PENDIDIKAN ISLAM
DI INDONESIA
OLEH : KLP VII
INTAN PERMATASARI
RESKI AMANDA PUTRI
ARMAN
NASRUDDIN
IDRUS
PEMBAHASAN
PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA
A.
Pesantren; Akar
Pendidikan Islam di Indonesia
Terkait
kemunculan dan masuknya Islam di Indonesia, sampai saat ini masih menjadi
kontroversi di kalangan para ilmuwan dan sejarawan. Namun demikian, mayoritas dari
mereka menduga bahwa Islam telah diperkenalkan di
Indonesia sekitar abad ke-7 M oleh para musafir dan pedagang muslim, melalui
jalur perdagangan dari Teluk Parsi dan Tiongkok. Kemudian pada abad ke-11M sudah dapat dipastikan
bahwa Islam telah masuk di kepulauan Nusantara melalui kota-kota pantai di
Pulau Sumatera, Jawa, Sulawesi dan Maluku. Dan, pada abad itu pula muncul
pusat-pusat kekuasaan serta pendalaman studi ke-Islaman. Dari pusat-pusat
inilah kemudian akhirnya Islam dapat berkembang dan tersebar ke seluruh pelosok
Nusantara. Perkembangan dan perluasan Islam itu tidak lain melalui para
pedagang muslim, wali, muballigh dan ulama’ dengan cara pendirian masjid,
pesantren atau dayah atau surau.
Pada dasarnya, pendidikan Islam di Indonesia
sudah berlangsung sejak masuknya Islam ke Indonesia. Pada tahap awal,
pendidikan Islam dimulai dari kontak-kontak pribadi maupun kolektif antara
muballigh (pendidik) dengan peserta didiknya. Setelah komunitas muslim daerah
terbentuk di suatu daerah tersebut, mereka membangun tempat peribadatan dalam
hal ini masjid. Masjid merupakan lembaga pendidikan Islam yang pertama muncul,
di samping rumah tempat kediaman ulama’ atau muballigh.
Setelah
penggunaan masjid sudah cukup optimal, maka kemudian dirasa perlu untuk
memiliki sebuah tempat yang benar-benar menjadi pusat pendidikan dan
pembelajaran Islam. Untuk itu, muncullah lembaga pendidikan lainnya seperti pesantren, dayah ataupun surau.
Nama–nama tersebut walaupun berbeda, tetapi hakikatnya sama yakni sebagai
tempat menuntut ilmu pengetahuan keagamaan.
Pesantren
sebagai akar pendidikan Islam, yang menjadi pusat pembelajaran Islam setelah
keberadaan masjid, senyatanya memiliki dinamika yang terus berkembang hingga
sekarang. Menurut Prof. Mastuhu, pesantren adalah lembaga pendidikan
tradisional Islam untuk mempelajari, memahami,
mendalami, menghayati dan mengamalkan ajaran Islam dengan menekankan pentingnya
moral keagamaan sebagai pedoman perilaku sehari-hari.
Pesantren sejatinya telah berkiprah di Indonesia sebagai pranata kependidikan Islam di
tengah-tengah masyarakat sejak abad ke-13 M, kemudian berlanjut dengan pasang
surutnya hingga sekarang. Untuk itulah, tidak aneh jika pesantren telah menjadi
akar pendidikan Islam di negeri ini. Karena senyatanya, dalam pesantren telah
terjadi proses pembelajaran sekaligus proses pendidikan; yang tidak hanya
memberikan seperangkat pengetahuan, melainkan juga nilai-nilai (value). Dalam
pesantren, terjadi sebuah proses pembentukan tata nilai yang lengkap, yang
merupakan proses pemberian ilmu secara aplikatif.
Menurut
Muhammad Tolhah Hasan dalam bukunya Dinamika Tentang Pendidikan Islam,
disebutkan bahwa komponen-komponen yang ada dalam pesantren antara lain:
a.
Kyai, sebagai
figur sentral dan dominan dalam pesantren, sebagai sumber ilmu pengetahuan
sekaligus sumber tata nilai.
b.
Pengajian
kitab-kitab agama (kitab kuning), yang disampaikan oleh Kyai dan diikuti para
santri.
c.
Masjid, yang
berfungsi sebagai tempat kegiatan pengajian, disamping menjadi pusat
peribadatan.
d.
Santri, sebagai
pencari ilmu (agama) dan pendamba bimbingan Kyai.
e.
Pondok, sebagai
tempat tinggal santri yang menampung santri selama mereka menuntut ilmu dari
Kyai.
Sedangkan dalam
proses pembelajaran dan proses pendidikan, di pesantren menggunakan dua sistem
yang umum, yakni:
a.
Sistem
“sorogan” yang sifatnya individual, yakni seorang santri mendatangi seorang
guru yang akan mengajarkan kitab tertentu, yang umumnya berbahasa Arab.
b.
Sistem
“bandongan” yang sering disebut dengan sistem weton. Dalam sistem ini,
sekelompok santri mendengarkan dan menyimak seorang guru yang membacakan,
menerjemahkan dan mengulas kitab-kitab kuning. Setiap santri memperhatikan
kitab masing-masing dan membuat catatan yang dirasa perlu.
Kelompok
bandongan ini jika jumlahnya tidak terlalu banyak, maka disebut dengan halaqoh yang
arti asalnya adalah lingkaran. Di pesantren-pesantren besar, ada lagi sistem
lain yang disebut musyawarah, yang diikuti santri-santri senior yang telah
mampu membaca kitab kuning dengan baik.
Hingga kini,
keberadaan pesantren telah mengalami berbagai dinamika, sejak dari pesantren
tradisional hingga pesantren modern.
B.
Lembaga-lembaga
pendidikan Islam setelah Pesantren
Eksistensi
pesantren senyatanya mendorong lahirnya lembaga-lembaga pendidikan Islam
lainnya, antara lain:
1.
Madrasah
Madrasah
merupakan lembaga pendidikan Islam yang lebih modern dibanding pesantren, baik
ditinjau dari sisi metodologi maupun kurikulum pengajarannya. Kendati demikian,
kemunculan madrasah ini tidak lain diawali oleh keberadaan pesantren. Sebagian
lulusan pesantren melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi ke beberapa pusat
kajian Islam di beberapa negara Timur Tengah, khususnya Arab Saudi dan Mesir.
Lulusan-lulusan Islam Timur Tengah itulah yang kemudian akhirnya menjadi
pemrakarsa pendirian madrasah-madrasah di Indonesia.
Dalam madrasah,
system pembelajaran tidak lagi menggunakan sorogan ataupun bandongan, melainkan
lebih modern lagi. Madrasah telah mengaplikasikan sistem kelas dalam proses
pembelajarannya. Elemen yang ada dalam madrasah juga bukan lagi Kyai dan santri,
tetapi murid dan guru (ustad/ustadzah). Dan metode yang digunakan juga beragam,
bisa ceramah, atau drill dan lain-lain, tergantung pada ustad/ustadzah atau
guru.
2.
Sekolah-sekolah
Islam
Di samping
madrasah, lembaga pendidikan Islam yang berkembang hingga sekarang adalah
sekolah-sekolah Islam. Pada dasarnya, kata sekolah merupakan terjemah dari
madrasah, hanya saja madrasah adalah kosa kata bahasa Arab, sedangkan sekolah
adalah bahasa Indonesia. Namun demikian, pada aplikasinya terdapat perbedaan
antara madrasah dan sekolah Islam. Madrasah berada dalam naungan Kementrian
Agama (Kemenag), sedangkan sekolah Islam pada Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan (Kemendikbud). Selain itu,dari segi bobot muatan materi
keagamaannya, madrasah lebih banyak materi agama dibanding sekolah Islam.
3.
Pendidikan
Tinggi Islam
Pendidikan
Tinggi Islam juga merupakan salah satu lembaga pendidikan Islam yang modern.
Dalam sejarah, pendidikan tinggi Islam yang tertua adalah Sekolah Tinggi Islam
(STI), yang menjadi cikal bakal pendidikan tinggi Islam selanjutnya. STI
didirikan pada 8 Juli 1945 di Jakarta, kemudian dipindahkan ke Yogyakarta, dan
pada tahun 1948 resmi berganti nama menjadi Universitas Islam Indonesia (UII).
Selanjutnya, UII merupakan bibit utama dari perguruan-perguruan tinggi swasta
yang kemudian berkembang menjadi beberapa Universitas Islam yang populer di
Indonesia, seperti misalnya Universitas Ibn Kholdun di Bogor, Universitas
Muhammadiyah di Surakarta, Universitas Islam Sultan Agung di Semarang,
Universitas Islam Malang (UNISMA) di Malang, Universitas Islam Sunan Giri
(UNSURI) di Surabaya, Universitas Darul ‘Ulum (UNDAR) di Jombang dan lain-lain.
Menurut Tolhah
Hasan, perkembangan dan kemajuan perguruan tinggi Islam di Indonesia banyak
ditentukan oleh beberapa faktor di antaranya: kredibilitas kepemimpinan,
kreativitas manajerial kelembagaan, pengembangan program akademik yang jelas
dan kualitas dosen yang memiliki tradisi akademik.
C.
Dinamika
Pendidikan Islam di Indonesia
Tak dapat
dipungkiri, bahwa seiring berjalannya waktu, lembaga-lembaga pendidikan Islam
juga mengalami berbagai dinamika. Tak hanya pada pesantren, bahkan madrasah dan
perguruan tinggi Islam pun tak luput dari dinamika yang ada.
Pesantren yang
dulunya masih tradisional senyatanya mengalami beberapa perubahan dan
perkembangan, seiring dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan dan
teknologi. Pesantren yang dulunya tradisional, dalam pola pembelajaran dan
muatan materi serta kurikulumnya, kini telah mengalami perkembangan dengan
mengadaptasi beberapa teori-teori pendidikan yang dirasa bisa diterapkan di
lingkungan pesantren. Alhasil, kini semakin banyak bermunculan pesantren
modern, yang dalam pola pembelajarannya tidak lagi konvensional, tapi lebih
modern dengan berbagai sentuhan manajemen pendidikan yang dinamis. Mayoritas
pesantren dewasa ini juga memberikan materi dan muatan pendidikan umum. Tidak
sedikit pesantren yang sekaligus memiliki lembaga sekolah dan manajemennya
mengacu pada Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Sedangkan
dinamika sistem pendidikan madrasah dapat dicatat dari beberapa perubahan,
seperti dimasukkannya mata pelajaran umum dalam kurikulumnya, meningkatkan
kualitas guru dengan memperhatikan syarat kelayakan mengajar, membenahi
manajemen pendidikannya melalui akreditasi yang diselenggarakan pemerintah,
mengikuti ujian negara menurut jenjangnya.
Tak pelak,
bahwa dinamika pendidikan Islam, di samping kemadrasahan, juga muncul
persekolahan yang lebih banyak mengadopsi model sekolah barat. Dan,
kemunculannya itu antara lain dipicu oleh kebutuhan masyarakat muslim yang
berminat mendapatkan pendidikan yang memudahkan memasuki lapangan kerja dalam
lembaga pemerintahan maupun lembaga swasta yang mensyaratkan memiliki
keterampilan tertentu, seperti teknik, perawat kesehatan, administrasi dan perbankan.
Pada perguruan
tinggi Islam pun sejatinya juga mengalami berbagai perubahan dan perkembangan.
Dinamika dalam pendidikan tinggi Islam ini salah satunya dapat diraba dari
perubahan status dari Sekolah Tinggi, menjadi Institut, hingga kini menjadi Universitas.
Dengan demikian, materi dan bahan ajar yang ditawarkan di perguruan tinggi
Islam yang kini mayoritas menjadi Universitas, tidak hanya disiplin ilmu agama
Islam saja, melainkan juga berbagai disiplin ilmu umum.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan
pada paparan dan analisa di atas, maka dapat disimpulkan bahwa:
1.
Pendidikan
Islam di Indonesia sejatinya berlangsung sejak masuknya Islam di Indonesia
dengan masjid sebagai pusat peribadatan dan tempat belajar. Setelah penggunaan
masjid cukup optimal, maka muncullah pesantren yang kemudian menjadi akar
pendidikan Islam di Indonesia.
2.
2. Keberadaan
pesantren senyatanya mendorong lahirnya lembaga-lembaga pendidikan Islam lain
setelah pesantren, di antaranya madrasah, sekolah-sekolah Islam dan Perguruan
Tinggi Islam.
3.
3. Dalam
perjalanannya, lembaga-lembaga pendidikan Islam tak luput dari berbagai
dinamika yang ada, seiring dengan perkembangan zaman. Pesantren, dari jenis
pesantren tradisional ke pesantren modern. Madrasah yang semakin memperbaiki
kualitasnya dengan berbagai upaya, salah satunya peningkatan kualitas guru.
Dan, perguruan tinggi Islam yang dulunya masih berstatus Sekolah Tinggi,
berkembang menjadi Institut hingga akhirnya menjadi Universitas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar