Sunnah. Sementara
sumber lainnya sering dikategorikan sebagai metode seperti ijma, qiyas
dan ihtisan.
Pembentukan kurikulum pendiidkan Islam harus diletakan pada apa yang telah
digariskan oleh 2 sumber tersebut dalam rangka menciptakan mausia yang bertaqwa
sebagai ‘abid dan khalifah dimuka bumi.
b. Asas Falsafah
Dasar ini memberikan
arah dan kompas tujuan pendidikan Islam, dengan dasar filosofis, sehingga
susunan kurikulum pendidikan Islam mengandung suatu kebenaran, terutama dari
sisi nilai-nilai sebagai pandangan hidup yang diyakini kebenarannya. Secara
umum, dasar falsafah ini membawa konsekwensi bahwa rumusan kurikulum pendidikan
Islam harus beranjak dari konsep ontologi, epistemologi dan aksiologi yang
digali dari pemikiran manusia muslim, yang sepenuhnya tidak bertentangan dengan
nilai-nilai asasi ajaran Islam.
c. Asas Psikologis
Asas ini memberi arti
bahwa kurikulum pendidikan Islam hendaknya disusun dengan mempertimbangkan
tahapan-tahapan pertumbuhan dan perkembangan yang dilalui anak didik. Kurikulum
pendidikan Islam harus dirancang sejalan dengan ciri-ciri perkembangan anak
didik, tahap kematangan bakat-bakat jasmani, intelektual, bahasa, emosi dan
sosial, kebutuhan dan minat, kecakapan dan perbedaan individual dan aspek
lainnya yang berhubungan dengan aspek-aspek psikologis.
d. Asas Sosial
Pembentukan kurikulum
pendidikan Islam harus mengacu ke arah realisasi individu dalam masyarakat.
Pola yang demikian ini berarti bahwa semua kecenderungan dan perubahan yang
telah dan bakal terjadi dalam perkembangan masyarakat manusia sebagai mahluk
sosial harus mendapat tempat dalam kurikulum pendidikan Islam. Hal ini
dimaksudkan agar out-put yang diahasilkan menjadi manusia yang mampu mengambil
peran dalam masyarakat dan kebudayaan dalam konteks kehidupan zamannya.
Keempat asas tersebut
di atas harus dijadikan landasan dalam pembentukan kurikulum pendidikan Islam.
Perlu ditekankan bahwa antara satu asas dengan asas lainnya tidaklah berdiri
sendiri-sendiri, tetapi harus merupakan suatu kesatuan yang utuh sehingga dapat
membentuk kurikulum pendidikan Islam yang terpadu, yaitu kurikulum yang relevan
dengan kebutuhan pengembangan anak didik dalam unsur ketauhidan, keagamaan,
pengembangan potensinya sebagai khalifah, pengembangan kepribadiannya sebagai
individu dan pengembangannya dalam kehidupan sosial.
4. Kriteria Kurikulum Pendidikan Islam
Berdasarkan pada
asas-asas tersebut, maka kurikulum pendidikan Islam menurut An Nahlawi harus pula memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Sistem dan perkembangan kurikulum hendaknya selaras dengan fitrah
insani sehingga memiliki peluang untuk mensucikannya, dan menjaganya dari
penyimpangan dan menyelamatkannya.
b. Kurikulum hendaknya diarahkan untuk mencapai tujuan akhir pendidikan Islam,
yaitu ikhlas, taat beribadah kepada Allah, disamping merealisasikan tujuan
aspek psikis, fisik, sosial, budaya maupun intelektual.
c. Pentahapan serta pengkhususan kurikulum hendaknya memperhatikan periodesasi
perkembangan peserta didik maupun unisitas (kekhasan) terutama karakteristik
anak-anak dan jenis kelamin.
d. Dalam berbagai pelaksanaan, aktivitas, contoh dan nash yang ada dalam
kurikulum harus memelihara kebutuhan nyata kahidupan masyarakat dengan tatap
bertopang pada cita ideal Islami, seperti tasa syukur dan harga diri sebagai
umat Islam.
e. Secara keseluruhan struktur dan organisasai kurikulum hendaknya tidak
bertentangan dan tidak menimbulkan pertentngan dengan polah hidup Islami.
f. Hendaknya kurikulum bersifat realistik atau dapat dilaksanakan sesuai
dengan situasi dan kondisi dalam kehidupan negara tertentu.
g. Hendaknya metoda pendidikan atau pengajaran dalam kurikulum bersifat luwes
sehingga dapat disesuaikan berbagai situasi dan kondisi serta perbedaan
individual dalam menangkap dan mengolah bahan pelajaran.
h. Hendaknya kurikulum itu efektif dalam arti berisikan nilai edukatif yang
dapat membentuk afektif (sikap) Islami dalam kepribadian anak.
i.
Kurikulum harus memperhatikan aspek-aspek
tingkah laku amaliah Islami, seperti pendidikan untuk berjihad dan dakwah
Islamiyah serta membangun masyarakat muslim dilingkungan sekolah[1]
C. TINJAUAN FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM TERHADAP METODE
1. Pengertian Metode
Secara literal, metode
berasal dari bahasa Greek yang terdiri dari dua kosa kata, yaitu meta
yang berarti melalui dan hodos yang berarti jalan. Berarti metode
bararti jalan yang dilalui. Runes, secara teknis menerangkan bahwa metode
adalah:
a. Suatu prosedur yang dipakai untuk mencapai suatu tujuan,
b. Suatu teknik mengetahui yang dipakai dalam proses mencari ilmu pengetahuan
dari suatu materi tertentu,
c. Suatu ilmu yang merumuskan aturan-aturan dari suatu prosedur.
Berdasarkan pendapat
Runes tersebut, maka bila dikaitkan dengan proses kependidikan Islam, metode
berarti suatu prosedur yang dipergunakan pendidik dalam melaksanakan
tugas-tugas kependidikan (segi pendidik). Selain itu, dapat juga diartikan
teknik tertentu yang dipergunakan peserta didik untuk menguasai materi tertentu
(segi peserta didik), atau cara yang dipakai untuk merumuskan aturan-aturan
tertentu dari suatu prosedur (segi pembuat kebijakan). Dalam makalah ini,
batasan yang pertamalah yang akan menjadi fokus kajiannya.
2. Asas-Asas Umum Metode Pendidikan Islam
Dalam hal ini
sesungguhnya asa-asanya tidak akan jauh berbeda dengan asa-asa pembentukan kurikulum.
Hal ini dikarenakan dalam proses pendidikan Islam, seluruh komponennya
merupakan satu kesatuan yang utuh yang membantuk suatu sistem[2][2]
Secara umum menurut al-Syaibani, asas-asas metode pendidikan Islam adalah:
a. Asas Agama, yaitu prinsip-prinsip, asas-asas, dan fakta-fakta umum yang
diambil dari sumber ajaran Islam (al-Qur’an dan as-Sunnah)
b. Asas Biologis, yaitu dasar yang mempertimbangkan kebutuhan jasmani dan
tingkat perkembangan usia peserta didik.
c. Asas Psikologi, yaitu prinsip yang lahir di atas pertimbangan kekuatan
psikologis, seperti Motovasi, kebutuhan, emosi, minat, bakat, sikap, keinginan,
kecakapan akal dan lain sebagainya.
d. Asas Sosial, yaitu asas yang bersumber dari kehidupan sosial manusia
seperti tradisi, kebutuhan-kebutuhan, harapan dan tuntutan kehidupan yang
senantiasa maju dan berkembang.
3. Prinsip-prindip Metode Pendidikan Islam
Dalam hal ini akan
membahas bagaimana menyajikan bahan dan materi yang terdapat dalam kurikulum
dalam suatu kegiatan pendidikan. Berikut ini dikemukakan beberapa ayat yang
dipergunakan sebagai rujukan pengembangan metode pendidikan Islam
a. Artinya: Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu teladan yang baik
bagi kamu sekalian. (Q. S. (33):21)
b. Artinya: Serulah manusia kejalan tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang
baik. Berdiskusilah dengan pelajaran yang baik (Q.S (16): 125); Ibrahim
berkata: Wahai anaku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku
menyembelihmu, maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu? (Q.S ( 37): 102)
c. (Q.S.(42): 38). sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara
mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada
mereka.
d. Artinya: katakanlah: berjalanlah kamu dimuka bumi, kemudian perhatikanlah
bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan itu (QS. 6;11), sesungguhnya
telah berlaku sunnah-sunnah Allah sebelum kamu, karena itu berjalanlah kamu
dimuka buki dan perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang mendustakan
agama (Q.S. (3): 137)
e. Artinya: Tatkala malam telah menjadi gelap, dia melihat sebuah
bintang lalu dia berkata: inilah Tuhanku.tetapi tatkala bintang itu tenggelam,
dia berkata saya tidak suka kepada yang tenggelam. Kemudian ketika dia melihat
bulan terbit. Dia berkata: inilah Tuhanku. Tetapi setelah bulan itu tenggelam
dia berkata: sesungguhnya jika tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku,
pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat. Kemudian tatkala matahari
terbit…. (Q.S. (6): 76-79)
f. Artinya: perumpamaan orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah,
bagaikan menanam sebutir banih yang darinya tumbuh tujuh tangkai, dan tiap
tangkai seratus biji (Q.S. (2): 261) dan perumpamaan orang-orang yang
membelanjakan hartanya karena mencari keridhaan Allah untuk keteguhan jiwanya,
seperti sebuah kebun terletak di dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat,
maka kebun itu menghasilkan buahnya dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak
menyiraminya hujan gerimispun mencukupinya. Allah maha melihat apa yang kami
perbuat. (Q.S. (2); 265)
Khusus masalah metode
dalam dunia pendidikan adalah suatu cara yang dipergunakan untuk menyampaikan
atau mentransformasikan isi atau bahan pendidikan kepada anak didik.
Akhirnya model penyampaian firman Allah yang evolutif dan demikian pula risalah
kenabian mengajarkan kepada kita uswah bahwa sosialisasi Islam yang dikenal
dengan pendidikan dan dakwah adalah sebuah proses.
4. Macam Macam Metode
a. Metode Teladan
b. Metode Kisah-kisah
c. Metode Nsihat
d. Metode Pembiasaan
e. Metode Hukuman dan Ganjaran
f. Metode Ceramah
g. Metode Diskusi
h. Metode Perintah dan Larangan
i.
Metode Pemberian
Suasana
j.
Metode Bimbingan dan
Penyuluhan
k. Metode Perumpamaan
l.
Dan lain sebagainya.
BAB III
KESIMPULAN
Pendidikan islam adalah
model rekayasa individual dan sosial yang paling efektif untuk menyiapkan dan
menciptakan bentuk masyarakat ideal ke masa depan. Jadi Pada intinya pendidikan
Islam merupakan upaya manusia muslim merekayasa pembentukan al insan
al kamil melalui penciptaan institusi interaksi edukatif yang
kondusif. Dalam kaitan inilah diharapkan filsafat pendidikan Islam mampu
memberikan kompas atau arah terhadap pembentukan kurikulum pendidikan yang
Islami.
Pendidikan Islam dalam
pelaksanaannya memerlukan metode yang tepat untuk menghantarkan kegiatan
pendidikannya ke arah tujuan yang diharapkan. Bagaimanapun baik dan sempurnanya
suatu kurikulum pendidikan Islam, ia tidak akan berarti apa-apa ketika tidak memiliki metode atau cara yang tepat
dalam mentranspormasikannya kepada peserta didik. Maka dari itu dalam penerapan
metode secara praktis harus tepat, agar tidak menghambat proses belajar
mengajar dan terbuangnya waktu dan tenaga. Karenanya metode merupakan syarat
untuk efisiensi aktivitas kepandidikan Islam. Hal ini berarti metode merupakan
hal yang esensial, karena tujuan pendidikan Islam akan tercapai secara tepat
guna manakala metode yang ditempuh benar-benar tepat
BAB 1V
Daftar Pustaka
·
Al-Qur’anul
karim
·
An Nahlawi,
Abdurrahman. Prinsip-Prinsip dan Metode Pendidikan Islam.
(Bandung: CV Dipenogoro. 1992)
·
Langgulung, Hasan. Azas-Azas
Pendidikan Islam. (Jakarta: Pustaka Al Husna. 1992)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar